Saling Tanduk di Kandang Banteng
Elite PDI Perjuangan kompak menyeruduk Ganjar Pranowo. Gubernur Jawa Tengah itu dinilai terlalu asik pencitraan di media sosial.
Oleh : Setiyardi
JERNIH– Trimedya Panjaitan geram alang kepalang. Anggota DPR dari PDI Perjuangan itu menyebut manuver kader partai banteng, Ganjar Pranowo, menjelang 2024 semakin keterlaluan.
Trimedya menyebut Ganjar tak tahu diri dalam menggenjot popularitas di media sosial. “Dalam bahasa Jawa Ganjar itu sudah sangat kemlinthi. Harusnya sabar dulu menjalankan tugasnya sebagai Gubernur Jawa Tengah,” ujar Trimedya Panjaitan.
Trimedya melihat langkah Ganjar terlalu memperlihatkan keinginannya untuk maju Pilpres 2024. Ganjar aktif keliling Indonesia mulai dari Sumut hingga Sulawesi Selatan. “Saat PON di Papua ada yang teriak nama Ganjar (sebagai presiden). Bagi yang mengerti politik itu terlihat by design. Ganjar ini tak menghargai Ibu Megawati,” kata Trimedya
Sebetulnya serudukan elite PDI Perjuangan terhadap Ganjar seperti gelombang laut. Silih berganti. Bambang Wuryanto, Ketua PDI Perjuangan Jawa Tengah yang mulai menabuh genderang. Tokoh yang akrab dipanggil Bambang Pacul itu menyerang Ganjar karena membuat video bantuan sembako kepada Fajar Nugroho, kader partai banteng di Temanggung.
“Kalau memang niatnya mau membantu tak usah diumuk-umukke (dipamerkan). Janganlah saudara sendiri dijadikan pengewan-ewan (dihinakan) begitu,” ujar Bambang, awal 2022.
Lebih lanjut, Bambang Pacul memberikan saran kepada Ganjar jika ingin membantu kekurangan warganya di Jawa Tengah. Saat ini, kata Bambang, sudah muncul kesadaran warga terkait adanya upaya-upaya pencitraan sehingga langkah-langkah seperti itu kan menimbulkan resistensi. “Ganjar ini gubernur. Kalau mau urus warganya di Jawa Tengah, bantu lewat kebijakan dan penganggaran yang berpihak kepada rakyat. Bukan lewat bantuan yang diunggah di medsos seperti itu. Tak elok,” kata Bambang Pacul. Setelah polemik itu mencuat ke publik, Fajar Nugroho lantas mengembalikan bantuan yang diberikan Gubernur Ganjar kepadanya.
Adu seruduk di kandang Banteng itu sebetulnya sudah dimulai tahun lalu. Awalnya Ganjar terang-terangan tak diundang saat Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani memberikan arahan untuk kader PDI Perjuangan di Jawa Tengah. Padahal acara tersebut dihadiri kepala daerah se-Jateng dari PDIP. “Tidak diundang! Ganjar wis kemajon (kelewatan). Yen kowe pinter, aja keminter (kalau kamu pintar, jangan bersikap sok pintar),” tegas Bambang usai acara, Sabtu (23/5/2021).
Menanggapi pelbagai serangan itu, Ganjar mencoba bersikap tenang. Ia menegaskan jika penetapan calon presiden dari PDI Perjuangan adalah hak preogratif Ketua Umum, Megawati Soekarno Putri. Ganjar menegaskan, saat ini ia hanya fokus melaksanakan tugasnya sebagai Gubernur Jawa Tengah. Banyak persoalan yang harus segera ia selesaikan. “Saya sedang nyambut gawe mengurus rob, mengurus minyak goreng dulu,” katanya, (3/4).
Sementara, Ketua Umum Ganjarist, gerakan yang mengusung Ganjar Pranowo untuk Capres 2024, Eko Kuntadhi, dalam tayangan ILC 4 Juni 2022 menjawab tudingan miring Trimedya Panjaitan. Eko menegaskan bahwa kelompoknya berhak untuk ikut memikirkan masa depan bangsa Indonesia, Eko mengklaim dana yang digunakan Ganjarist berasal dari hasil penjualan kaos berwajah Ganjar.
“Para politikus kerap menilai biaya politik itu mahal. Padahal kami bergerak di media sosial, di WA grup, yang tak membutuhkan biaya,” kata Eko Kuntadhi, yang juga dikenal sebagai buzzer itu.
Terlepas dari perseteruan di internal PDI Perjuangan, prestasi Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah memang tengah menjadi sorotan. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, Jawa Tengah menjadi provinsi termiskin di Pulau Jawa jika dilihat dari dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Jawa Tengah hanya mencatatkan angka sebesar Rp38,67 juta per tahun, jauh di bawah rerata pendapatan per kapita nasional yang mencapai Rp62,24 juta per tahun.
Citra Ganjar diperburuk oleh bentrok terkait rencana pembangunan waduk di Wadas, Purworejo. Rakyat Desa Wadas menilai proyek penambangan batu andesit untuk waduk telah memberangus nasib mereka. Muncul perlawanan publik. Lewat akun Wadas_Melawan, rakyat terang-terangan berseberangan dengan kebijakan Gubernur Ganjar Pranowo. Akun Wadas_Melawan mengunggah video pencopotan banner dan spanduk protes yang dilakukan oleh sejumlah aparat dan Satpol PP. “Hari ini sejumlah aparat dan satpol PP mencabut Banner warga Wadas. Berbagai ekspresi penolakan kami berusaha dibungkam. Bukannya mencabut IPL, malah mencabut aspirasi warga Wadas. Pak Ganjar sehat?” cuit Wadas_Melawan, pada Selasa (1/3/2022).
Ganjar juga tercoreng sebab ada pengerahan aparat bersenjata lengkap ke Desa Wadas untuk mengamankan pengukuran lahan di sana. Peristiwa itu diwarnai tindakan represif aparat kepada warga dan penangkapan terhadap 64 warga meski akhirnya dibebaskan. Ganjar sendiri telah menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tersebut. “Saya ingin menyampaikan minta maaf kepada seluruh masyarakat Purworejo dan wabilkhusus kepada masyarakat di Desa Wadas,” kata Ganjar Pranowo dalam konferensi pers.
Ada nasib sial lainnya. Musibah banjir rob akhir Mei 2022 lalu menerjang kawasan pantai utara Kota Semarang, Jawa Tengah. Sejumlah wilayah terendam membuat repot masyarakat setempat. Menurut laporan ada enam Rukun Warga (RW) terkena banjir rob untuk meminta bantuan. Di antaranya RW 001, 012, 013, 014, 015, dan 016 di Kelurahan Tanjung Mas, tepatnya di Tambak Rejo.
Selain itu, Pelabuhan Tanjung Emas juga terendam air laut pasang setinggi 1,5 meter. Rumah dan kendaraan milik penduduk setempat ikut terendam banjir rob. Dan fenomena serangan rob itu viral di media sosial. Belakangan Ganjar berkelit dengan menyebut bencana itu akibat fenomena alam, karena air laut naik ke darat dampak tarikan gravitasi bulan. [sty]