SolilokuiVeritas

Menanam Kebaikan

Siapa yang dapat mengontrol hari ini, dapat mengontrol masa lalu. Sedangkan, siapa yang dapat mengontrol masa lalu, dapat mengontrol masa depan.

Oleh      :  Yudi Latif

JERNIH– Saudaraku, betapa pun negeri ini diliputi awan kelam, kita tidak boleh mengutuk bangsa sendiri dengan pesimisme negatif. Psikolog David D Burn mengingatkan, depresi kejiwaan merupakan hasil pemikiran yang salah. Pemikiran negatif mendistorsikan persepsi sehingga segala hal dipandang buruk dan tak bermakna.

Ketika seseorang atau suatu bangsa depresi oleh belenggu pesimisme dan ketidakbermaknaan, daya hidup dilumpuhkan oleh nestapa 4D (defeated, defective, deserted, dan deprived) yang dihayati sebagai kebenaran mutlak. Di sini, Burn menganjurkan perlunya pemikiran positif dan rasa optimistis.

Yudi Latif

Pemikiran positif dan optimisme tersebut tentu saja harus bersifat realistis. Bukan menunggu kebaikan bak rezeki durian runtuh, melainkan perlu disertai kerja keras dengan kebenaran dan kesabaran dalam pacuan waktu. Bahwa kecemasan dan pesimisme akan masa depan hanya bisa diatasi dengan berlomba-lomba menanam benih kebaikan hari ini.

Pesimisme akan masa depan terjadi karena sedikit orang yang menanam kebaikan di hari ini. Padahal, kemarin dan hari esok ditentukan hari ini. Mengapa begitu? Karena waktu cepat berlalu, sehingga masa kini dalam hitungan hari segera berlalih menjadi masa lalu. Maka dari itu, siapa yang dapat mengontrol hari ini, dapat mengontrol masa lalu. Sedangkan, siapa yang dapat mengontrol masa lalu, dapat mengontrol masa depan.

Apa yang membuat kesilaman sebagai kenangan keagungan dan kedatangan sebagai harapan kebahagiaan adalah kesabaran dan keseriusan kita merebut hari ini. Seperti kata Leo Tolstoy, ”Dua petarung yang paling kuat adalah kesabaran dan penguasaan waktu.” [ ]

Back to top button