Solilokui

Berdamai dengan Sembarang Risiko Termasuk Risiko Covid-19

Belajar dari sebab akibat kecelakaan yang dialami orang lain bisa menghindarkan kita dari kecelakaan yang sama.

Penulis: Priyanto M. Joyosukarto

JERNIH-Awal bulan Mei 2020 ini dunia pemberitaan tanah air dibuat gempar atas respon tidak cerdas terhadap pernyataan cerdas dan bijak dari presiden Joko Widodo (Jokowi) yang intinya adalah mengajak kita agar bisa berdamai dengan Covid-19 mengingat bahwa vaksin untuk menangkalnya belum ditemukan dan nampaknya Covid-19 ini masih akan bersama kita bulan-bulan mendatang.

Ada yang bilang bahwa damai berarti menyerah kalah sama Covid-19. Ngawur bin bahlul! Damai kok nyerah.

Masih ingat perundingan damai nuklir SALT pada era perang dingin? AS-Soviet sepakat untuk tidak saling serang pada kondisi seimbang keduanya sama-sama memiliki sekian ribu hulu ledak nuklir terpasang siap tembak. Keduanya merasa sama-sama menang bukan kalah. Win-win solution.

Entah karena ketidaktahuan atau ingin mlintir berita, mantan Wapres, Jusuf Kala (JK) ikut bikin pernyataan kontraproduktif yang menurut saya menunjukkan ketidakpahamannya atas bahaya dan risiko (B&R).

Ia tidak setuju dengan istilah “berdamai dengan Corona”. “Bagaimana kalau virusnya tidak mau damai, sergahnya tanpa menyadari ketidakpahamannya.

baca juga: Rumus ABC Kekerasan

Memang virus itu selevel manusia bisa punya kehendak bebas? Bisa merencanakan? Tidak.  Virus itu cuma seperti anjing saja, perilakunya event-driven bukan plan-driven layaknya kita manusia. Anjing yang sedang berlari ke utara bila mendadak ada yang melempar tulang di timur maka ia akan belok ke timur. Beda dengan manusia, tetap lari ke utara seperti yang direncanakan.

Soal politik dan bisnis mungkin JK itu kampiun tapi soal B & R saya yakin dia belum pernah belajar secara komprehensif! So, lebih baik diam serahkan kepada ahlinya, presiden dan jajaran Gugus Tugas Covid-19.

Apa itu Bahaya dan Risiko (B & R)?

Seperti halnya kecelakaan lalulintas dan transportasi, bicara Covid-19 itu bicara tentang bahaya dan risiko.

Bahaya (B), itu suatu kondisi atau keadaan yang bila dibiarkan dan/atau tidak dikoreksi/dikendalikan akan berpotensi merusak.

baca juga: Pecinta Aspal: Analogi Dasar antara Keselamatan dan Keamanan

Sedangkan Risiko (R) itu hasil kali dari B dan P (probabilitas, kemungkinan kemunculan bahaya). Nilai P itu antara 0 (tidak mungkin terjadi) dan 1 (sangat mungkin terjadi). B bisa saja besar atau kecil tapi sebagai hasil akhirnya R masih tergantung kepada P.

Untuk 100 orang yang akan pergi dari Jakarta ke Surabaya mungkin akan memilih naik pesawat terbang yang B nya besar (dalam arti kalau jatuh kemungkinan semua penumpangnya bisa tewas) tapi P nya kecil dibanding naik motor yang B nya kecil (100 motor jatuh belum tentu 100 orang tewas semuanya) tapi P nya besar.

Itu terbukti dari ribuan jam terbang pesawat jurusan Jakarta-Surabaya belum pernah sekalipun ada pesawat jatuh. Sebaliknya  naik motor dari Jakarta ke Bekasi saja sudah ratusan yang celaka. Apalagi dari Jakarta ke Surabaya. Kalau perginya ke Tokyo atau New York pastilah mereka akan naik pesawat tidak sempat mikir naik motor lagi. High risk high return.

Di situlah pentingnya peran iptek untuk mengendalikan B dan P sehingga R nya rendah sedemikian rupa sehingga level/nilainya bisa diterima akal sehat (level of acceptable risk, LOAR) dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah/akademik.

Pesawat punya metode, cara, dan sistem  kontrol keselamatan yang lebih canggih dibanding motor yang rawan fatalitas. Jatuh tewas.

Dan terbukti para penumpang Jakarta-Surabaya pada pilih pesawat, kan? JK pasti juga begitu. Tanya dia coba apa mau naik motor!

Istilahnya, mereka pilih berdamai dengan pesawat terbang yang, meski potensi bahayanya tinggi tapi probabilitas celakanya lebih kecil sehingga total jendral risikonya lebih kecil dibanding ramai-ramai naik 100 buah motor Jakarta-Surabaya. Logis rasional! Ada yang bantah?

Sebagai pembanding, lihat peta bahaya operasi industri pada gambar terlampir, motor lebih dekat masuk ke kelompok bahaya kecil sedangkan pesawat masuk ke kelompok sedang.

Sedangkan yang masuk kategori bahaya besar itu pabrik kimia dan pabrik nuklir. Satu pabrik kimia atau nuklir bila meledak bisa mencederai atau membunuh ribuan orang. Tragedi Bhopal, India 2-3/12/1984 menewaskan 3.787 orang, cedera 558.125 orang.

Pada Tragedi PLTN Chernobyl, 26/4/1986 diperkirakan menewaskan 4.000 (30 di antaranya seketika akibat ledakan, sisanya tewas tertunda) dan menimbulkan paparan radiasi terhadap 60.000 orang di negara-negara kanan kiri Uni Soviet. Ngeri, kan? Tapi apa Amerika dan Uni Soviet lantas takut mengoperasikan pabrik kimia dan PLTN? Tidak, mereka jalan terus alias “berdamai dengan pabrik Kimia dan PLTN”. Damai, broe, menang.

Orang pintar berdamai dengan keadaan pada level of acceptable risk (LOAR) yang tinggi; orang bodoh, LOAR rendah alias penakut. Lower risk lower return. Lamban maju dan lamban kaya/makmur.

Dalam hidup ini, di manapun kita berada dan ke manapun kita melangkah pasti selalu terpapar/dikelilingi/dihadang risiko. Tidak ada satupun kegiatan kita yang bebas dari risiko. “No activity without risk; High risk high return; No pain no gain (NPNG), demikian pesan-pesan bijak yang banyak ditemukan dalam banyak textbook ekonomi dan bisnis terbitan Amerika. Juga dalam kuliah-kuliah di jurusan Nuclear Safety Engineering (Genshiryookukoogaku). Risiko terjangkit wabah Covid-19 tak terkecuali.

Tapi apakah kita harus takut hidup bersama Corona? Wooow….jangan takut! Pemerintah kan sudah mengeluarkan Protokol Pencegahan dan Pengendalian Wabah Covid-19 yang bisa diterapkan pada berbagai case. Itu sudah mirip sistem kontrol keselamatan pesawat terbang yang terbukti bisa mereduksi probabilitas celaka. Covid-19 bisa kita cegah penyebaran dan penjangkitannya asal kita:

  1. Stay at home kurangi berpergian yang tidak penting/mendesak;
  2. Jaga kebugaran dan imunitas tubuh;
  3. Makan bergizi;
  4. Olah raga teratur;
  5. Berjemur teratur;
  6. Jaga jarak sosial (hindari kerumunan);
  7. Keluar rumah pakai masker;
  8. Jaga jarak fisik antar orang minimal 1 meter;
  9. Rajin cuci tangan pakai sabun dan air mengalir;
  10. Mandi bersih (syukur-syukur pakai air panas) dan cuci pakaian sepulang ke rumah;
  11. Secara berkala rajin test Covid-19;
  12. Ikut vaksinasi bila saatnya tiba.

Bila prosedur di atas kita patuhi maka kecil kemungkinan kita terjangkit dan/atau menyebarkan Covid-19. Untuk selanjutnya hidup berkegiatan seperti biasa, bekerja seperti biasa dengan tetap patuh berpegang kepada ketentuan Protokol. Itulah normalitas baru kita paska muncul dan merebaknya Covid-19.

Berdamai dengan Covid-19 pada LOAR yang tinggi karena Covid-19 masih ada di sekitar kita. Risiko masih memapari kita dan belum bisa kita basmi total (nolkan).

LOAR yang tinggi berarti kemenangan bagi kita. Itu berarti kita sudah berusaha maksimal. Bukan kalah. Kalah itu bila LOARnya rendah dalam arti kita tidak berusaha dan takut berkegiatan normal sehingga mengganggu jalannya roda kehidupan ekonomi-sosial pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara.

Di sinilah pentingnya belajar IPTEK pengendali risiko secara umum di bangku kuliah, atau menjadi anggota WAG Nasional TSS, WAG KOMTRASS, FBG KOMTRASS, dan CBSA KOMTRASS yang saya dirikan dan kelola ini. Di dalam grup-grup itu kita bisa belajar bagaimana mengendalikan risiko, mencegah kecelakaan, dan menjinakkan kecelakaan.

Kalau kita takut risiko bukan hanya akan takut melangkah tapi juga takut menjalani hidup minimal. Dan dijamin tidak bisa maju dan sejahtera.

Jadilah pemberani tapi jangan ngawur dan jangan nekad!

Berdamai dengan risiko itu bisa beragam level, lingkup, dan ukurannya (LLU). Makin banyak anda belajar menguasai IPTEK keselamatan akan makin tinggi, luas, dan besar (TLB) LLU risiko celaka yang bisa anda ajak berdamai. Itu karena level of acceptable risk (LOAR) anda meningkat sebagai hasil dari no pain no gain.

Hal yang sama, makin tinggi ilmu beladiri anda makin tinggi pula TLB LLU risiko gangguan keamanan (menjadi korban kejahatan) yang bisa anda ajak berdamai. Demikian pula makin tinggi ilmu bisnis anda akan makin TLB LLU risiko rugi bisnis yang bisa anda jinakkan.

Mari berdamai dengan risiko agar hidup kita tenang, maju, selamat, aman, dan sejahtera. itu termasuk berdamai dengan Covid-19.

Terima kasih,

Priyanto M. Joyosukarto, KOMTRASS & TSS Founder/ Nuclear Engineer/ Industrial Safety&Security Lecturer/ Kyokushin Karate Instructor/ TSA Inspirator & Motivator.

Sebagai pembanding, lihat peta bahaya operasi industri pada gambar te

Tulisan di WAG terpotong disinii

Back to top button