Siapa Sesungguhnya Nabi Khidr? [3]
Akan tetapi, Khidir tidak memiliki apa pun untuk dia berikan, lalu dia berkata pada si fakir, “Kamu telah meminta kepadaku dengan menyebut nama Allah, dan aku merasa malu jika diminta dengan menyebut nama-Nya tetapi tidak memberi apa pun padamu. Kalau begitu, ambillah diriku, lalu kamu jual agar hasil penjualannya bisa kamu miliki?”
JERNIH–Khidir juga memiliki kisah unik lain yang serupa. Dikisahkan, pada suatu hari dia melewati pasar Bani Israil, kemudian berpapasan dengan seorang fakir yang meminta kepadanya dengan menyebut nama Allah untuk memberinya sesuatu.
Akan tetapi, Khidir tidak memiliki apa pun untuk dia berikan, lalu dia berkata pada si fakir, “Kamu telah meminta kepadaku dengan menyebut nama Allah, dan aku merasa malu jika diminta dengan menyebut nama-Nya tetapi tidak memberi apa pun padamu. Kalau begitu, ambillah diriku, lalu kamu jual agar hasil penjualannya bisa kamu miliki?”
Si fakir tadi pun membawa Khidir dan menjualnya laksana budak dan mengambil hasil penjualannya. Si pembeli merasa kasihan kepadanya karena pada saat itu Khidir sudah berusia lanjut, sehingga ia tidak dibebani pekerjaan yang berat. Akan tetapi, Khidir justru memaksa majikannya agar mempekerjakannya. Sang majikan kemudian memerintahkan Khidir untuk membawa beberapa batu dan memindahkannya. Biasanya, batu-batu itu hanya dapat dipindahkan oleh seorang pria yang kuat dalam waktu satu hari. Namun, Khidir mampu menyelesaikannya dalam waktu satu jam saja.
Mengetahui hal itu, majikannya merasa takjub, kemudian memerintahkannya lagi untuk membangun sebuah rumah yang mampu dia selesaikan dengan waktu yang relatif sangat cepat. Sang majikan kemudian bertanya tentang siapa sesungguhnya Khidir, lalu dia menceritakannya sehingga majikannya merasa malu dan membebaskannya untuk beribadah kepada Allah.
Kemudian, Nabi Musa AS menemuinya. Saat itu, dia sedang duduk di atas kulit binatang berwarna hijau yang terhampar di atas air. Perhatikan pengaruh unsur sufi dalam kemampuan orang saleh untuk berada di atas air. Dia mengucapkan salam, lalu dijawab oleh Khidir, “Bagaimanakah keselamatan di negerimu?” Setelah itu, kisah keduanya berlanjut seperti yang disebutkan dalam al-Quran.
Bagaimana pun riwayat dongeng pada kisah Khidir menyebutkan bahwa dia telah bertemu dengan Dzu al-Qarnain dan menjadi salah satu pemimpin pasukannya serta menemaninya dalam perjalanan. Nanti kita akan mendapati peran Khidir bersama Dzulqarnain ketika tiba saatnya memaparkan kisah Dzu al-Oarnain.
Kemudian, Khidir menemukan “mata air kehidupan” (ain al-hayah) yang berkhasiat memberikan hidup kekal bagi siapa saja yang berhasil meminum airnya. Khidir kemudian meminum dari mata air itu, sehingga dia mendapatkan hidup kekal sampai keimanan kepada Allah diangkat dari bumi. Pendapat lain mengatakan, sampai Dajjal sang pembohong keluar.
Ketika banyak dari periwayat dan pembawa informasi (khabar) menceritakan kisah ini, para ahli tafsir dan ahli sejarah seperti Ibnu Katsir menentang keberadaan “mata air kehidupan” dan kekekalan Khidir, serta menggangap bahwa hal itu termasuk khurafat atau takhayul.
Ibnu Katsir mengatakan, jika memang Khidir hidup pada masa Rasulullah Muhammad SAW, mengapa dia tidak datang menemui beliau dan mengikutinya, seraya berdiri di bawah benderanya saat berperang?
Sedangkan Rasulullah berkata pada hari Perang Badar bahwa jika Allah menghancurkan orang-orang mumin di sana niscaya tidak ada lagi yang menyembah Allah di bumi. Bagaimana hal itu terjadi jika Khidir hidup kekal dan fokus beribadah?
Ibnu Katsir juga menyebutkan hadis dari Rasulullah Muhammad yang berkata bahwa setelah seratus tahun dari munculnya hadis ini, tidak seorang penduduk bumi yang hidup pada masa yang sama masih tetap ada, lalu bagaimana bisa Khidir hidup kekal?
Komentar Ibnu Katsir ini patut kita perhatian dan resapi, terutama keterangan yang berkaitan dengan waktu hidup Khidir dan masa diutusnya Nabi Muhammad SAW.
Yang baru dalam dongeng ini adalah campur tangan Khidir dalam kisah-kisah keagamaan seperti kisah juru sisir atau rias Firaun dalam alur cerita Nabi Musa. Mitos-mitos telah membuat riwayat yang tadi telah disebutkan memberi keterangan bahwa wanita itu beriman sebab Khidir, yang kemudian menyembunyikan rahasianya sehingga memperoleh predikat syahid sebab dihukum oleh Firaun.
Atau, kisah penghancuran kota dengan menjungkirbalikkannya. Hal tersebut seperti kita ketahui adalah siksaan yang ditimpakan kepada kaum Nabi Luth. Dengan demikian, ada isyarat bahwa Khidir berasal di kota kaum Luth. Hal ini tentu saja bertentangan dengan penyebutan bahwa raja atau penguasa kota itu adalah ayah Khidir yang memerintah negerinya dengan baik.
Kisah ini juga menampakkan perubahaan keadaan Khidir sepanjang masa, mulai dari seorang pangeran yang akan menjadi pewaris takhta, lalu kabur dari sang ayah, kemudian menjadi seorang ahli ibadah yang mengesakan Tuhan.
Selanjutnya, menjadi budak bagi seorang Bani Israil. Setelah itu, menjadi pemimpin pasukan Dzul al-Qarnain, kemudian menjadi seorang hamba saleh yang bijaksana dan mentor bagi Nabi Musa AS—yang ini merupakan satu-satunya penjelasan tentang sosok Khidir yang diakui oleh nash al-Quran.
Berikutnya, Khidir menjadi salah seorang wali yang luar biasa, memiliki suluk dan kejernihan batin, serta hidup kekal dan menjadi sarana bertawasul dengan namanya untuk menghasilkan mukjizat. Itu berarti bahwa kisah tentang Khidir telah mendapat banyak pengaruh dari kisah-kisah orang suci agama Nasrani dan para wali dalam tasawuf Islam.
Bahkan, peneliti Firras as-Sawah dalam beberapa bukunya tentang mitologi Syria kuno, menunjukkan bahwa sosok Khidir dalam cerita rakyat telah bercampur dengan sosok dewa, seperti bangsa Fenisia yang mengenal Dewa Baal, penguasa musim dan penebar kesuburan. Hal ini ditunjukkan dengan kebiasaan para petani sejak berabad-abad yang lalu menyebut nama Baal ketika mereka menanam dan memanen. Kini cucu-cucu mereka menyebut nama Khidir ketika bercocok tanam, mewarisi tradisi yang sama.
Para pembaca yang cermat akan mendapati keserupaan yang kuat antara permulaan kisah Khidir sebagai seorang pangeran yang meninggalkan kekuasaan, serta orang yang lari meninggalkan kenikmatan kehidupan dan dunia, dengan kisah Siddhartha Gautama atau Sang Buddha dalam warisan spiritual bangsa Asia, atau sosok Ibrahim bin Adham dalam literatur sufi.
Karena, berdasarkan yang diceritakan periwayat tentang biografi mereka, keduanya merupakan putra dari keluarga terhormat yang meninggalkan kesejahteraan yang ada serta hidup zuhud melepaskan segala kenikmatan duniawi untuk mencurahkan diri dalam peribadatan serta perenungan. Apakah riwayat hidup Khidir terpengaruh oleh kisah keduanya terutama dalam hal-hal detail seperti ini?
Singkatnya, kisah Khidir dalam benak orang banyak dan dongeng-dongeng warisan telah terpengaruh oleh berbagai kebudayaan dan peradaban, yang melewati wilayah Arab timur juga wilayah lain yang berdekatan. Dia adalah seorang yang disebut dalam al-Quran sebagai sosok yang paling beragam dalam tingkatan cakupannya.
Khidir disebut dalam al-Quran, hadis Nabi, kisah-kisah keagamaan, dan dongeng-dongeng Islam serta cerita rakyat. Dalam setiap sumber itu, Khidir digambarkan memiliki sisi, sifat, dan perilaku yang saling berhubungan dan menyempurnakan. Cukup untuk membentuk gambaran umum tentang diri dan pribadinya. Ini berarti bahwa dia memiliki status penting dalam sejarah, keagamaan, dan khazanah, sehingga layak untuk dipelajari dan diteliti lebih jauh, lebih dari sekadar apa yang dijabarkan dalam halaman-halaman buku ini. [ ]
Dari : “Asathir Muqaddasah, Asathir al Awwalin fi Turats al-Muslimin” buah karya Walid Fikri