Setetes Embun: Adven: Minggu Harapan
Ketidak-pastian waktu ini membuat orang menduga-duga. Bahkan dalam sejarah banyak tokoh agama yang berspekulasi dengan hitungan-hitungan yang nampak masuk akal tapi nyatanya bohong-bohongan.
Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR
JERNIH-Ini adalah sebuah kisah tentang datangnya akhir jaman. Pada suatu hari, di tahun 1789, Kolonel Davenport, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Connecticut, Amerika Serikat, sedang memimpin sidang DPR wilayah itu. Saat DPR sedang bersidang, langit di atas kota Hartford tiba-tiba menjadi gelap dan suram.
Beberapa anggota dewan dari aliran Gereja Evangelis melihat ke luar jendela dan mengira ini adalah tanda bahwa akhir dunia telah tiba. Keributan dan kepanikan pun terjadi. Beberapa anggota dewan menyerukan agar sidang segera ditunda.
Tetapi Davenport bangkit dan berkata, “Tuan-tuan, Hari Penghakiman bisa jadi sudah dekat atau bisa juga belum. Jika belum, tidak ada alasan untuk menunda sidang. Jika pun ya, saya memilih agar hal itu terjadi ketika saya sedang melakukan tugas saya. Oleh karena itu, saya berharap agar lilin dibawa dan kita lanjutkan sidang” Lilin pun dibawa dan sesi dilanjutkan. Setelahnya tak terjadi apa-apa.
baca juga: Setetes Embun: Pax Christi
Hari ini adalah minggu Adven yang pertama. Biasa dikenal juga sebagai Minggu Harapan. Ini tentang harapan akan janji Allah melalui Putera-Nya bahwa Dia akan menebus umat manusia. Harapan semacam ini bisa mempunyai dua aspek waktu, jangka pendek dan jangka panjang.
Harapan jangka pendek terwujud dalam proses inkarnasi-Allah menjadi manusia-yang dirayakan pada saat Natal mendatang. Ini waktu yang pasti dalam hitungan minggu, tetapi sesungguhnya sudah terjadi lebih dari 2000 tahun yang lalu. Yang kita rayakan saat ini semacam “flash back” atau kilas balik peristiwa sejarah di Betlehem, di tanah Yudea.
Harapan jangka panjang biasa disebut Parousia atau Kedatangan Yang Kedua kalinya atau akhir jaman. Kapan waktunya, tidak ada kepastian, dan tidak ada yang tahu. Yesus sendiri berkata: “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja.” (Mrk 13,32).
Ketidak-pastian waktu ini membuat orang menduga-duga. Bahkan dalam sejarah banyak tokoh agama yang berspekulasi dengan hitungan-hitungan yang nampak masuk akal tapi nyatanya bohong-bohongan.
Sebagai contoh, Saksi-Saksi Jehovah pernah meramalkan akhir dunia tahun 1914, 1918 dan 1974. Tahun 1978 ada sebuah sekte Protestan bernama People’s Temple (Orang-Orang Kuil), dipimpin oleh Pendeta Warren Jim Jones, melakukan bunuh diri massal bersama 914 anggotanya, pria dan wanita, karena yakin bahwa akhir jaman sudah tiba. Sebuah tragedi karena keyakinan palsu.
Pesan Injil hari ini sebetulnya sangat jelas: “Berjaga-jagalah sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang” (Mat 24,42). Aspek yang paling penting adalah sikap berjaga-jaga atau waspada.
Wujud kewaspadaan itu dilukiskan Paulus dengan sangat jelas: menanggalkan perbuatan-perbuataan kegelapan, dan mengenakan perlengkapan senjata terang! (Rom 13,11-14).
Konkritnya dalam sikap hidup dengan sopan, tidak berpesta-pora dan mabuk-mabukan, tidak dalam percabulan dan hawa nafsu, juga tanpa perselisihan dan iri hati. Sikap inilah yang dianggap sebagai senjata terang.
Dengan senjata terang ini, ketika bangun pagi setiap orang bisa berdoa: “Tuhan, dimanakah aku bisa berjumpa dengan-Mu hari ini? Tunjukkan kepadaku, kepada siapa aku membagi kasih-Mu, kemurahan-Mu dan pengampunan-Mu!”
Seorang ibu sedang berbicara dengan putrinya yang masih kecil. Katanya: “Menurut Kitab Suci,Yesus akan datang kembali suatu saat nanti”. “Kapan Dia datang kembali?”, tanya gadis kecil itu. “Tidak ada yang tahu”, jawab ibunya. “Kenapa tidak cari tahu di internet?”, balas anak itu. Ibunya diam kebingungan.
(SETETES EMBUN, by P. Kimy Ndelo CSsR; ditulis di Biara Novena MBSM, Kalembu Nga’a Bonga (KNB), Weetebula, Sumba tanpa Wa).