Solilokui

“Saya Tidak Sudi Lagi Menyebut Australia ‘Rumah’”

Ada lelucon tentang regulasi yang berlebihan di Australia, “Suatu hari, Anda akan memerlukan izin untuk kentut.” Namun, setelah Komisaris Fuller mengusulkan pengaturan seks, saya yakin hanya masalah waktu sebelum ide gila ini dan ide-ide lain yang serupa, yang langsung dipotong dari serial horor media sosial Netflix, Dark Mirror, disahkan menjadi undang-undang.

Oleh  : Ian Lloyd Neubauer

JERNIH– Salah satu petugas hukum paling senior Australia, komisaris polisi New South Wales, Mick Fuller, mengusulkan sebuah aplikasi pada bulan lalu, yang memungkinkan pasangan yang setuju untuk secara resmi mencatat persetujuan mereka sebelum terlibat dalam aktivitas seksual.

“Sama seperti kami harus check-in di kedai kopi untuk menjaga keamanan orang [dari COVID-19], adakah cara agar persetujuan dapat dikonfirmasi atau didokumentasikan?” Fuller menulis di surat kabar Daily Telegraph Sydney.

Ian Lloyd Neubaeur

Ia menambahkan, alat itu dapat membantu pengadilan menuntut meningkatnya tuduhan pelecehan seksual. “Aplikasinya bisa jadi ide yang buruk, tapi mungkin dalam waktu 10 tahun, itu akan terlihat seperti biasa.”

Sementara gagasan itu ditolak oleh kelompok hak asasi perempuan yang mengatakan, aplikasi tersebut dapat mempersulit perempuan untuk membuktikan pemerkosaan, bagi saya, itu adalah pengingat lain mengapa saya keluar dari Australia bertahun-tahun yang lalu dan dengan senang hati tetap di luar negeri selama pandemi, meskipun mungkin jauh lebih aman di rumah sendiri.

Anda tidak bisa lagi mabuk di pub di Australia. Anda tidak dapat membawa anjing Anda ke dalam mobil tanpa sabuk pengaman khusus. Anda tidak dapat mengendarai sepeda tanpa helm atau lampu menyala–bahkan pada siang hari. Polisi Australia jarang menggunakan kekerasan yang biasa terjadi di negara lain, tetapi mereka memiliki metode yang jauh lebih berbahaya untuk menghancurkan jiwa manusia: denda yang melumpuhkan.

Seorang pria Sydney baru-baru ini didenda 114 dolar Australia (87 dolar AS) karena secara tidak sengaja meninggalkan jendela mobil melewati ambang batas 20 mm yang diatur. Di negara bagian Queensland, Anda dapat didenda 112 dolar Aus karena membiarkan pintu mobil Anda tidak terkunci. Membunyikan klakson mobil tanpa alasan yang jelas–penggunaan perangkat peringatan secara illegal-– dikenakan denda sebesar 298 dolar AU di NSW.

Menurut majala, orang Australia membayar denda sebesar 1 miliar dolar AU setiap tahun berkat begitu banyak kamera pengukur kecepatan yang disembunyikan di belakang kendaraan polisi yang tidak bertanda, sering kali diparkir secara strategis di bawah bukit untuk menangkap pengemudi di tempat yang persis di batas tertinggi kecepatan.

Sebelum melarikan diri dari apa yang disebut Lucky Country, saya berhenti mengemudi sama sekali untuk menghindari semua denda ini. Akan tetapi suatu hari, dengan mengendarai sepeda saya, 200 meter ke toko sudut, saya dihentikan oleh seorang petugas polisi dan didenda 330 dolar AU karena lupa mengikatkan tali dagu pada helm sepeda saya. Saya kemudian didenda 106 dolar AU lagi karena lupa membawa kartu identitas.

Ada lelucon tentang regulasi yang berlebihan di Australia, “Suatu hari, Anda akan memerlukan izin untuk kentut.”

Namun, setelah Komisaris Fuller mengusulkan pengaturan seks, saya yakin hanya masalah waktu sebelum ide gila ini dan ide-ide lain yang serupa, yang langsung dipotong dari serial horor media sosial Netflix, Dark Mirror, disahkan menjadi undang-undang.

Anda pikir saya paranoid? Nah, pertimbangkan cara pihak berwenang Australia memutarbalikkan topik-topik pemberontak selama pandemi.

Pada Desember, sembilan orang didenda 349 dolar karena menggunakan ponsel mereka saat menunggu di mobil mereka dalam antrean berjam-jam untuk diuji COVID-19 di Pantai Bondi yang terkenal di Sydney. “Saya mencoba melakukan hal yang benar,” kata seorang perempuan dalam antrean itu kepada The New Daily.

Seandainya dia melakukannya, dia akan didenda tambahan 660 dolar atau dijatuhi hukuman hingga enam bulan penjara karena melanggar undang-undang bahasa ofensif yang kontroversial di negara bagian itu.

Selama penguncian kedua Melbourne tahun lalu, terjadi hampir 20.000 kali denda hingga 5.000 dolar AU dikeluarkan karena tidak mengenakan masker di depan umum, gagal mengisolasi diri, dan protokol kesehatan lainnya. Ini termasuk denda untuk 3.000 orang yang melanggar jam malam di jam 9. Ada pula seorang pria pribumi yang ditabrak polisi karena diklaim melakukan kejahatan, yakni mengendarai sepedanya untuk bekerja setengah jam setelah jam malam berakhir pada jam 5.30 pagi.

Kebebasan berbicara bahkan menjadi kejahatan di Victoria, terbukti dengan kasus seorang wanita hamil yang diborgol di rumahnya di depan anak-anaknya dan dituntut atas penghasutan setelah ia membuat acara protes anti-lockdown di Facebook.

Seorang perempuan hamil lainnya diberi perintah pindah oleh polisi ketika dia mencoba untuk duduk di bangku taman untuk istirahat, sementara sejumlah kecil orang yang benar-benar menghadiri demonstrasi disambut oleh polisi Victoria dengan jenis kekerasan tak terkendali yang sama seperti kami biasa lihat di Rusia.

“Hak harus ditegakkan dan diperkuat selama pandemi, tidak ditinggalkan,” kata Elaine Person, direktur Human Rights Watch Australia.

Dalam menghadapi paternalisme seperti itu, tidakkah mengherankan, setiap kali penguncian COVID baru diumumkan, terjadi panic buying di  supermarket meskipun ada permintaan berulang dari para politisi untuk tenang. Tenang kepalamu!

Bahwasanya, sama sekali tidak perlu menimbun makanan di negara yang memproduksi bahan makanan terlalu banyak, sehingga tiga perempatnya dikirim ke luar negeri?

Dalam satu insiden, dua perempuan saling baku pukul di supermarket karena sebungkus tisu toilet. Ketika penimbunan kertas toilet berlanjut, supermarket terpaksa memberlakukan undang-undang mereka sendiri, membatasi pembelian menjadi dua bungkus per pelanggan. Pelajaran bagi saya jelas: perlakukan orang seperti anak-anak pemarah dan mereka akan bertindak seperti itu saat Sang Kakak berpaling.

Australia mungkin masih menjadi negara paling beruntung di dunia. Namun, bagi saya dan puluhan ribu ekspatriat yang telah terbang bersama dan memilih kebebasan atas keamanan, Australia juga merupakan negara yang paling diatur secara berlebihan, dan sekaligus negara yang paling tidak mengindahkan kewajibannya untuk melindungi warganya di seantero Bumi. [Nikkei Asia]

Back to top button