Jangan Lupa Corona Itu (Masih) Ada: Omicron di Wisma Atlet
Mengingat ganasnya penularan varian Omicron, ada baiknya Satgas menyebut nama petugas kebersihan Wisma Atlet tersebut sehingga setiap orang yang merasa pernah berinteraksi dengan petugas tersebut dapat segera melapor pada Satgas.
oleh: Titik Valentine
JERNIH-Ditemukannya Covid-19 varian Omicron pada salah satu dari tiga petugas kebersihan di lingkungan Rumah Sakit (RS) Wisma Atlet yang terinfeksi Covid-19 tentunya membuat banyak orang terkejut. Sebab selama ini selalu dikatakan belum ditemukan varian Omicron di Indonesia.
Terlebih jika melihat bagaimana pemerintah telah berupaya keras untuk mencegah varian tersebut masuk Indonesia. Mulai dari meningkatkan pemeriksaan pendatang dari luar negrei sampai larangan mendarat pesawat dari negara-negara yang terkonfirmasi memiliki maslalah dengan varian Omicron.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi sendiri yang mengumumkan adanya varian Omicron di Wisma Atlet. Bahkan Menkes Budi menyebut jika varian tersebut terkonfirmasi berdasarkan whole genome sequencing yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).
Jika kemudian Wisma Atlet dilockdown maka itu kebijakan yang paling tepat untuk saat ini. Sebab sebagaimana sering dikabarkan jika varian Omicron ini sangat ganas dalam hal berkembang biak dan penularan. Seorang peneliti di Hong Kong menyebut Omicron berkembang biak 70 kali lebih cepat daripada varian Delta di saluran udara manusia.
Sedangkan Pakar epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menggambarkan kecepatan penularan varian Omicron bisa mencapai 500 persen dari virus Corona pertama versi Wuhan.
“Kalau diibaratkan Delta itu 100 persen kecepatannya, lebih cepat daripada virus liar yang di Wuhan, ini kemungkinan bisa sampai 500 persen,”.
Kini kewajiban Satgas untuk melacak darimana petugas kebersihan Wisma Atlet itu tertular? Karena ia tidak pernah ke luar negeri. Jadi transmisi varian Omicron diperkirakan terjadi di Internal Wisma Atlet, di sekitar tempat tinggalnya atau dari pergaulannya. Jika ruang gerak petugas kebersihan tersebut sampai bersinggungan dengan mereka yang tengah menjalani karantina maka bisa jadi ia tertular dari salah satu orang yang tengah menjalani karantina.
Sebagaimana diketahui Wisma Atlet merupakan tempat karantina bagi warga negara Indonesia yang baru tiba dari luar negeri dengan kategori, pekerja migran Indonesia, pelajar / mahasiswa yang kembali dari luar negeri dan ASN yang baru kembali dari penugasan di luar negeri.
Tugas Satgas tidaklah ringan karena mereka harus melacak dan mengungkap ‘siapa menularkan pada siapa’. Mencari siapa nya ini tidaklah mudah menilik perjalanan penemuan Omicron di Wisma Atlet.
Bayangkan saja para petugas kebersihan ini pada tanggal 8 Desember terdeteksi positif Covid-19 berdasarkan hasil PCR. Kemudian, pada tanggal 10 Desember, sampel tiga orang ini dikirim ke litbangkes untuk genome sequencing dan baru pada 15 Desember hasil ujinya keluar.
Artinya Satgas harus melacak dari orang-orang yang menjalani karantina sebelum tanggal 8 Desember, dengan pertimbangan masa inkubasi virus sekitar tiga hari. Ini baru untuk mencari sumber varian Omicron.
Jika sudah ditemukan terduga pembawa varian Omicron, Satgas harus melakukan penelusuran dengan siapa sajakan orang ini berinteraksi. Semoga mereka yang selama ini berinteraksi dengan terduga pembawa varian omicron tidak tertular dan sudah keluar Wisma Atlet dalam keadaan zero virus. pengecekan lagi
Satgas juga harus melakukan penelusuran dengan siapa sajakah petugas kebersihan tersebut melakukan interaksi sebelum dinyatakan positif Covid-19 pada tanggal 10 Desember. Dan masih banyak lagi penelusuran yang harus dilakukan Satgas seperti saat pertama kali Covid-19 ditemukan di Indonesia.
Ada baiknya Satgas menyebut nama petugas kebersihan Wisma Atlet tersebut sehingga setiap orang yang merasa pernah berinteraksi dengan petugas tersebut dapat segera melapor pada Satgas. Setidaknya langkah itu yang dapat dilakukan masyarakat membantu Satgas. (tvl)