Solilokui

Sepucuk Surat Ibu Peri: Kuntum Bunga dan Pangeranku

Mereka berdua telah menutup pintu masa sekolah menengah dengan tangan-tangan jiwa yang belum terlalu kuat dan kini waktunya bagi mereka membuka pintu perguruan tinggi.

Penulis: Maria Rosa Tirtahadi

JERNIH-Hampir 18 tahun yang lalu mereka diserahkan, ditinggalkan dalam keluarga besar kami. Dalam kesunyian, tanpa kasih sayang orang tua kandung dan dengan banyak luka yang diberikan oleh orang tua mereka …luka merasa tak dikehendaki, luka merasa dilupakan

Luka merasa tidak diperhatikan dan dikasihi bahkan luka luka jasmani yang tetap berbekas di tubuh salah seorang dari merek. Mereka berjuang untuk tumbuh, untuk tegar menatap hidup ini.

Kuntum Melatiku yg selalu berusaha untuk mengharumi keluarga kami sering kali menodai firdaus keluarga kami karena ia sering tak mengerti bagaimana cara tepat untuk mengharumi lingkungannya.

Pangeranku yang berusaha menjadi pahlawan keluarga kami sering malah menggoncang kedamaian firdaus keluarga kami karena dan menjadi pahlawan konyol karena ia belum mengerti bagaimana bertindak menjadi seorang pahlawan.

Tapi….di bulan Mei 2022 aku sadar bahwa mereka adalah hadiah-hadiah indah dari Sang Pencipta sama seperti anak anak lain yang oleh Dia diijinkan lahir dari batinku.

Kepada siapapun yang membaca tulisan ini kumohon doanya untuk kedua remajaku ini. Mereka telah menutup pintu masa sekolah menengah dengan tangan-tangan jiwa yang belum terlalu kuat. Mereka perlahan berusaha membuka pintu perguruan tinggi.

Apa yang mereka alami saat ini semoga memberi keyakinan pada mereka bahwa mereka dicintai dan diberi kesempatan untuk mencintai.

Bali, Mei 2022

Penulis adalah pemilik dan pengelola Panti Asuhan Yayasan Awan Bina Amal Sejati (ABAS), Tonjong Bogor dengan jumlah penghuni 15 lansia, anak-anak dan remaja 29 orang dan balita 9 orang

Check Also
Close
Back to top button