Menurut penelusuran sejarawan Edi S. Ekadjati (1989), nama Fatahillah sama sekali tidak didapatkan dalam babad atau sumber tradisi. Nama tersebut justru terdapat dalam jenis sumber modern, yakni buku “Geschiedenis van Java “ (Sejarah Jawa) karya Ny Fruin-Mees (1920).
JERNIH–Nama Fatahillah begitu populer karena dianggap sebagai pendiri cikal bakal kota Jakarta. Tahun 1997 muncul film tentang Fatahillah, setelah sebelumnya diselenggarakan sebuah seminar. Kini nama itu lekat dengan sebuah taman di kawasan kota tua Jakarta, Taman Fatahillah.
Berbagai nama diri, nama bangunan, dan nama lembaga pendidikan, juga sering menggunakan Fatahillah. Tidak hanya di Jakarta, penggunaan nama Fatahillah juga populer di Banten dan Cirebon, dua kota yang sering dihubungkan dengan Sunda Kalapa, nama lama kota Jakarta.
Sebagian pakar menganggap Fatahillah adalah tokoh mitos atau legenda. Sebagian lagi memandangnya sebagai tokoh sejarah. Menurut penelusuran sejarawan Edi S. Ekadjati (1989), nama Fatahillah sama sekali tidak didapatkan dalam babad atau sumber tradisi. Nama tersebut justru terdapat dalam jenis sumber modern, yakni buku “Geschiedenis van Java” (Sejarah Jawa) karya Ny Fruin-Mees (1920).
Orang pertama yang menampilkan Fatahillah sebagai nama tokoh sejarah adalah Dr B.J.O Schrieke. Dia mengaitkan tokoh tersebut dengan sejarah kota Jakarta pada masa awal Islamisasi. Dasar penafsiran Schrieke adalah catatan orang Portugis (1546) tentang Raja Sunda yang bernama Tagaril. Menurutnya, Tagaril merupakan salah tulis dari kata Fagaril. Kata Fagaril sendiri merupakan perubahan dari kata aslinya, yaitu Fatahillah (= kemenangan Allah).
Pendapat Schrieke itu kemudian dibantah oleh Prof. Hoesein Djajadiningrat. Dia lebih condong menganggap kata Tagaril tak ubahnya Fachrillah, bentuk sampingan dari Fachrullah (= kemashuran Allah). Karena Fachrillah dapat disingkat menjadi Fachril—mungkin orang Portugis salah dengar atau salah tulis—maka muncullah nama Tagaril.
Sebagai kesimpulan akhir, menurut Djajadiningrat, nama-nama Faletehan, Fatahillah, Tagaril, dan juga Makdum, Syarif Hidayat(ullah), serta Sunan Gunung Jati adalah tokoh yang identik. “Namanya memang bermacam-macam, tetapi orangnya hanya satu,” begitu katanya dalam “Tinjauan Kritis tentang Sejarah Banten”, buku klasik yang baru diterbitkan pada 1983.
Ada juga yang berpendapat bahwa Fatahillah hanyalah pemberi nama Jayakarta pada kota yang dulunya bernama Sunda Kalapa. Dia memberi nama Jayakarta setelah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kalapa. Jayakarta sendiri berarti kemenangan yang besar dan bersinar-sinar. [ ]
Ditulis Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya, dalam blog beliau.