Solilokui

“Percikan Agama Cinta”: Senantiasa Menyalakan Api Cinta

Renungkanlah. Makhluk bernama takdir cinta itu harus disertai langkah ikhtiar. Tak ada takdir tanpa perjuangan dan kesadaran. Jikalau cinta engkau ingin abadi menghiasi dunia untuk merayakan kemanusiaan, tak ada cara lain kecuali engkau mesti merawat, menyiram, mengusahakannya tanpa batas.

JERNIH–Saudaraku,

Kupanggil namamu: cinta. Sebuah panggilan asa yang benar-benar lahir dari rahim jiwa terdalam. Dengan ungkapan itu, aku ingin membangun ikatan cinta yang melampaui batas-batas kebekuan ruang-waktu.

Wahai cinta. Di benakmu, aku yakin, hanya tertanam benih-benih kedamaian sebagai refleksi dari getaran keimanan pada zat Pemilik Cinta. Bayang-bayang energi al-rahmân dan al-rahîm terus menerangi setiap langkahmu menemui kebajikan. Engkau adalah pemburu rindu di tengah kegaduhan semesta yang ditinggalkan para pecinta. Menenggelamkan denyut dalam kenistaan tanpa pantulan cahaya langit.

Deden Ridwan

Wahai cinta. Suatu ketika di kota mimpi. Di tengah keheningan malam yang diam, aku menyapamu dengan sebuah curahan hati sambil menatap angkasa. Engkau tampak memesona, perawat kesibukan yang mengering ditelan kemarau kebencian. Tatkala kugenggam erat-erat di tengah kesyahduan, ternyata sungai-sungai itu kembali mengalir deras: mengairi sawah-sawah jiwa. Membasuh kedalaman rasa. Tanpa sadar, engkau jatuh dalam pelukan erat cinta.

Wahai cinta. Ditemani seuntai kata-kata: kita ingin mengikat cinta dalam keabadian ilahi, penuh kesadaran dan ketulusan. Bermodalkan ikatan cinta itu, kita berharap bisa menemukan peta jalan. Demi melanjutkan petualangan panjang dengan tersenyum.

Wahai cinta. Kumulai obrolan hati di ruang imajinasi. Menusuk lubuk hati terdalam: sungguh cinta-kasih otentik yang turun dari langit akan terjaga jika komunikasimu berlangsung penuh keceriaan.

Wahai cinta. Engkau memuja bukan karena bayang-bayang imbalan surga atau ketakutan neraka. Engkau menyembah, sesuai namamu, benar-benar karena cinta. Engkau merawat harapan:  menerangi lorong-lorong nafas sambil merayakan kebahagiaan.

Wahai cinta. Percayalah, takdir cinta sebagai keabadian adalah ikhtiar tanpa-batas. Ya, engkau mesti maknai bukan sesuatu yang tiba-tiba datang dari langit. Sebuah takdir selalu terkait dengan kebebasan ( free will) dan pilihan setiap manusia. Engkau bebas menentukan: memilih jalan cinta atau benci.

Renungkanlah. Makhluk bernama takdir cinta itu harus disertai langkah ikhtiar. Tak ada takdir tanpa perjuangan dan kesadaran. Jikalau cinta engkau ingin abadi menghiasi dunia untuk merayakan kemanusiaan, tak ada cara lain kecuali engkau mesti merawat, menyiram, mengusahakannya tanpa batas.

Ketahuilah, hanya dengan cara itu, cintamu akan tetap menyala sepanjang waktu. Menjadi matahari kesadaran: menerangi kehidupan sepanjang hayat. Tatkala menyatu dengan cinta, rasa beragamamu melampaui garis-garis kesalehan ritual berbasiskan keadaban. [Deden Ridwan]

Back to top button