“Percikan Agama Cinta” : Pada Makhluk, Hinalah Kita Bersandar
Barangsiapa bersendel pada harta atau dunia, kau akan miskin abadi. Barangsiapa bersandar pada kedudukan demi harga diri, situ akan terhinakan kekal.
JERNIH—Saudaraku,
Menempuh jalan cinta tak berarti harus meninggalkan dunia. Denai solak itu hadir bukan untuk melawan kosmos. Para penempuh suluk kerap menasbihi semesta. Mewakafkan waktunya atasnama cinta.
Menyisih bunga-bunga ilahi. Situs setiap makhluk berpunca. Dari Tuhan. Bersama Halikuljabbar. Selalu serempak di jalan Almalik. Puncaknya kembali kepada Sang Pencipta. Menikmati indahnya hakikat kebahagiaan. Tersenyum daim.
Dalam ekosistem ilahiah berlaku: kejarlah dunia seluas-luasnya. Hati-hati jangan sampai membuatmu takabur. Kejarlah harta sebanyak-banyaknya. Waspada jangan terperangkap memberhalakannya. Kejarlah kedudukan setinggi-tingginya. Awas tidak membuatmu bablas mensakralkannya. Kejarlah lautan ilmu sedalam-dalamnya sebagai bukti akal bekerja. Tangar melahirkan fir’aun-fir’aun era 4.0 sambil beteriak cumengkling: Tuhan telah mati!
Ingatlah. Barangsiapa bersendel pada harta atau dunia, kau akan miskin abadi. Barangsiapa bersandar pada kedudukan demi harga diri, situ akan terhinakan kekal. Barangsiapa bertumpu pada akalnya eksesif, awak akan tersesat langgeng. Namun barangsiapa bersangga kepada Allah, sesungguhnya siapa pun tak akan pernah termiskinkan, terhinakan, tersesatkan. [Deden Ridwan]