Solilokui

Mikrobiologi: Masa Depan Kemanusiaan

Satu kultur dari lapangan golf di Tokyo terbukti sangat efektif melawan cacing parasit yang mengganggu hewan ternak. Omura dan Campbell memberinya nama Streptomyces Avermictilis. Dari bakteri inilah lahir Ivermectin, yang pada 1981 menjadi produk kesehatan paling laku sedunia untuk melawan parasit pada hewan.

Oleh  : Zaenal Mutaqqin*

JERNIH– Apa kesamaan Penisilin, Aspirin, dan Ivermectin? Rima ketiganya sama, “in”, tapi kita tidak akan membahas soal bahasa sekarang. Kita akan membahas soal obat-obatan yang diproduksi dari alam.

Zaenal Mutaqqin

Kesamaan antara Penisilin, Aspirin, dan Ivermectin setidaknya ada dua. Pertama, bersumber dari bahan organik; dan kedua, mendatangkan hadiah Nobel bagi para penemunya, yakni Alexander Fleming, John Vane, dan Satoshi Omura.

Penisilin diisolasi dari jamur yang tumbuh secara tidak sengaja di dalam laboratorium Alexander Fleming di rumah sakit St. Mary London. Penemuannya mengantarkan Fleming mendapatkan Nobel tahun 1945.

Aspirin berasal dari salisin, senyawa yang ditemukan pada berbagai tanaman seperti pohon willow (dedalu, gandarusa) dan papirus. Hippocrates (400 SM) sudah menggunakan seduhan daun willow untuk meredakan demam, namun baru tahun 1829 dapat diisolasi sebagai asam salisilat, dan beberapa tahun kemudian berhasil disintesis menjadi asam asetilsalisilat. John Vane mengungkap mekanisme yang mendasari efek aspirin pada kesehatan dan memberinya hadiah Nobel tahun 1982.

Ivermectin memiliki sejarah berliku hingga Satoshi Omura mendapatkan hadiah Nobel tahun 2015. Pada mulanya Satoshi Omura, ahli mikrobiologi dari Kitasako Institut Tokyo, berburu senyawa untuk menghambat pertumbuhan parasit. Omura mengumpulkan ribuan sampel tanah dari seluruh wilayah Jepang, lalu menjadikannya sebagai media kultur bakteri. Hasil seleksi dari kultur bakteri di Jepang dikirimkan menyebrangi lautan Pasifik untuk ujicoba, dan diterima William Campbell di labolatorium riset Merck. Satu kultur dari lapangan golf di Tokyo terbukti sangat efektif melawan cacing parasit yang mengganggu hewan ternak. Omura dan Campbell memberinya nama Streptomyces Avermictilis. Dari bakteri inilah lahir Ivermectin, yang pada 1981 menjadi produk kesehatan paling laku sedunia untuk melawan parasit pada hewan.

Tapi parasit bukan hanya menjangkiti hewan, bukan? Tahun 1987 Campbell berhasil melakukan uji klinis Ivermectin untuk onchocerciasis, gangguan mata akibat cacing, yang menyebabkan jutaan orang di sub-sahara Afrika mengalami kebutaan. Laboratorium Merck lantas menyumbangkan 3,7 juta dosis Ivermectin untuk menghentikan penyakit onchocerciasis dan lymphatic filariasis (kaki gajah) di seluruh dunia.

Ivermectin adalah endektosida pertama di dunia, yang dapat menghentikan berbagai parasit internal maupun eksternal, mulai dari nematoda hingga antropoda. Penelitian lanjutan membuktikan obat ini efektif melawan kutu kepala dan tungau penyebab kudis, bahkan memperpendek umur nyamuk yang menggigit manusia atau hewan yang sedang diberi Ivermectin. Dan semua itu berawal dari bakteri dalam tanah di Tokyo, Streptomyces Avermictilis, yang memiliki senyawa aktif Avermectin, lalu dimodifikasi secara kimiawi untuk meningkatkan fungsinya sehingga menjadi senyawa baru bernama Ivermectin.

Tidak salah bila Freeman Dyson, matematikawan yang menjadi tangan kanan Richard Feynman merumuskan Elektrodinamika Quantum, mengatakan bahwa masa depan kemanusiaan terletak pada biologi, khususnya mikrobiologi. Karena dengan meningkatnya perhatian pada biologi maka akan menciptakan keseimbangan antara yang grey technology (based on physics) yang mendukung kemudahan hidup dengan bantuan teknologi, dengan green technology (based on biology) yang mendukung kehidupan flora dan fauna serta kemaslahatan hidup manusia. [  ]

*Penyuka kopi, pegiat literasi

Back to top button