
Tidak semua koperasi tumbuh subur. Sejarah mencatat bahwa hanya koperasi yang memiliki visi jelas, manajemen tangguh, serta keberanian untuk beradaptasi dengan perubahan zamanlah yang mampu bertahan dan berkembang. Kita bisa belajar dari Mondragon di Spanyol, Rabobank di Belanda, Amul di India, dan Land O’Lakes di Amerika Serikat
Oleh : Radhar Tribaskoro
JERNIH– Koperasi adalah simpul kecil di mana mimpi rakyat bersua harapan nyata, tempat ekonomi bergandengan tangan dengan demokrasi, melahirkan kesejahteraan dari dapur-dapur rakyat hingga sudut-sudut pasar. Namun, tidak semua koperasi tumbuh subur.
Sejarah mencatat bahwa hanya koperasi yang memiliki visi jelas, manajemen tangguh, serta keberanian untuk beradaptasi dengan perubahan zamanlah yang mampu bertahan dan berkembang.
Koperasi-koperasi dunia yang berhasil, seperti Mondragon di Spanyol, Rabobank di Belanda, Amul di India, dan Land O’Lakes di Amerika Serikat, menunjukkan bagaimana model koperasi bukan sekadar romantisme sosial, melainkan juga strategi ekonomi yang sangat efektif. Dari mereka, Indonesia bisa belajar banyak.
Mondragon di Basque, Spanyol, muncul pada tahun 1956 di bawah inisiatif José María Arizmendiarrieta, seorang pendeta Katolik yang percaya bahwa solidaritas dan pendidikan adalah fondasi kuat koperasi. Saat ini Mondragon beroperasi di lebih dari 40 negara dengan omzet miliaran Euro setiap tahunnya. Pakar koperasi Johnston Birchall mengatakan, “Mondragon bukan hanya koperasi terbesar, tapi juga salah satu contoh paling sempurna tentang bagaimana demokrasi ekonomi berjalan dalam skala global.”
Bagi Indonesia, pelajaran Mondragon adalah pentingnya investasi dalam pendidikan anggota. Tanpa anggota yang terdidik secara ekonomi dan teknologi, demokrasi koperasi hanya menjadi formalitas belaka. Sebuah koperasi yang kuat harus mampu mengintegrasikan suara setiap anggota dalam proses pengambilan keputusan, bukan hanya secara simbolis tetapi juga praktis dan efektif.
Rabobank: Menjembatani Kesejahteraan Desa dan Kota
Rabobank, yang lahir di Belanda abad ke-19, kini menjadi salah satu koperasi perbankan terbesar yang mendukung pertanian dan UKM. Rabobank tidak terjebak nostalgia perdesaan, tetapi justru terus mengadopsi teknologi digital terkini. Pakar ekonomi, Dr. Mukhamad Misbakhun, menegaskan, “Rabobank berhasil karena memiliki fokus yang tajam pada kebutuhan komunitas lokalnya sambil menerapkan standar manajemen modern.”
Untuk Indonesia, pelajaran dari Rabobank jelas: koperasi harus fokus pada kekuatan lokal, sambil membuka pintu pada kemajuan teknologi dan manajemen modern. Tanpa modernisasi, koperasi akan sulit bersaing dalam perekonomian global yang semakin dinamis.
Amul: Revolusi Rantai Pasok dari India
Amul lahir di Gujarat, India, sebagai solusi terhadap eksploitasi peternak kecil oleh tengkulak besar. Dengan sistem yang transparan dan efisien, Amul mampu menjamin harga terbaik bagi peternak sambil mempertahankan kualitas produk. “Amul adalah simbol kekuatan rantai pasok yang adil dan terbuka,” ujar pakar rantai pasok dari Universitas Harvard, Sunil Chopra.
Pelajaran Amul untuk Indonesia adalah pentingnya manajemen rantai pasok yang transparan. Koperasi Indonesia harus belajar mengelola logistik secara cermat, membangun infrastruktur yang memadai, serta menciptakan branding kolektif yang kuat agar produk koperasi mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.
Land O’Lakes: Transparansi yang Membawa Keberhasilan
Land O’Lakes di Amerika Serikat berkembang karena transparansi keuangan dan manajemen yang profesional. Mereka bukan hanya berhasil secara ekonomi, tetapi juga membangun kepercayaan mendalam di kalangan anggotanya. Seperti disampaikan Prof. Michael Cook dari Universitas Missouri, “Keberhasilan Land O’Lakes adalah bukti bahwa koperasi bisa kompetitif sekaligus transparan dan demokratis.”
Indonesia perlu memahami pentingnya manajemen yang transparan. Dengan transparansi, koperasi mampu membangun kepercayaan di antara anggotanya, suatu faktor penting dalam mencapai keberlanjutan.
Strategi Membangun Koperasi yang Kuat
Berbekal pelajaran dari koperasi global ini, Indonesia dapat menerapkan beberapa strategi utama:
1. Pendidikan Ekonomi Koperasi: Seperti Mondragon, pendidikan harus menjadi dasar utama agar anggota mampu mengambil keputusan terbaik.
2. Adaptasi Teknologi: Mencontoh Rabobank, koperasi harus mau dan mampu mengadopsi teknologi terkini untuk meningkatkan efisiensi.
3. Penguatan Rantai Pasok: Belajar dari Amul, koperasi Indonesia harus memastikan transparansi penuh dalam rantai pasok, menjamin keadilan bagi semua pihak.
4. Transparansi Manajemen: Seperti Land O’Lakes, koperasi harus berani membuka laporan keuangan secara rutin, menunjukkan integritas kepada anggotanya.
5. Jaringan dan Kemitraan Strategis: Koperasi harus aktif membangun jaringan lokal, nasional, dan global untuk memperluas akses pasar dan memperkuat posisi tawar.
Dalam konteks Indonesia, mengutip pemikiran John Stuart Mill, Joseph Stiglitz, Amartya Sen dan Goenawan Mohamad, koperasi bisa menjadi “bentuk paling praktis demokrasi ekonomi” yang benar-benar mampu menghadirkan kesejahteraan rakyat. Dengan strategi yang tepat, koperasi bukan hanya akan bertahan tetapi juga berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang tangguh dan demokratis. [ ]