Solilokui

“Percikan Agama Cinta”: Karena Cinta, Makam Pun Bergeser Mendekati Terkasih

“Ketika kalian berangkat, aku masuk dalam kotak (peti) ikut bersama rombongan ziarah ke makam Nabi Muhammad,” kata anak itu. “Wahai Syaikh sungguh aku dilupakan dari makan dan minum karena sangat rindu kepada Nabi  Saw.”

JERNIH—Saudaraku,

Syahdan. Zaman Syaikh Abdurrahman Ad-Diba’i (pengarang Kitab “Maulid Ad-Diba’i), ada kisah sangat mengharukan. Membuat sang Syaikh menangis.

Ketahuilah. Syaikh Ad-Diba’i adalah seorang ulama besar. Bernama lengkap Imam Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad Al-Syaibani Al-Yamani Al-Zubaidi As-Syafi’i. Beliau lahir pada bulan Muharram tahun 866 H dan wafat pada Hari Jumat tanggal 12 Rajab Tahun 944 Hijriyah. (Usia beliau kurang lebih 76 tahun).

Deden Ridwan

Beliau dikenal sebagai seorang ulama jujur, lemah lembut, dan indah tutur katanya. Dikisahkan. Syaikh Abdurrahman Ad-Diba’i sedang berkumpul dengan orang-orang di Kota Zabid (ujung kota Yaman) untuk berziarah ke makam Baginda Nabi Muhammad Saw di Madinah.

Jarak perjalanannya membutuhkan waktu selama dua minggu. Ketika rombongan hendak bergerak ke Kota Madinah tiba-tiba seorang anak kecil berusia 8 tahun datang dan menyapa Syaikh Ad-Diba’i. “Wahai syaikh, aku ikut ziarah ke makam Nabi.” Permintaan anak kecil itu tidak diizinkan oleh syaikh, karena khawatir membuat susah rombongan.

Lalu Syaikh Ad-Diba’i bertanya kepada anak kecil itu, “Kenapa kau sangat ingin ikut.” Lalu anak itu berkata, “Wahai syaikh percayalah aku sangat rindu kepada Rasulullah”. Namun dijawabnya, “Sudahlah, Kau tetap tak boleh ikut.” Maka berjalanlah rombongan tadi.

Setibanya di Kota Madinah tepatnya di depan makam Rasulullah, Syaikh Abdurrahman Ad-Diba’i terkejut melihat anak kecil itu ada di hadapannya. ”Wahai anak kecil, dari mana kau datang. Bagaimana kau bisa ikut?”

“Ketika kalian berangkat, aku masuk dalam kotak (peti) ikut bersama rombongan ziarah ke makam Nabi Muhammad,” kata anak itu. “Wahai Syaikh sungguh aku dilupakan dari makan dan minum karena sangat rindu kepada Nabi  Saw.”

Anak kecil tadi pun bertanya: “Wahai syaikh apakah benar tanah ini pernah dipijak Rasulullah?”

Kata Syaikh Ad-Diba’i, “Iya”. Kemudian anak itu mengambil tanah itu lalu diciumnya tanah tersebut. Anak kecil itu tiba-tiba roboh seakan-akan pingsan. Rupanya anak kecil itu telah wafat. Ia pun dikebumikan di luar Madinah karena orang luar. Kemudian Syaikh dan para rombongan mengerjakan umrah.

Saat pulang, Syaikh Ad-Diba’i teringat anak tersebut, lalu datang menziarahi makamnya. Ketika syaikh melihat keadaan makam itu, menjadi bingung. Karena makam yang berada di luar Madinah tersebut, berangsur-angsur bergeser masuk Kota Madinah mendekati makam Nabi Muhammad Saw.

Melihat itu menangislah Syaikh Abdurrahman Ad-Diba’i. Sampai sekarang makam tersebut masih ada dan berada di seberang Masjid Nabawi. “Wahai anak kecil betapa hebat dan mulianya engkau, sewaktu kecil kaurindu hendak ziarah ke makam Baginda Nabi Muhammad Saw.  Sewaktu wafat, kau juga rindu kepada Rasulullah.”

Renungkanlah. Syaikh Abdurrahman Ad-Diba’i pun menangis di dalam rumahnya. “Aku ini adalah seorang imam tapi aku malu melihat kecintaan seorang anak yang sangat mencintai Rasulullah Saw begitu dahsyat.” Syaikh Ad-Diba’i pun menulis riwayat perjalanan anak kecil itu dalam kitab maulidnya. [Deden Ridwan]

Back to top button