Kritik Imam Nawawi Kepada Sultan
“Seharusnya Sultan bersama para pejabat tinggi negara berada paling depan dalam menghadapi krisis ini. Kumpulkan semua perhiasan milik Anda dan mereka, yang diperoleh pada masa subur makmur. Rakyat tak punya kelebihan milik apa-apa.
Oleh : Usep Romli H.M.
Imam Syaraf Yahya an-Nawawi, terkenal dengan sebutan Imam Nawawi saja (abad 11 H), amat dihormati semua orang karena prestasi dan reputasinya. Beliau produkif menulis kitab.
Karya tulisnya masih dikaji hingga sekarang. Antara lain kumpulan hadis “Arbain” (40 hadis terpilih), “Riyadush Shalihin”, “Syarah Hadis Sahih Muslim”, kitab fiqih “Syarah Muhazzab” (22 jilid), kitab kumpulan doa dan dzikir “Al Adzkar” dan lain-lain.
Beliau termasuk ulama yang tak pernah datang ke istana untuk menghadap Sultan guna urusan duniawi. Hanya sekali saja seumur hidupnya beliau datang ke istana. Yaitu tatkala negeri Syam (Suriah) menderita paceklik dan krisis moneter. Sultan mengeluarkan seruan, agar rakyat bersama-sama mengatasi krisis ter-sebut. Salah satu caranya, mengeluarkan iuran pengumpulan dana.
Imam Nawawi datang kepada Sultan Nuruddin. Tanpa tedeng aling-aling menyatakan ketidaksetujuannya atas pengumpulan dana rakyat.
“Seharusnya Sultan bersama para pejabat tinggi negara berada paling depan dalam menghadapi krisis ini. Kumpulkan semua perhiasan milik Anda dan mereka, yang diperoleh pada masa subur makmur. Rakyat tak punya kelebihan milik apa-apa. Pada saat ekonomi stabil, mereka hanya punya bekal makanan untuk sehari-hari saja. Apalagi pada saat krisis begini. Berbeda dengan Anda dan para pejabat negara, serta pengusaha partner penguasa, yang dapat menimbun keuntungan berlipat ganda. Keluarkanlah harta Anda dan harta mereka. Hentikan membebani rakyat yang sudah megap-megap kepayahan.”
Sultan Nuruddin menerima kritik dan saran Imam Nawawi. Pungutan iuran keoada rakyat dihentikan. [ ]
Dari : “Percikan Hikmah”, 1999