‘Son of Omicron’ 1,5 Kali Lebih Menular
Menurut pakar WHO subvarian Omicron sudah menjadi dominan di Filipina, Nepal, Qatar, India dan Denmark. Subvarian telah terdeteksi di 57 negara, termasuk Indonesia.
JERNIH – Omicron BA.2 atau dikenal sebagai ‘son of Omicron’ lebih menular daripada BA.1, kata sebuah studi yang dilakukan Statens Serum Institut, yang melakukan pengawasan penyakit menular dan ancaman biologis untuk pemerintah Denmark.
“Beberapa negara, termasuk Denmark, telah mengamati dua subvarian Omicron: BA.1 dan BA.2. Di Denmark, BA.2 dengan cepat menggantikan yang pertama sebagai subvarian dominan,” studi tersebut menemukan.
Saat ini varian Omicron dari Coronavirus merupakan varian penyebab infeksi yang dominan. Laporan munculnya strain virulen lain dari varian superspreader ini telah membangkitkan minat baru di antara orang-orang.
Menurut pakar WHO subvarian Omicron sudah menjadi dominan di Filipina, Nepal, Qatar, India dan Denmark. Subvarian telah terdeteksi di 57 negara, katanya. Termasuk Indonesia.
Di Indonesia, menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Subvarian Omicron BA.2 yang dijuluki ‘Son of Omicron’ tengah jadi perbincangan hangat. Menkes ri memastikan varian yang sulit dideteksi dengan SGTF (S-gene Target Failure) tersebut sudah ada di Indonesia. “Sudah ada. Kita sudah deteksi mungkin sekitar 10,” kata Menkes dalam perbincangan dengan media, pekan lalu.
Menkes mengakui, subvarian BA.2 ini memang berbeda dengan BA.1 sehingga tidak terdeteksi dengan SGTF. Namun Menkes memastikan, Indonesia akan segera punya reagen yang bisa mendeteksi kedua subvarian tersebut.
Bentuk BA.2 yang muncul dari varian coronavirus Omicron tampaknya tidak lebih parah daripada bentuk BA.1 asli, kata seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia, Dr. Boris Pavlin, pada Selasa (1/2/2022), sesuai laporan Reuters.
Dalam briefing online, Dr. Boris Pavlin dari Tim Respons COVID-19 WHO mengatakan bahwa vaksin juga terus memberikan perlindungan serupa terhadap berbagai bentuk Omicron.
Studi juga berbicara tentang efek positif dari vaksinasi. “Risiko terinfeksi BA.2 dan BA.1 lebih tinggi pada orang yang tidak divaksinasi dibandingkan dengan anggota keluarga yang divaksinasi serta mendapat vaksinasi booster. Ini menggarisbawahi efek positif dari vaksinasi terhadap kedua varian Omicron,” kata studi tersebut.
Dengan laporan baru yang muncul tentang subvarian baru, informasi sedang dicari apakah varian ini berbahaya dan harus menjadi perhatian atau tidak. Berdasarkan data dari Denmark, Dr Pavlin mengatakan bahwa tampaknya tidak ada perbedaan tingkat keparahan penyakit. Pernyataan ahli WHO menyatakan bahwa subvarian tidak mungkin menyebabkan penyakit parah pada infeksi. [*]