“Percikan Agama Cinta”: Setetes Cinta yang Menghidupkan Kehangatan Semesta
Ternyata tanpa sebutir cinta, engkau tak bisa mengada dalam ruang-waktu. Karena cinta laksana bumbu masakan yang mampu mengubah rasa makanan menjadi lezat. Setiap gerak dan langkahmu menjadi hampa: tak bermakna. Maka, engkau semakin merasa: mengapa Tuhan, Sang Mahacinta, menurunkan setetes cinta ke bumi?
JERNIH– Saudaraku,
Di tengah kesyahduan malam. Kubisikan pelan-pelan pada hatimu. Coba engkau bayangkan: apa yang terjadi andaikan tak ada cinta dalam hidup ini?
Ketahuilah. Tanpa cinta, kesibukan mengering ditelan kemarau bernama pengerdilan. Menegang dihantui ketakutan bercap pembenci. Membusuk digilas kebrutalan bergelar pendusta. Menghilang ditelan angin berkedok suara langit berlabel pecundang.
Selamilah. Tanpa cinta, kegalauan beredar memanjang sepanjang waktu minus kepastian. Bergerak menyusuri sudut-sudut semesta minim makna. Beterbangan di angkasa tekor kesaling-percayaan. Ya, mewujud ekosistem jiwa: menjadikan kemanusiaan dan keadilan tinggal pepesan kosong.
Renungkanlah. Tanpa cinta, burung-burung tak menyanyi dengan suara merdu setiap pagi di depan jendela apartemenmu. Kucing-kucing tidak mengeong tatkala pintu rumahmu terbuka hendak pergi ke masjid. Para penghuni langit-bumi tiada saling tegur-sapa dengan tersenyum penuh kasih-sayang. Membisu dalam diam: merayakan kematian penuh tangis.
Sadarlah. Ternyata tanpa sebutir cinta, engkau tak bisa mengada dalam ruang-waktu. Karena cinta laksana bumbu masakan yang mampu mengubah rasa makanan menjadi lezat. Setiap gerak dan langkahmu menjadi hampa: tak bermakna. Maka, engkau semakin merasa: mengapa Tuhan, Sang Mahacinta, menurunkan setetes cinta ke bumi?
Dengan tetesan cinta itu, engkau tahu: seorang ibu bisa mengasihi anak-anaknya seluas alam-raya; binatang-binatang betina mencintai anak-anaknya tanpa batas; para pemimpin mampu menyayangi rakyatnya setulus hati tiada basa-basi.
Saudaraku, dengan kekuatan cinta pula Rasulullah SAW, Sang Nabi Cinta, sukses menyampaikan risalah-Nya dalam waktu relatif-singkat. Kemudian Tuhan Mahacinta, menegaskan bahwa para pecinta itu diutus semata demi memberikan kasih-sayang pada seluruh penghuni semesta.
Aku tahu, engkau rindu zaman kejujuran. Engkau kangen keikhlasan mewarnai setiap kebijakan. Ya, kejujuran dan keikhlasan para pemimpin yang menjadikan cinta dalam setiap geraknya. [Deden Ridwan]