Pentingnya Terus Belajar Dimana Saja, Kapan Saja, dari Siapa Saja, dan dari Apa Saja
Micro sleep tidak kenal waktu dan tempat tapi kenal pelaku. Ia umumnya menjangkiti sopir-sopir jarak jauh yang lelah fisik dan/atau mental.
Penulis: Priyanto M. Joyosukarto
JERNIH-Dua laka maut yang terjadi satu di Jakarta dan satu di tol Semarang-Solo beberapa waktu lalu, diduga kuat akibat sopirnya mengantuk (micro sleep) sehingga kendaraannya oleng ke kiri menabrak obyek di kiri dan/atau di depannya.
Yang di Jakarta-Casablanca mobil SUV CRV putih menabrak gerobak ketoprak dan beberapa orang yang berdiri di pinggir jalan; yang di tol Semarang-Solo, truk colt diesel pengangkut cabe nabrak bak truk tronton di depannya di lajur yang sama (lajur satu). Apa point pentingnya bagi kita?
Tidak saya tulis detil analisisnya tapi saya berani ikut menduga “micro sleep” karena pernah melihat dan mendengar sendiri kisah ibu-ibu yang profil dan kostumnya mirip yang di Casablanca, yang mobilnya nabrak pagar masuk parit di jalanan komplek yang sepi.
Juga setelah melihat video sopir colt diesel yang nampaknya berraut wajah lesu tidak bergairah dan meletakkan kedua tangannya di atas kemudi (sementara kernetnya masih bugar) sambil mendengarkan musik rancak sebelum kecelakaan. (Saya dapatkan video mutakhir itu dari “hotline” khusus KOMTRASS CBSA). Posisi nyopir/duduk di belakang kemudi yang benar itu ENAK (ergonomis-nyaman-awas-kuat-seimbang-sigap-responsif-selamat).
Microsleep (tertidur beberapa saat/detik ketika berkendara) bisa menjangkiti siapa saja khususnya pengemudi jarak jauh dan berakibat gagal pengendalian dan/atau gagal pengarahan atas jalannya kendaraan. Saya juga pernah mengalami micro sleep. Jadi bisa memahaminya.
Ciri umum gerakan kendaraan yang sopirnya ngantuk tertidur itu kalau tidak jalannya melambat, ya jalannya banting ke kanan atau ke kiri. Itu bisa terjadi pelan-pelan atau mendadak sehingga bila lalulintasnya ramai bisa fatal karena bisa memicu kecelakaan melibatkan kendaraan-kendaraan di sekitarnya (kanan-kiri, depan-belakang).
Micro sleep tidak kenal waktu dan tempat tapi kenal pelaku. Ia umumnya menjangkiti sopir-sopir jarak jauh yang lelah fisik dan/atau mental (Gejala 43 L). Kalau nyopir jarak dekat dalam kota saja ada yang terjangkit microsleep itu sungguh “terlalu”. Terlalu lemah, ngantukan.
Anda yang sejak kecil rajin berolah raga rutin punya keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif untuk menjadi sopir/pengemudi. Anda para Pebeladiri sejak kecil pasti punya pilihan hidup tertib-selamat-aman yang lebih banyak dan luas dibanding manusia biasa. Terbukti empiris.
Saya pernah beberapa kali mendapati di jalan tol, mobil di depan saya mendadak banting kanan atau ke kiri. Bayangkan betapa bahayanya itu! Kebanyakan pengendara tidak tahu, paham, dan antisipasi fenomena ini sehingga cenderung driving as usual. Rawan celaka kalau ndilalah lagi sial apes, pes, pes….! Fokus pikiran dan mata plus jaga jarak selamat itu perlu agar sukses ber-SIPDE (ABCDEFGHIA).
Jadi secara umum, setelah anda memahami teori mengemudi, berkendara, dan berlalulintas maka masih dibutuhkan kebugaran fisik dan mental untuk bisa berkendara dengan selamat sampai durasi waktu dan jarak jelajah/jangkau tertentu sesuai tujuan.
Kalau lelah dan/atau ngantuk beristirahatlah. Untuk medan perjalanan yang berat, itu masih harus ditambah dengan jam terbang yang memadai. Di sinilah pentingnya terus belajar dan pentingnya punya pikiran yang terbuka seperti yang menjadi logo Grup WA TSS dan KOMTRASS ini.
Yang perlu belajar itu bukan hanya mereka yang ingin menjadi sarjana, master, atau doktor dan profesor saja tapi juga mereka yang ingin berkendara dengan selamat tidak celaka dan/atau tidak mencelakai orang lain. Terima kasih,
Priyanto M. Joyosukarto, KOMTRASS & TSS Founder/Nuclear Engineer/Industrial Safety&Security Lecturer/Kyokushin Karate Instructor; Kyokushin Karateka 4-th Dan/ IKOK Reg. No. 73.236 (1989)/M-TSA Inspirator & Motivator/Road Traffic Observer.