Solilokui

“Percikan Agama Cinta” : Menyingkap Makna yang Disembunyikan-Nya

Satu tersingkap, muncul makna lain. Seperti cinta yang tiada habis didedah kandungannya.

JERNIH– Saudaraku,

Kecenderungan orang beragama hari ini memang semakin membingungkan. Gemar hujat-menghujat, ancam-mengancam. Senang menakut-nakuti dengan dosa dan neraka. Mudah dihibur pahala-surga. Malah hendak mendirikan sebuah negara dari halusinasi sejarah.

Deden Ridwan,jernih.co,mizan,
Deden Ridwan

Jika engkau mungkin masih belum bisa terbebas dari belenggu macam itu, cobalah tanya pada mereka yang tak kapok menyeret neraka dalam ceramah berkelas kapiran begitu. “Apakah Tuan sudah pernah lihat dan masuk ke dalamnya?” Bisa kami pastikan, ia segera bungkam.

Alam raya ini disusun dengan lambaran makna. Satu tersingkap, muncul makna lain. Seperti cinta yang tiada habis didedah kandungannya. Sesiapa berhasil menyelam di kedalamannya, niscaya menemukan kehidupan yang disembunyikan Tuhan bersama aliran nafas.

Sayangnya, helaian makna itu kian sulit dijamah oleh manusia modern. Mari kita lacak sumber petakanya. Berperang sampai mati demi membela kekonyolan dalam beragama, itu fiksi. Namun derita yang lantas dihasilkannya, adalah kenyataan.

Berbalahan demi membela keyakinan dan putus persaudaraan, itu fiksi. Tapi duka lara yang ditimbulkannya kemudian, disebut kenyataan. Amarah meledak lantaran agamamu dirisak, itulah fiksi. Sementara nafasmu yang sesak karenanya, demikianlah kenyataan. Bertikai pangkai ikhwal perbedaan mazhab, demikianlah fiksi. Lalu engkau kehilangan hangat persaudaraan setelahnya, itu kenyataan. [Deden Ridwan]

Back to top button