Perjanjian dengan Elite
Elite negeri bisa duduk manis, cukup melakukan apa yang bisa diperbuat sejauh tidak merusak, mengacaukan, mempersulit, memiskinkan, melemahkan, memecah dan menghancurkan. Dengan itu saja, sebagian besar masalah bangsa ini sudah bisa terurai. Karena dalam keserempakan kerja tanpa rongrongan anasir buruk elite negeri, segala keragaman komunitas akan dipersatukan dharma kebajikan dengan haluan yang sama menuju pantai harapan: kebaikan dan kebahagiaan hidup bersama.
Oleh : Yudi Latif
JERNIH–Tuan-puan terhormat, bisakah kita berjanji demi kemaslahatan bangsa, bukan untuk melakukan yang terbaik, melainkan cukup dengan menghindari keburukan.
Kutahu mengurus dan membangun negara tidaklah mudah. Bila memperbaiki itu perkara musykil, bisakah kita tak ikut merusak? Bila menata itu rumit, bisakah tak ikut mengacaukan? Bila mempermudah pelayanan itu susah, bisakah tak ikut mempersulit? Bila memakmurkan itu sukar, bisakah tak ikut memiskinkan? Bila memberdayakan itu payah, bisakah tak ikut melemahkan? Bila menyatukan itu ruwet, bisakah tak ikut memecah-belah? Bila membangun itu berat, bisakah tak ikut menghancurkan?
Elite negeri (kuasawan, hartawan, agamawan, ilmuwan, ahliwan) bisa duduk manis, cukup melakukan apa yang bisa diperbuat sejauh tidak merusak, mengacaukan, mempersulit, memiskinkan, melemahkan, memecah dan menghancurkan. Dengan itu saja, sebagian besar masalah bangsa ini sudah bisa terurai.
Sisanya, serahkan pada rakyat biasa lewat jaringan komunitas mereka masing-masing untuk menangani masalah dan melakukan yang terbaik.
Segera akan kita saksikan bahtera Indonesia yang berbeda. Lebih bersih, lebih lincah, lebih kreatif, lebih responsif, lebih berdaya, lebih prospektif. Karena dalam keserempakan kerja tanpa rongrongan anasir buruk elite negeri, segala keragaman komunitas akan dipersatukan dharma kebajikan dengan haluan yang sama menuju pantai harapan: kebaikan dan kebahagiaan hidup bersama.
Ayo, tuan-puan, kita berjanji! [ ]