
Renungan 17 Agustus
Kerajaan Allah adalah kerajaan yang mempunyai KAIROS dan TOPOS (waktu dan tempat). Bukan sebuah kerajaan yang meniadakan sistem pemerintahan duniawi tetapi melengkapi dan menyempurnakannya dengan hakikat martabat manusia sejati.
Bukan pula sebuah kerajaan yang diisi para malaikat melainkan manusia nyata dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sebuah kerajaan yang berpijak di bumi dan mencapai kesempurnaannya pada ‘Yerusalem surgawi.
Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR
JERNIH- “Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar, dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah.”

Jawaban Yesus yang diplomatis tetapi sangat tepat membuat para penanyanya tak bisa berbuat apa-apa lagi. Mereka semula ingin menjebak Yesus sebagai orang yang anti pemerintahan dan aturannya. Tapi rencana mereka tak berjalan semestinya. Yesus mengetahui akal bulus mereka.
Yesus menjawab tantangan mereka tentang mata uang yang berasal dari Kaisar dan itulah yang harus dikembalikan kepada Kaisar. Tetapi itu tidak berarti kewajiban kepada Allah disejajarkan dengan kewajiban kepada Kaisar atau kepada negara. Kewajiban kepada Allah tetap di atas segala-galanya karena Allah adalah pemilik segala sesuatu. (Yes 41,2 dan Mzm 24,1).
Akan tetapi Yesus juga tahu bahwa Kerajaan Allah yang diajarkan-Nya bukanlah sebuah kerajaan utopia, yang mengawang-awang. Kerajaannya adalah kerajaan yang mempunyai KAIROS dan TOPOS (waktu dan tempat). Ini bukanlah sebuah kerajaan yang meniadakan sistem pemerintahan duniawi tetapi melengkapi dan menyempurnakannya dengan hakikat martabat manusia sejati. Bukan pula sebuah kerajaan yang diisi para malaikat melainkan manusia nyata dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sebuah kerajaan yang berpijak di bumi dan mencapai kesempurnaannya pada ‘Yerusalem surgawi’.
Karena itu mempertentangkan kerajaan duniawi dan surgawi sekaligus menyejajarkannya adalah salah pikir yang sesat. Kerajaan surgawi juga tidak diisi oleh sekelompok orang yang sempurna atau yang selalu berada di sisi Yesus, yang kerjanya hanya berdoa dan berdoa.
Kerajaan surga mempunyai warga dengan segala jabatan, status, pekerjaan atau panggilan masing-masing. Kerajaan dalam segala keanekaragaman yang menciptakan keindahan.
Kerajaan Surga adalah kerajaan yang dihuni oleh ke-12 rasul yang setia menemani Yesus walau ada yang kemudian menyangkal dan mengkhianati dia.
Kerajaan surga dihuni juga oleh seorang janda yang hanya bisa menyumbang sedikit tapi merupakan yang terbanyak dari miliknya. Kerajaan surga dihuni oleh orang-orang yang hanya ikut ramai mendengarkan ajaran Yesus dan kagum atas mukjizatnya tapi tetap tinggal dalam kehidupan harian mereka.
Kerajaan surga Yesus dihuni oleh orang seperti Zakheus yang berjanji bertobat tanpa harus meninggalkan rumah mengikuti Yesus; seperti Simon dari Kirene yang harus dipaksa memikul salib Yesus. Kerajaan surga juga beranggotakan simpatisan diam-diam seperti Yusuf dari Arimatea yang mengambil jenazah Yesus dan memakamkannya.
Kerajaan surga yang didirikan oleh Yesus juga dihuni oleh para keluarga yang sekedar memberi tumpangan pada murid-murid Yesus. Kerajaan surga Yesus bahkan juga dimiliki oleh mereka yang “tidak melawan kita”, karena itu berarti “mereka bersama kita”.
Yang dituntut oleh Yesus adalah kesempurnaan setiap pribadi dalam segala jenis panggilannya untuk mewujudkan sebuah keseluruhan dan keutuhan ideal masyarakat umat Allah. Kerajaan yang melengkapi satu sama lain untuk menciptakan dunia yang lebih baik, lebih sejahtera dan lebih adil.
Sebuah kerajaan yang mampu menerima perbedaan sebagai kekayaan. Sebuah kerajaan yang terbuka untuk semua dan dengan satu tujuan: Allah yang sungguh meraja.
Untuk itulah Indonesia menjadi relevan sebagai tempat membangun Kerajaan Allah, sekarang dan disini.
(SETETES EMBUN; by P. Kimy Ndelo CSsR, ditulis di Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba tanpa Wa)