Solilokui

Politik Identitas Rahmatan Lil Alamin

Sikap seperti apa yang sebaiknya ditunjukkan para pelaku politik identitas beraroma Islam?

Oleh    :  Adjie Esa Poetra*

JERNIH–Ada apa dengan politik identitas? Harusnya tidak dipersepsikan ada  apa-apa. Alasannya, pertama tak ada satu pun parpol di dunia, termasuk di Indonesia, yang  bebas dari  identitas idealisme. Termasuk nama, lambang, symbol, falsafah, tujuan dan sebagainya.

Alasan kedua, tudingan tersebut jika dibalas dengan serangan balik  yang terlalu serius, apalagi keras, malahan bisa berakibat kontra produktif bagi peradaban politik kita. Alangkah mengada-ada jika ada satu atau beberapa  parpol atau antek-antek parpol yang berpandangan negatif terhadap politik identitas beraroma Islam. Sebaliknya betapa sangat mengada-ada bilamana ada sebuah atau beberapa parpol atau antek parpol beraroma Islam yang merasa miris saat dipojokkan oleh  tudingan telah melakukan politik identitas.

Lalu sikap seperti apa yang sebaiknya ditunjukkan para pelaku  politik identitas beraroma Islam?

Jawabannya  adalah “maju terus pantang mundur!”. Alasannya? Karena  antitesis yang tak berdasar bisa diartikan sebagai sebuah ketakutan pihak lawan. Sebuah kondisi psikis yang malahan bisa berbalik menguntungkan lawan yang sedang mereka serang.

Lalu apa masalahnya jika praktik politik identitas beraroma keislaman tidak menguntungkan lawan politiknya? Oh, sama sekali tidak ada masalah. Mau serugi apa pun, itu urusan dapur mereka. Yang penting jangan merendahkan identitas mereka. Karena Islam adalah ajaran kasih sayang alias ajaran rahmat bagi sekalian alam. Ajaran tersebut disampaikan dengan sangat jelas pada surat Al Anbiya ayat 107, “…Wama arsalnaka  illa rahmatanlilalamin..”

Ayat itu  memang ditujukan langsung sebagai tugas utama  Rasulullah SAW. Tapi esensinya bertujuan untuk memakmurkan sikap mental rahmatan lilalamin dalam setiap dada segenap Muslim dan Muslimat.

Lalu apa kaitannya dengan sikap MAJU TERUS PANTANG MUNDUR? Kaitannya adalah di setiap ada tudingan negatif terhadap politik identitas keislaman, maka harus disikapi dengan kepala tegak sambil menyatakan: “Mengapa kami dilarang menerapkan spirit Islam yang rahmatan (penuh kasih sayang) terhadap seisi alam di Indonesia? Bukankah empat tujuan NKRI mensyaratkan sifat berbangsa dan bernegara seperti itu?

Memang benar konsep berpolitik yang rahmatan lilalamin atau berpolitik dengan spirit  menyayangi semesta alam Indonesia, sejatinya menjadi tujuan setiap partai politik di Indonesia. Alasannya karena tujuan ber-Indonesia sebagaimana  yang dituangkan  pada empat tujuan NKRI, yang terdapat pada Mukadimmah UUD 1945 sedang sangat mendambakan perhatian kita.

-Coba perhatikan dengan seksama sambil bertanya kepada diri sendiri, bagaimana situasi dan kondisi sesungguhnya dalam hal: 1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 2. Memajukan  kesejahteraan Umum. 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan 4. Turut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial

-Apakah empat amanat tersebut benar-benar telah berjalan secara integral  untuk   jangka pendek, menengah dan jangka panjang? Sepertinya jangankan dijalankan, dihafal dan dipedulikan oleh semua penyelelenggara pun belum tentu.

-Sebagai penutup kata, itu pulalah cara yang paling damai dan paling pantas dilakukan para pengusung politik identitas, nasionalis, kekaryaan dan sebagainya, khususnya bila di kemudian hari mendapat tudingan negatif telah melakukan  politik identitas sesuai idealisme masing- masing.  

-Sesungguhnya tak satu pun regulasi perpolitikan kita yang melarang politik identitas. Kecuali politik identitas yang  berhaluan Komunis. [  ]

*Anggota Korps Alumni HMI (Kahmi)

*Solilokui adalah ruang opini pribadi penulis.

Back to top button