Solilokui

Penelantaran Anak di Cibubur: Hukum Alam Tidak Pernah Salah

Kasus penelantaran anak tersebut memang menyimpang dari ukuran manusia normal. Karena normalnya orang tua itu sayang kepada anak-anaknya.

Penulias: Priyanto M. Joyosukarto

JERNIH-Sudah lama saya menekuni textbook dan hasil-hasil penelitian mutakhir tentang otak (brain) manusia untuk mencari jawaban atas pertanyaan: Mengapa manusia berperilaku dengan gayanya masing-masing (as he is), mulai dari yang normal baik dan benar menurut ukuran moral dan hukum positif sampai yang aneh-menyimpang dari ukuran normal.

Termasuk di dalamnya adalah mengapa manusia bisa gagal mengendalikan diri dan mengendalikan mesin sehingga kecelakaan, dan apakah ada alasan untuk menyalahkan sesama manusia.

Di tengah perjalanan menembus horison hutan rimba cakrawala keilmuan mencari jawaban, tiba-tiba muncul kasus penelantaran lima anak di Cibubur oleh ibu dan bapaknya yang konon dosen di sekolah tinggi teknik (dosen teknik mirip saya…….?) tapi konon mereka mengonsumsi narkoba. Apa yang bisa saya komentari?

Sembarang perilaku dan emosi manusia itu punya pasangan (relasi) masing-masing dengan proses-proses yang terjadi di otaknya.

Jadi, suatu perilaku itu hanyalah hasil dari proses internal otak. Saya yakin kelak akan terjadi revolusi pengobatan perilaku manusia dari yang selama ini cuma berkutat dan berpusat kepada perilaku (kulit luar sebagai akibat) lalu melangkah maju mengarah kepada penyebab pangkal (isinya), yakni proses neurotrans miting informasi antar neuron di dalam otak, yang ternyata sangat dipengaruhi keseimbangan kimiawi otak. (Itu bisa terjadi bila ke depan para Psikiater dan Psikolog mau bersinergi dengan Neurolog, tidak asyik jalan sendiri-sendiri).

baca juga: Membedakan ‘Salah’ dan ‘Bohong’

Proses-proses tertentu di otak menghasilkan emosi dan perilaku tertentu pula yang konsisten dengan hukum alam yang mengendalikannya. Nothing goes wrong! Meski menurut moral dan hukum positif perilaku manusia bisa saja salah atau buruk tapi menurut hukum alam, perilaku manusia itu selalu benar adanya. Hukum alam hanya kenal kebenaran tapi tidak kenal baik dan buruk.

Kasus penelantaran anak tersebut memang menyimpang dari ukuran manusia normal. (Normalnya orang tua itu sayang kepada anak-anaknya).

Mungkin neurotransmiter di otak bapak dan ibunya sudah rusak karena konsumsi narkoba sehingga memproses informasi dengan cara yang salah /menyimpang, dan menghasilkan emosi dan perilaku yang menyimpang pula. Neurotransmiter yang rusak itu punya hukum alamnya tersendiri. Hasilnya adalah perilaku yg menyimpang itu. Dan itu benar sesuai hukum alamnya.

baca juga: Jangan Mengulangi Memutar Roda Kembali

Kimiawi otak manusia sudah given oleh alam (gen, turunan) dan dibentuk oleh lingkungan. Istilahnya “nature” dan “nurture”. Gen anda, warisan org tua anda sudah “given” tak bisa diubah, anda hanya bisa “membentuknya” dengan memaksimalkan fungsi dan meminimalisir potensi buruknya dengan memilih “nurture” yang tepat.

Hati-hatilah milih gaya hidup dan lingkungan pergaulan, jangan yang memberi bentuk negatif atas talenta anda.

Jangan mewariskan (nature) gen buruk kepada anak cucu anda, dan jangan pula menciptakan lingkungan (nurture) yang buruk kepada generasi penerus yang sudah terlahir ke dunia. Wariskan talenta keunggulan demi kemajuan peradaban manusia. Hindari rokok, miras, dan narkoba seperti telah dicontohi oleh para Karateka. 

Hindari pula kecelakaan karena bila minimal anda cedera saja itu sudah bisa mengubah hidup anda. Apalagi bila anda cacat tetap atau meninggal bisa mengubah keseluruhan kehidupan keluarga anda, anak cucu anda!

Terima kasih,

Priyanto M. Joyosukarto, KOMTRASS & TSS Founder/Nuclear Engineer/Industrial Safety&Security Lecturer/Kyokushin Karate Instructor; Kyokushin Karateka 4-th Dan/M-TSA, IKOK Reg. No. 73.236 (1989)/M-TSA Inspirator & Motivator/Road Traffic Observer.

Back to top button