Setelah Harga BBM Naik Konsumsi BBM Turun Segini
Konsumsi BBM turun menjadi sekitar 60 ribu liter per hari setelah kenaikan harga. Sebelumnya, konsumsi bisa mencapai 80 ribu liter per hari.
JERNIH-Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berpengaruh pada konsumsi BBM oleh masyarakat. Angka penurunannya juga cukup significant.
Hal mana disampaikan Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan, Made Arya Wijaya bahwa konsumsi BBM turun menjadi sekitar 60 ribu liter per hari setelah kenaikan harga. Sebelumnya, konsumsi bisa mencapai 80 ribu liter per hari.
“Itu ternyata setelah penyesuaian harga di 3 September sampai sekarang konsumsinya turun. Katakanlah konsumsi rata-rata satu harinya 70-80 ribu per liter, sekarang dia turun ke 60-70 ribu per liter,” kata Made kepada wartawan, beberapa hari hari.
Dengan terjadinya penurunan konsumsi BBM tersebut maka anggaran subsidi BBM diperkirakan tidak akan melonjak hingga Rp 650 triliun. Angka tersebut merupakan hitung-hitungan pemerintah sebelumnya menaikkan harga BBM.
baca juga: Ini Penjelasan Ahli jika Kendaraan Listrik Terendam Banjir
“Ya mudah-mudahan (subsidi tidak melonjak), kita berdoa aja,”.
Sebagaimana diketahui dengan kenaikan harga minyak dunia, anggaran subsidi energi dan kompensasi naik hingga Rp 502 triliun. Sementara asumsi awal untuk 2022 diangka Rp 152 triliun.
Jika tidak dilakukan kenaikan harga BBM, diperkirakan anggaran subsidi yang ditanggung pemerintah akan bertambah membengkak hingga Rp Rp 698 triliun. Itulah sebabnya kenaikan harga BBM bersubsidi yaitu, Pertalite dan Solar harus dilakukan Pemerintah.
“Jadi yang disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo dengan menyampaikan langkah merupakan upaya terakhir. Karena sebetulnya kenaikan harga BBM ini sudah mulai terjadi sebetulnya sejak tahun 2021 dalam hal ini semester kedua di mana harga-harga komoditas mulai naik,” kata Sri Mulyani, beberapa waktu lalu.
baca juga: Menhub: Kendaraan Listrik Bakal Dapat Subsidi
Pada saat menyusun APBN 2022 asumsi harga BBM sebesar US$63 per barel. Namun dalam perjalanannya, harga BBM ini melonjak sangat tinggi terutama paska terjadinya perang di Ukraina serta sanksi terhadap Rusia yang merupakan salah satu produser minyak dunia.
“Dengan adanya gejolak tersebut, harga Indonesia Crude Petroleum (ICP) meningkat diatas US$100/barel. Sehingga, kenaikan yang jauh di atas asumsi ini menimbulkan suatu tekanan dan pilihan kebijakan bagi Pemerintah untuk membebankan kenaikan dari harga ini langsung kepada masyarakat atau ditahan,” kata perempuan yang biasa disapa Ani, menjelaskan keputusan pemerintah mengambil kebijakan kenaikan harga BBM.
“Kita mencoba menahan bahkan kalau perlu harus menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi hingga tiga kali lipatnya. Kebetulan kita memang mendapatkan windfall dari kenaikan harga-harga komoditas sekitar Rp 420 triliun. Jadi semua kenaikan ini, pendapatan yang naik ini kita alokasikan untuk menahan kenaikan harga BBM dunia,” katanya lebih lanjut.
Menurut Sri Mulyani, awalnya pemerintah mencoba menaikkan subsidi BBM. Namun melihat aktivitas masyarakat dan ekonomi yang sudah mulai pulih, maka anggaran subsidi yang telah direvisi pun bakal tidak mencukupi. (tvl)