Solilokui

Apa Jadinya Bila Baru 60 Persen Masyarakat yang Mau Vaksinasi

Masyarakat belum yakin vaksin produk dalam negeri aman untuk kesehatan dan keselamatan masyarakat.

JERNIH-Apa jadinya jika hanya 60 persen saja masyarakat Indonesia yang mau melakukan vaksinasi dengan vaksin produk bangsa sendiri? Sedangkan alasan paling banyak, yakni 46,5 persen, adalah karena mereka takut dampak dari pemberian vaksin dari pemerintah tersebut. Artinya masyarakat belum yakin akan kemampuan putra putri bangsa dapat menemukan vaksin yang aman untuk masyarakat.

Hal tersebut terungkap dalam hasil survei yang dilakukan Populi Center yang dibuat seiring dengan tim peneliti memasuki tahap uji coba vaksin animal trial yang meliputi penggunaan tikus hingga kera.

Menyadari memiliki jumlah penduduk yang cukup besar yakni 267 juta jiwa maka pemerintah Indonesia memandang perlu untuk memiliki vaksin Corona buatan sendiri yang nantinya dapat digunakan untuk melakukan vaksinasi massal demi menjaga kesehatan dan keselamatan bangsa.

Tekad memiliki vaksin Corona sendiri didasarkan pada kenyataan bahwa Covid-19 sangat mudah menular dan menjadi penyebab kematian terutama pada kelompok orang yang memiliki komorbit, baik yang memiliki riwayat sakit jantung, hipertensi, dan penyakit lainnya. Disamping itu virus ini diperkirakan akan bertahan dalam jangka waktu panjang.

Jika Indonesia  tidak memiliki vaksin sendiri, maka harus membeli dari negara lain. Dimana disamping akan menguras anggaran juga karena daftar tunggu untuk mendapatkan vaksin tersebut juga relative panjang. Terlalu lama menunggu mendapatkan vaksin hanya akan memperparah perekonomian negara. Halmana terbukti, pandemi Covid-19 berlangsung menyebabkan Indonesia terancam resesi.   

Tekad memiliki vaksin sendiri buatan putra putri bangsa mendorong pemerintah memfasilitasi lembaga-lembaga penelitian untuk menemukan vaksin Corona yang kemudian disebut dengan Vaksin Merah Putih. Dari namanya terasa benar sangat patriotik.

Sambil menunggu Indonesia memilik Vaksin sendiri, pemerintah saat ini bekerjasama dengan beberapa perusahaan farmasi asing pemilik vaksin untuk ikut mengembangkan vaksin mereka. Diantaranya perusahaan vaksin Sinovac, Cina yang bekerjasama dengan Tim Peneliti Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad). Kini mereka tengah memasuki tahap uji klinis ketiga dengan melibatkan sekitar 1.620 relawan di Indonesia. Seluruh kegiatan dibawah pengawasan Kementerian BUMN.

Sementara untuk dapat memiliki Vaksin Merah Putih, Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). Menunjuk enam institusi lembaga penelitian untuk mengembangkan vaksin Covid-19 dengan platform berbeda dan dijadwalkan memasuki tahapan uji coba pada hewan di 2020 hingga 2021 mendatang. Adapun keenam lembaga penelitian tersebut, adalah;

  1. Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, mengembangkan dengan platform protein rekombinan,
  2. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengembangkan dengan protein rekombinan fusion.
  3. Universitas Airlangga, mengembangkan dengan Adenovirus dan Adeno-Associated Virus-Based
  4. Universitas Gadjah Mada (UGM), menggunakan protein rekombinan
  5. Universitas Indonesia (UI), mengembangkan dengan platform DNA, MRNA, dan virus-like particle dan
  6. Institut Teknologi Bandung (ITB), mengembangkan dengan Vector Adenovirus

Kekhawatiran masyarakat akan kualitas vaksin buatan dalam negeri harus jadi cambuk bagi pemerintah untuk semakin terbuka menjelaskan pada masyarakat proses pembuatan vaksin.

Tunjukkan bahwa mereka yang terlibat dalam penelitian adalah orang-orang yang mempunyai kualitas tak kalah dengan para peneliti negara lain. Sebab semakin sedikit yang bersedia menerima vaksin buatan dalam negeri akan berbahaya bagi keselamatan bangsa.

Meski hasil survey menunjukkan angka yang kurang menyenangkan, namun tekad pemerintah memiliki vaksin buatan bangsa sendiri tidak pupus. Masih ada waktu untuk meyakinkan masyarakat mau menerima vaksin buatan putra bangsa.

Manfaatkan semua lini untuk mengenalkan Vaksin Merah Putih. Tumbuhkan optimism bangsa. Pemerintah punya Kementerian Komunikasi dan Informatika, punya Satgas Penanggulangan Covid-19 bahkan dapat memanfaatkan pemerintah daerah untuk melakukan sosialisasi terus menerut.

Pemerintah daerah dapat meminta tokoh agama, ulama, tokoh pemuda dan berbagai ormas untuk mengajak masyarakat mau ikut vaksinasi dan mempercayai vaksin produk dalam negeri.  

Inilah saat yang tepat untuk membangkitkan kecintaan pada produk dalam negeri, termasuk produk vaksin. (tvl)

Back to top button