Jika Anjing Ini Tahu Makanan dari Sultan, Ia tak Akan Mau Makan
“Aku takut dikategorikan orang lupa, sebagaimana sabda junjunan kita Nabi Muhammad Saw, “yuhibbunal qusur wa yansaunal qubur”. Cinta istana, lupa astana”. Lagi pula, yang gila itu siapa? Aku atau engkau? Kurasa engkaulah yang gila. Gila harta, gila kekuasaan, dan gila-gila lainnya yang menjauhkan engkau dari akhirat, karena tenggelam dalam kesenangan duniawi,”jawab Bahlul.
Oleh : Usep Romli H.M.
Bahlul bukan tokoh fiktif. Ia adalah Abu Wahb Amr as-Shairafi al-Kufi. Lahir di Kufah, Irak. Menjalani kehidupan sebagai sufi eksentrik, sehingga digelari “bahlul”. Hidup di masa Khalifah Harun ar Rasyid, dan wafat tahun 197 H.
Biografi Bahlul dapat dilacak pada sejumlah sumber literatur Arab. Antara lain Al-Bayan wa at-Tabyin (al-Jahiz), al-Rijal (At-Thusi), Lisan al-Mizan (Ibnu Hajar Asqalani), al-A’lam (al-Zirkili). Juga dalam Geschichte der arabischen Litteratur karya Carl Brockrelman (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul Tarikh al-Adab al-Arabi.
Alhasil, Bahlul termasuk sosok penting. Anekdot-anekdotnya mengandung pelajaran berharga ditinjau dari aspek pendidikan akhlak, dan aspek sosial politik pada masanya. Meski memiliki hubungan kekerabatan dengan Sultan Harun ar Rasyid, bahkan mendapat paviliun khusus untuk tempat tinggalnya di lingkungan istana, Bahlul lebih suka hidup mengembara. Bebas berkeliaran. Tinggal di gubuk atau makam. Bahkan ia bersikap oposisi kepada Sultan dengan ucapan-ucapan lugas, keras dalam kerangka “amar ma’ruf nahyi munkar” (mengajak kepada kebaikan, mencegah dari keburukan).
Cinta istana, lupa astana
Salah satu anekdot terkenal, percakapan antara Sultan Harun ar Rasyid dengan Bahlul sebagai berikut :
“Bahlul, kapan kau akan sembuh dari kegilaanmu? Kuberi tempat di istana, kau malah tidur di kuburan.” Sultan menghardik.
“Aku takut dikategorikan orang lupa, sebagaimana sabda junjunan kita Nabi Muhammad Saw, “yuhibbunal qusur wa yansaunal qubur”. Cinta istana, lupa astana”. Lagi pula, yang gila itu siapa? Aku atau engkau? Kurasa engkaulah yang gila. Gila harta, gila kekuasaan, dan gila-gila lainnya yang menjauhkan engkau dari akhirat, karena tenggelam dalam kesenangan duniawi,”jawab Bahlul.
Harun ar Rasyid terhenyak mendengar jawaban itu. Tak mampu membantahnya, karena yang diucapkan Bahlul benar adanya.
Nanti anjing tak mau makan
Suatu hari Sultan Harun menyuruh mengirimi makanan kepada Bahlul di gubuknya. Makanan itu oleh Bahlul diberikan kepada seekor anjing yang kebetulan lewat di situ.
“Bahlul !”teriak pesuruh. “Mengapa makanan Sultan kau berikan kepada anjing?” “Sssst….diam. Jangan bicara keras-keras. Kalau anjing itu tahu, ini makanan dari Sultan, nanti dia tak akan mau memakannya,”kata Bahlul. [ ]