SolilokuiVeritas

KDM dan Reposisi Peran Gubernur

Peraturan Gubernur penjabaran APBD tahun 2025 berkali-kali mengalami perubahan alokasi dan fokus belanja hingga terkumpul dana Rp 5,5 triliun. Dia melakukan perubahan alokasi dan fokus dari belanja tidak penting ke belanja penting. Tak satu pun kepala daerah melakukan perubahan penjabaran APBD sesering Dedi. Belanja operasional dan belanja modal masih mirip kegiatan bisnis normal alias business as usual.

Oleh     :  Ikhwan Mansyur Situmeang*

JERNIH– Nama populernya Kang Dedi Mulyadi alias KDM. Sapaannya Kang Dedi. Pamor KDM melonjak berkat aksi-aksinya. Publikasi aksinya di Youtube memudahkan publik mengenali sosoknya. Mengapa? Karena Dedi mempunyai semua ingredient (unsur) personal branding.

Unsur penampilan (appearance). Dedi memiliki diferensiasi. Busana pangsi dan iket udeng atau totopong, pakaian khas Sunda mengingatkan publik kepada identitas budaya Sunda. Bukan semata aksesori. Pangsi mencerminkan keluasan sedangkan totopong menyimbolkan keterikatan antara otak dan hati.

Dalam postingannya Dedi berupaya untuk mengamalkan tradisi Sunda Panca Dharma, yaitu menghormati asal-usul diri (purwa daksi), bertunduk kepada hukum, berilmu pengetahuan, mengagungkan Sang Hyang Tunggal (Tuhan Yang Maha Esa), dan berbakti kepada Tanah Air. Kurang lebih mirip tradisi suku bangsa lain. Misalnya Batak. 

Menghormati asal-usul diri berarti urang Sunda mengenali karuhun atau leluhur atau nenek moyang. Batak memilik tradisi yang mirip. Namun upaya Dedi terlanjur dinilai salah sebagai kemusyrikan, kekafiran, keterbelakangan, dan ketertinggalan.

Unsur pencapaian (achievement). Publikasi aksinya di Youtube memudahkan publik mengenali kerjanya. Untuk mewujudkan Jawa Barat Gemah Ripah Repeh Rapih, dia tak sungkan-sungkan mengimplementasikan nilai budaya Sunda dalam tata kelola pemerintahan dan sinergi antarpemangku kepentingan.

Langkahnya diawali penataan ruang di Puncak dan Bandung Utara, yaitu mengembalikan kawasan resapan dan menindak alih fungsi lahan. Dia menyelamatkan warga di bantaran sungai dan sekitar daerah aliran sungai di upstream, midstream, dan downstream (dari hulu ke hilir) hingga Teluk Jakarta. Dia menormalisasi sungai dan daerah aliran sungai serta pembersihan sampah. Warga Jakarta patut berterimakasih kepada Dedi.

Aksinya yang fenomenal, dia menyetop kegiatan alih fungsi lahan dan tambang ilegal. Dia mengevaluasi izin tambang galian legal dan menutup izin tambang galian ilegal. Pasca-tanah lonsor Gunung Kuda di Cirebon, Dedi mencabut izin tambang galian perusahaan pelaku, dan mengubah pemanfaatan ruang di area kejadian.

Tidak cukup, dia memoratorium izin tambang galian di wilayah Jawa Barat dan menyetop KSO (Kerja Sama Operasi) tambang galian Perum Perhutani di Jawa Barat. Dedi meminta Perhutani untuk mencabut KSO tambang galian. Dia bertekad untuk menutup tambang galian yang menyebabkan bencana dan merusak lingkungan.

Publik menyetujui keputusannya. Perhutani mengabaikan prinsip good corporate governance dalam mengoptimalkan bisnis kehutanan. Perhutani gagal membuktikan kepeduliannya kepada kepentingan masyarakat dan lingkungan. Tanah longsor Gunung Kuda sebagai bukti. Sementara Pemerintah Provinsi Jawa Barat sedang menuju kemakmuran yang berpijak kepada keselarasan manusia dan alam.

Publik mengamati kerja Dedi dalam penataan kawasan Pasteur sebagai wajah Jawa Barat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat berbagi wilayah wewenang dengan Pemerintah Kota Bandung. Terobosan yang brilian. Gerbang tol Pasteur salah satu pintu masuk/keluar yang paling ramai di Bandung, terutama saat liburan. Di sekitarnya kawasan wisata dan pusat keramaian seperti Gedung Sate.

Langkahnya yang menyita perhatian publik ialah program bantuan untuk supir angkot, sais delman, dan penarik becak di Puncak dan destinasi wisata lainnya agar tidak beroperasi selama arus mudik/balik lebaran. Keputusan yang cerdas. Selama ini pengambil kebijakan cuma berkutat untuk mengatur jam naik/turun kendaraan di jalur Puncak.

Peluncuran program sosial Jabar Nyaah Ka Indung untuk meningkatkan kesejahteraan kaum ibu, terutama mereka yang kurang mampu, disambut haru biru. Sebab meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap peran ibu dalam keluarga dan pembangunan daerah.

Publik dikejutkan oleh keputusan Dedi untuk membentuk satuan tugas (satgas) antipremanisme dalam mendukung kondusivitas iklim investasi. Dia menumpas praktik premanisme yang meresahkan masyarakat, seperti permintaan tunjangan hari raya (THR). Pelakunya kelompok masyarakat yang mengatasnamakan organisasi kemasyarakatan (ormas) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Dedi mendekatkan pelayanan kepada masyarakat melalui program jemput bola Abdi Nagari Nganjang ka Warga. Dedi meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan menciptakan rasa memiliki terhadap daerah. Dedi memperkuat transformasi birokrasi yang berorientasi kepada pelayanan. Dobrakan yang brilian.

Jika selama ini gubernur kehilangan wibawa di mata bupati dan walikota, Dedi sebaliknya. Dia menyinergikan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan pemerintah kabupaten dan pemerintah kota untuk mewujudkan “Jawa Barat Istimewa”. Upaya mengurangi disparitas pembangunan utara-selatan dan mendorong investasi serta pemerataan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, perekonomian, dan lingkungan. Dedi berfokus kepada pembangunan infrastruktur yang merata.

Untuk mewujudkan Jawa Barat Gemah Ripah Repeh Rapih, yakni provinsi yang subur, makmur, sejahtera, dan tenteram, serta damai dan rukun, Dedi menggalang potensi pemerintah daerah se-Jawa Barat dalam mengoptimalkan program pelayanan dan alokasi anggaran agar cukup sandang dan pangan serta aman sentosa. Motto tersebut pedoman pemerintah dan masyarakat Jawa Barat untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah.

Reposisi Gubernur

Peribahasa “Ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salebak” menyadarkan bahwa pembangunan membutuhkan sinergi program dan anggaran antara pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan pemerintah kota dalam bentuk kolaborasi untuk mencapai tujuan pembangunan. Sering terdengar cerita gubernur kesulitan melaksanakan tugasnya selaku wakil pemerintah pusat di wilayah provinsi. Tapi, Dedi mampu mereposisi gubernur terhadap bupati dan walikota.

Keseganan bupati dan walikota tidak serta merta. Dedi memulainya. Dia membuka borok anggaran belanja. Peraturan gubernur penjabaran APBD tahun 2025 berkali-kali mengalami perubahan alokasi dan fokus belanja hingga terkumpul dana Rp 5,5 triliun. Dia melakukan perubahan alokasi dan fokus dari belanja tidak penting ke belanja penting. Tak satu pun kepala daerah melakukan perubahan penjabaran APBD sesering Dedi. Belanja operasional dan belanja modal masih mirip kegiatan bisnis normal alias business as usual.

Unggahan Youtube Dedi mempertontonkan jenis-jenis belanja yang ugal-ugalan seperti belanja barang dan jasa, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial. Belanja pakaian dinas termasuk kategori belanja operasional yang diubah, termasuk belanja operasional mobil dinas yang meliputi pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan. Jenis-jenis belanja tertentu menuai kontroversi. Karena afiliasi partai dan organisasi, mereka menerima jumlah dana yang besar.

Untuk membentuk insan paripurna, Dedi mengenalkan Gapura Panca Waluya atau lima nilai utama: cageur (sehat lahir batin), bageur (berbudi pekerti), bener (jujur dan adil), pinter (pintar dan cerdas), serta singer (rajin)—-sebagai strategi kultural. Gapura Panca Waluya merupakan rekontekstualisasi nilai budaya Sunda dalam pendidikan, sehingga pendidikan tidak hanya berfokus kepada aspek kognitif tetapi juga kepada aspek afektif dan psikomotorik. Sekolah kebangsaan di barak tergolong upaya Dedi mewujudkan insan paripurna.

Unsur keahlian (expertise). Dedi memiliki kemampuan melakukan tugas berdasarkan pengetahuan dan pengalaman. Keahliannya dalam komunikasi (communication) di atas rata-rata. Keahliannya to speak in audience language atau berbicara dalam bahasa audiens terlihat dalam public speaking yang menyesuaikan bahasa antara Dedi dan rakyat. Orasinya mengandung ilmu, runtut, dan lucu dalam gaya bahasa metafora (persamaan atau kesamaan) dan gaya bahasa asosiasi (perbandingan).

Publik menyaksikan kemampuan Dedi bukan sekadar “turun ke bawah” melainkan juga menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan (leadership) dan manajemen (management) yang kuat. KDM memiliki keahlian kepemimpinan dan keahlian manajemen sekaligus.

Di sisi kepemimpinan, Dedi memiliki kemampuan memengaruhi, memotivasi, dan mengarahkan orang lain. Gayanya kepemimpinan transformasional. Dia menginspirasi dan memotivasi. Dia menciptakan tujuan perubahan, mengartikulasikan kebutuhan perubahan, dan mendorong gerakan perubahan.

Dedi berperilaku sebagai model inspirasi dan motivasi karena memiliki integritas dan kredibilitas. Masyarakat dan organisasi merasa nyaman dan percaya serta memberi hormat. Integritasnya fondasi kepemimpinan. Kredibilitasnya memengaruhi kepemimpinan. Kredibilitas membangun kepercayaan dalam hubungan antara pemimpin dan pengikut.

Dalam beberapa tahun terakhir terjadi ledakan perhatian terhadap kepemimpinan etis. Perilaku inti pemimpin beretika: integritas dan kredibilitas. Di masa kini, pemimpin yang memiliki integritas dan kredibilitas semakin langka. Berkat integritas dan kredibilitasnya, Dedi membangkitkan semangat, antusiasme, dan optimisme urang Sunda.

Dengan membangun integritas dan kredibilitas, pemimpin semakin mangkus (berhasil guna) dan sangkil (berdaya guna) dalam manajemen sumberdaya yang optimal untuk mencapai kesuksesan. Hasilnya manjur atau mujarab sedangkan metode, prosedur, atau caranya tepat atau kena.

Di sisi manajemen, gaya kepemimpinan transformasional berfokus kepada inspirasi dan motivasi serta komitmen untuk mengembangkan potensi.

Dedi memiliki gaya management by walking around. Bahasa gampangnya, manajemen jalan-jalan. Dedi berkeliling wilayah untuk berinteraksi dengan masyarakat. Tidak melulu di belakang meja atau menerima laporan. Dia ingin memahami proses, masalah, dan ide masyarakat.

Dia menciptakan umpan balik. Umpan balik dalam komunikasi membangun percakapan dua arah, terjadi interaksi: aksi reaksi. Umpan balik memastikan pemahaman dan meningkatkan keterbukaan karena respons kedua pihak memungkinkan berbagi pendapat dan perasaan. Umpan balik bisa berupa isyarat verbal atau nonverbal.

Hebatnya lagi, Dedi mendorong urang Sunda berpikir kreatif, inovatif, dan kritis. Dia memberikan ruang untuk diskusi yang melancarkan pertukaran pikiran dan pendapat dua orang atau lebih. Meskipun dialognya santai tetapi berfokus untuk bertukar pikiran, menyelesaikan masalah, dan mencapai kesepakatan.

Unsur keunikan (uniqueness). Mirip unsur penampilan (appearance), Dedi memiliki karakteristik sebagai daya tarik dalam berbagai aspek kehidupan karena latar belakangnya keluarga bersahaja, berternak sapi domba di masa kecil, terpilih sebagai anggota DPRD dan DPR, dan terpilih sebagai bupati dan gubernur.

Unsur sikap (attitude). Melalui Youtube, sikap Dedi gampang terlihat sebagai ekspresi internal yang membentuk laku dan unsur laku sebagai ekspresi eksternal yang dibentuk sikap tersebut. Dedi memilik sikap dan laku sesuai nilai budaya Sunda seperti humble atau empati kepada sesama dan anti-feodal yang mendukung kesetaraan, kebebasan, dan keadilan.

Di tengah kontroversi kiprahnya selama 100 hari kerja, Dedi sukses menampilkan diri seutuhnya. Sejauh ini, masyarakat Jawa Barat merasakan manfaat kebijakan dan keputusannya. [ ]

* Analis Kebijakan Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI).

Back to top button