Swiss Tolak Larangan Eksperimen Medis dan Ilmiah Pada Hewan
Jika pengujian hewan untuk medis dilarang dapat berakhir temuan obat baru.
JERNIH-Sebanyak 21 persen warga Swiss yang mempunyai hak pilih dalam referendum menyatakan dukungannya larangan percobaan hewan, namun selebihnya yakni 79 persen menentang larangan hewan jadi bahan eksperimen medis dan ilmiah.
Pelaksanaan referendum ini merupakan referendum nasional yang diadakan di bawah tradisi demokrasi langsung Swiss.
Mereka yang menolak percobaan hewan untuk percobaan medis meminta agar menghentikan tes. Mereka juga mengatakan tidak etis dan tidak perlu.
Pihak farmasi yang biasa menggunakan hewan sebagai bahan eksperimen medis, mengomentari hasil referendum tersebut dan mengingatkan dampak kerusakan ekonomi yang dapat ditimbulkanjika mereka dilarang melakukan eksperimen menggunakan hewan.
“Kami senang dengan penolakan yang jelas atas inisiatif berbahaya ini,” kata Rene Buholzer, CEO grup lobi Interpharma, dilansir Reuters, beberapa hari lalu.
“Ini menunjukkan bahwa penduduk Swiss mengakui peran sentral penelitian, untuk kesehatan masyarakat dan kemakmuran di Swiss,” sambungnya.
Diingatkan oleh pihak perusahaan farmasi jika larangan pengujian hewan untuk medis dapat menyebabkan berakhirnya obat baru.
“Saya pikir anda telah melihat di masa Covid-19 betapa pentingnya menemukan vaksin baru, betapa pentingnya obat baru. Dan mereka telah diuji pada hewan,” kata Kepala Eksekutif Idorsia Jean-Paul Clozel kepada Reuters.
Seorang peneliti, Maries van den Broek dari Universitas Zurich menjelaskan mengapa mereka memerlukan hewan untuk eksperiman medis. Ia mengaku tengah melakukan penelitian dengan menanamkan tumor ke tikus, untuk mempelajari bagaimana sistem kekebalan mereka dapat diperkuat untuk melawan kanker.
Sementara para pendukung referendum larangan mengatakan hewan di laboratorium dan digunakan untuk menyediakan makanan mengalami diskriminasi serius.
“Mengapa kita tidak memiliki lebih banyak empati untuk mereka?” sebut co-presiden kampanye Renato Werndli, seorang dokter dari timur laut Swiss yang meluncurkan inisiatif di bawah sistem demokrasi langsung Swiss.
Menurut statistik pemerintah Swiss, pada 2020 sekitar 550.000 hewan mati dalam tes laboratorium. Angka tersebut termasuk 400.000 tikus dan mice, hampir 4.600 anjing, 1.500 kucing dan 1.600 kuda. Demikian juga jenis primata, sapi, babi, ikan, dan burung juga dibunuh selama dan setelah eksperimen.
“Sangat kejam dan tidak perlu bereksperimen pada hewan dan saya yakin kita dapat mengembangkan obat-obatan tanpa itu,” kata Renato Werndli. (tvl)