Pancaran Cahaya Iman Penopang Baldatun Toyyibatun Wa Robbun Ghafur
Berbuat baik kepada sanak keluarga, adalah mencukupi segala kebutuhan jasmani-rohani mereka, dengan cara yang baik dan terpuji. Memberi mereka makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dari sumber-sumber nafkah yang halalan thayyiban. Halal dan bersih. Agar mereka selamat dunia akhirat.
Oleh : H.Usep Romli HM
Ajaran Islam telah merekat erat, antara iman dan amal saleh. Sehingga satu sama lain tidak terpisahkan. Keterpaduan iman dan amal saleh, akan membawa setiap Muslim beriman kepada kebahagiaan dan jalan kembali yang baik (Q.s.Ar Ra’du : 29).
Islam juga telah menuntun setiap Muslim beriman, kepada jalan Ilahi, untuk mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat. Bahkan Nabi Ibrahim As, sebagai “bapak tauhid”, telah berwasiat kepada anak-anaknya (Ismail dan Ishak), serta cucunya (Yakub) : “Wahai anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini (Dienul Islam) bagimu, maka janganlah kalian mati, kecuali dalam memeluk Islam” (Q.s.al Baqarah : 132).
Juga Nabi Ibrahim As menegaskan, bahwa hidup, mati, ibadah dan pekerjaan, semata-mata hanya bagi Allah SWT, Penguasa Semesta Alam. Tidak ada sekutu bagiNya, karena itu merupakan perintah Allah SWT agar berserah diri (Muslim) kepadaNya (Q.s.al An’am : 162-163).
Dengan demikian, segala sesuatu yang kita lakukan di muka bumi, benar-benar merupakan pancaran cahaya iman. Amal saleh seperti dimaksud Q.s Ar-Ra’du ayat 29, yang telah dikutip di atas, adalah perbuatan baik dan bajik. Meliputi tindak laku pribadi kepada diri sendiri, sanak keluarga, masyarakat, alam lingkungan sekitar, yang bermuara kepada Allah SWT.
Berbuat baik kepada diri sendiri, adalah memperhatikan hak-hak seluruh anggota tubuh, baik yang tampak (pancaindra), maupun yang tidak tampak (akal, pikiran, perasaan), untuk melakukan ibadah kepada Maha Pencipta, yaitu Allah SWT. Untuk terlibat aktif dalam berbakti kepada Allah SWT melalui ibadah shalat, member pertolongan kepada sesama manusia, berpikir untuk kemaslahatan umat, menggunakan akal untuk meningkatkan taraf hidup, dan lain-lain. Janganlah hak-hak anggota tubuh dimanipulir hanya untuk kepuasan nafsu orang yang dianggap pemiliknya. Sehingga digunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan hak Allah SWT, yang menciptakan mahluk –terutama jin dan manusia – semata-mata untuk beibadah kepadaNya (Q.s. Adz Dzariyat : 56).
Hal ini perlu ditegaskan, mengingat pada masa sekarang, banyak orang merasa paling berhak atas segenap tubuhnya. Lalu mengeksploitasi anggota tubuhnya, dengan alasan kebebasan berekspressi,kebanggaan atas kecantikan, ketampanan dan ke- indahan yang melekat di wajah atau badannya, walaupun hasilnya menjurus kepada pornografi dan pornoaksi. Padahal Allah SWT memberikan kesempurnaan tubuh pada manusia, bukan untuk urusan seperti itu. Melainkan untuk beribadah, dan bersyukur atas segala nikmatNya yang tidak terhitung.
Berbuat baik kepada sanak keluarga, adalah mencukupi segala kebutuhan jasmani-rohani mereka, dengan cara yang baik dan terpuji. Memberi mereka makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dari sumber-sumber nafkah yang halalan thayyiban. Halal dan bersih. Agar mereka selamat dunia akhirat. Melindungi mereka dari siksa api neraka, sebagai bukti menjalankan perintah Allah SWT :
“Hai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan sanak keluargamu dari api neraka….” (Q.s.at-Tahrim : 6).
Begitu pula hubungan dengan orang lain dan alam sekitar. Djalin dalam harmonisasi kebersamaan, silaturahmi, gotong-royong, kasih mengasihi, saling mengingatkan jika salah, saling menunjukkan ke arah yang benar. Maka lahirlah kelompok manusia terbaik di muka bumi, yang rendah hati kepada sesama, yang ramah kepada lingkungan alam sekitar, dan beriman kepada Allah SWT (Q,s. Ali Imran : 110). Pribadi-pribadi yang demikian, yang berhasil mendidik, membina dan menjaga sanak keluarganya dari marabahaya dunia dan akhirat, serta masyarakat dan alam sekitar yang penuh kasih sayang (marhamah), yang akan menjadi fondasi pembentukan “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”. Bangsa dan negara aman sentosa sejahtera penuh ampunan Allah SWT (Q.s. Saba : 15).
Pancaran cahaya iman, terwujud dalam ahlak mulia. Ahlaqul karimah. Ditopang kuat oleh tiang-tiang ibadat kepada Allah SWT. Ibadah mahdlah, yang tatacara, dan waktunya, telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah Saw. Kesejajaran antara keimanan, ibadah dan ahlak mulia, menjadi pertanda mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, yang saling tolong menolong satu sama lain, menyuruh mengerjakan perbuatan baik dan mencegah perbuatan mungkar, menegakkan salat dan menunaikan zakat, serta ta’at kepada Allah dan RasulNya, dan kepada mereka Allah SWT menjanjikan ganjaran surga (Q.s.at Taubah : 71-72).
Berkah Allah bagi kita sekalian. [ ]