SolilokuiVeritas

Selamat Berulang Tahun, Mas Anies!

Selama bersahabat dengannya, saya menemukan Anies memang seorang natural born leader. Ia seolah memang dilahirkan untuk memimpin. Tidak dari sikapnya, yang pada orang-orang biasa muncul sebagai watak yang selalu ingin ‘dianggap’. Aura kepemimpinan Anies datang dari sikapnya yang peduli dan selalu menginspirasi. Selama ini, saya melihat Anies seseorang yang seperti sering kita teriakkan dalam Masa Pengenalan Kampus tentang seorang pemimpin, yang belakangan dituliskan motivator kelas dunia, John C. Maxwell,”A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way.” Lihat saja caranya memimpin Jakarta.

Oleh   : Widdi Aswindi  

JERNIH–Meskipun hidup, kata grup band Bimbo—bagaikan “garis lurus”, saya sendiri tidak melihatnya sebagai konstanta yang tetap tidak berubah-ubah. Keyakinan itu datang dari melihat ibrah kehidupan orang lain dan dan berkaca dari pengalaman hidup diri sendiri. Hidup penuh dengan peristiwa yang mengejutkan, kejadian yang datang tiba-tiba, dan sebenarnya tidak bisa diprediksi sepenuhnya.

Seperti yang kita lihat pada kehidupan—maaf—keluarga mantan Irjen Polisi Ferdy Sambo, misalnya. Tampaknya, bahkan Pak Sambo sendiri tak pernah membayangkan perubahan sedramatis-revolutif itu dalam kehidupan keluarga mereka.

Widdi Aswindi

Hidup yang unpredictable itu juga yang saya lihat dijalani sahabat saya, Anies Baswedan dan keluarga.  Manakala Anies termasuk menteri yang kena reshuffle -–ada kalangan yang selalu memilih kata ‘dipecat’ untuk itu—tidak sedikit masyarakat berpikir bahwa karier politik anak muda itu telah ‘habis’. Masih muda, tak berpartai, dan dikeluarkan dari kabinet apapun alasannya, barangkali wajar membuat orang berpikir seperti itu.

Tapi tak lama berselang kita semua menyaksikan Anies terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta. Episode yang tak hanya membuat bintangnya kembali bersinar, tetapi lebih jauh membuka episode baru dalam hubungan Anies dengan Presiden Jokowi. Ia sejak itu, entah siapa yang memulai, dihadap-hadapkan diametral dengan orang yang pernah didukungnya dalam proses pemilihan presiden 2014 lalu itu. Entah publik, atau mungkin kelompok kepentingan mana, sejak itu mencitrakannya sebagai antithesis Jokowi.    

Kini, ‘tiba-tiba’ pula tokoh tak berpartai itu diusung dan digadang-gadang partai-partai politik resmi dan terhormat, sebagai calon presiden yang siap mereka dorong pada kontestasi Pilpres 2024. Saya memilih menggunakan kata ‘tiba-tiba’ meski suara dukungan kepada Anies untuk memimpin negeri ini bergaung tak lama setelah ia mengalami reshuffle itu. Mengapa? Lebih karena saya tahu betapa ia bukan datang sebagai seorang tokoh politik dengan segudang dunya brana  di belakangnya. Kondisi yang di Indonesia umum bin lazim dianggap layak mencalonkan diri sebagai pemimpin. Sebaliknya, seorang papa akan dipandang dengan tatap mata heran, dan di tanah Sunda akan langsung menghadapi pertanyaan publik,”Naha ujug-ujug nyalonkan maneh, euy? Boga duit ti mana? Mengapa tiba-tiba mencalonkan diri? Punya uang dari mana?”, misalnya untuk seorang biasa yang serta merta menyatakan diri sebagai calon kepada desa.  

Dalam peta Pilpres yang calonnya konon disebutkan harus punya sekian “T” itu, Anies Baswedan memang ‘si orang papa’.  Tentu saja akan ganjil bila Anies yang pernah jadi gubernur itu tak punya mobil. Meski yang kerap nongol di medsos netizen–biasanya hasil jepretan kamera HP ibu-ibu—adalah skuter Vespa tahun 1968, motor pemberian sang ayah yang sering ia gunakan untuk mengantar sekolah anak, Anies punya kendaraan roda empat. Catatan Otoklix.com, Anies disebut punya empat. Namun semuanya hanya kendaraan yang lazim dimiliki rakyat biasa. Ada  mobil tipe hatchback, yakni Mazda 2. Iritnya kendaraan ini mungkin menjadi sebab Anies membelinya. Lalu ada Toyota Kijang Innova bertahun lama, 2008. Ada sebuah Toyota Avanza, yang pada masanya merupakan “mobil sejuta umat”. Yang agak ‘lain’ hanya sebuah Honda Odyssey, yang karena tampaknya jarang digunakan, ia kurang dikenal publik.

Minat utama Anies memang bukan pada kebendaan. Tak pernah tercatat Anies merupakan pengumpul koleksi barang-barang antik, keris, benda-benda bekas para ‘manusia dewa’ di bidang mereka, atau koin jadul yang harganya pinunjul. Kecuali pastinya sebagai pendidik, buku.

Minat Anies tampaknya lebih kepada bagaimana menjadikan dirinya terus dan senantiasa bermanfaat bagi sesama. Ia adalah tipe tokoh yang sadar dan mewujudkan dalam keseharian ucapan tokoh utama agama yang dianutnya, bahwa,”Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (orang lain)”, sebagaimana hadits yang diriwayat Imam Ahmad).

Lihat saja kiprahnya, bahkan sebelum membaktikan diri dan mengubah Jakarta menjadi lebih baik dan nyaman dihuni. Melalui ‘Turun Tangan’, gerakan kerelawanan pemuda nonprofit yang bergerak di bidang social-kemanusiaan, lingkungan, pendidikan, pendidikan politik, dan kesehatan.

Lebih khusus lagi melalui gerakan “Indonesia Mengajar”, yang tak hanya menginspirasi dan mendorong ratusan ribu anak muda untuk turun ke masyarakat membaktikan ilmu mereka. Gerakan itu, secara tidak langsung memberikan motivasi tinggi kepada anak-anak desa dan wilayah terpencil, untuk berlari mengejar ketertinggalan mereka dan lingkungannya, dari saudara-saudara sesama warga Indonesia di kota-kota.

Selama bersahabat dengannya, saya menemukan Anies memang seorang natural born leader. Ia seolah memang dilahirkan untuk memimpin. Tidak dari sikapnya, yang pada orang-orang biasa muncul sebagai watak yang selalu ingin ‘dianggap’. Aura kepemimpinan Anies datang dari sikapnya yang peduli dan selalu menginspirasi. Selama ini, saya melihat Anies seseorang yang seperti sering kita teriakkan dalam Masa Pengenalan Kampus tentang seorang pemimpin, yang belakangan dituliskan motivator kelas dunia, John C. Maxwell,”A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way.” Lihat saja caranya memimpin Jakarta.

Bahwa ia adalah pemimpin kelas dunia, itu tidak karena ia dipilih komunitas dunia dalam prestasinya memimpin Jakarta, atau yang lain. Toh, ‘komunitas dunia’ pun di era imagology ini gampang saja dibuat dan penghargaan bisa “dikongkon”.  Kepemimpinan Anies menonjol karena perhatiannya yang sepenuh hati kepada keadilan, persamaan, dan keberdayaan.

Sikap yang dipegangnya dengan teguh itu jelas tak akan memungkinkan Anies memiskinkan orang. Ia bukan tokoh sok hero yang punya keinginan untuk memiskinkan orang kaya. Yang ada di benak dan hatinya justru membuat kaya mereka yang saat ini masih rentan dan papa. “Apa gunanya kita merdeka kalau rakyat tak bisa memiliki tanah,” kata Anies dalam percakapannya dengan tokoh pers, Karni Ilyas.

Dengan kesadaran bahwa biaya transportasi merupakan hampir 30 persen biaya hidup sehari-hari, saat ia memimpin Jakarta, Anies menjadikan hal tersebut prioritas utama. Hasilnya, kita sama-sama nikmati bersama. Dan menurut Anies, hak untuk menikmati apa yang dinikmati warga Jakarta itu, intinya merupakan hak seluruh warga negara Indonesia, bahkan yang berada di pelosok sekali pun.

Tampaknya, itu semua yang membuat tokoh pers yang sangat percaya demokrasi, Surya Paloh, antusias mencalonkan Anies lewat partainya di awal-awal. Seolah, Bang Surya tak ingin kecolongan untuk berada di garda paling depan dalam perjuangan membuat Indonesia yang lebih baik.  

Why not him? Why not the best man?”kata Bang Surya saat dengan bangga menyatakan mencalonkan Anies, dan langsung mendaku diri untuk berada di depan dalam memperjuangkannya.

Akan halnya berbagai halangan dan rintang yang Anies hadapi dan alami selama ini, saya sendiri menganggapnya sebagai ujian perjuangan. Saya, dan saya yakin Anies, sudah khatam dalam keyakinan bahwa—seperti ungkapan almarhum WS Rendra,”Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata…”

Apalagi Anies sendiri pasti meyakini bahwa tak ada kekuatan makhluk mana pun yang bisa melawan, saat Allah telah punya iradah dan Kehendak.  Sahabat Ibnu Abbas RA Pernah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jagalah Allah, niscaya Dia menjagamu; jagalah Allah, niscaya kamu mendapati-Nya bersamamu; jika kamu mempunyai permintaan, mintalah kepada Allah; jika kamu membutuhkan pertolongan, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh manusia bersatu untuk memberi manfaat dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu; dan jika mereka bersatu untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah mengering.” (HR At Turmudzi).   

Selamat berulang tahun, Mas Anies! Selamat berjuang dan membuktikan kata-kata! [INILAH.COM]  

*Praktisi dan pegiat survey

Back to top button