Solilokui

Sepucuk Surat Ibu Peri untuk Octaviani

Setiap anak panti asuhan yang berulangtahun ke 17 tahun akan mendapat sepucuk surat yang isinya tentang bagaimana anak-anak tersebut datang di panti asuhan dan ungkapan betapa spesialnya mereka. Surat ini untuk Octaviani saat memasuki usia 17 tahun.

Penulis: Maria Rosa Tirtahadi

JERNIH-Oktaviani anakku yang terkasih, maafkan ibu nak, jika diawal hidupmu batinku menolak kehadiranmu. Setiap orang tua mengharapkan anak yang sempurna. Demikian juga dengan ibumu ini.

Tak pernah terpikir oleh ibu bahwa Tuhan akan menganugerahkan ibu seorang bayi yang disebut: “anak berkebutuhan khusus” yang tak akan dapat menikah dan memberikan keturunan…..

22 Tahun yang lalu ketika untuk pertama kalinya ibu menggendongmu, ibu tak menyadari bahwa engkau adalah malaikat kecil yang dianugerahkan Tuhan bukan saja pada ibu, tapi pada keluarga besar kita. Sampai saat ibu merasakan eratnya pelukanmu.

Kau pandang mataku dengan penuh kepercayaan yang tulus, dan saat itulah hati kita menyatu dan sepakat mengadakan suatu perjanjian tanpa kata. Kita berjanji untuk berjuang menjadikanmu mandiri dan meraih hakmu sebagai manusia yang patut dicintai dan mencintai.

baca juga: Surat Ibu Peri untuk Maria Gertruda Nadia

22 tahun telah berlalu. Kau tumbuh menjadi seorang gadis yang peka. Betapa sering ibu merasakan kesedihan, kesepian, kejenuhan dan disalah mengerti dalam menjalani hidup ini.

Disaat-saat demikian kaulah orang yang selalu dengan caramu sendiri berusaha menciptakan firdaus bagi kita yang tak dapat dilihat, dirasakan atau dimengerti oleh siapapun juga, kecuali oleh kita berdua.

Kau ciptakan firdaus dengan duduk atau berdiri memandang ibu. Mulutmu tak mampu mengucapkan satu katapun yang berarti, tapi batinmu melalui pandanganmu yang penuh kasih mengatakan: ”Ibu lelah? Ibu sedih? atau “Biarlah orang lain tak peduli, tapi aku mengerti ibu, dan aku peduli pada ibu”.

Anakku Octaviani, sejujurnya ibu harus mengatakan padamu bahwa tanpa kau sadari kau juga sering menodai firdaus keluarga kita.

baca juga: Sepucuk Surat Ibu Peri untuk Catharina Monika

Pernah ibu terpaksa memegang kedua tanganmu dan meminta kau tidak memasuki kamar kerja adikmu karena kau telah menggunting hancur hasil karya adikmu yang ia telah kerjakan berhari hari. Kejadian semacam ini terjadi berulang sehingga kau sering menjadi tumpuan kemarahan banyak orang. 

Disenja hidup ibu, ada hal yang ibu ingin katakan padamu nak. Suatu hal yang ibu harap akan memberi ketenangan pada batinmu. Kau bukanlah satu satunya anak ibu yang tak pernah ibu kandung dan lahirkan.

Semua kakak dan adikmu adalah sama…. merekapun tak pernah ibu kandung, tak pernah ibu lahirkan tapi kalian diciptakan olehNya untuk dilahirkan dari batin ibu, seorang wanita biasa,  yang tidak lepas dari kelemahan dan kekurangan. Seorang wanita yang menjalani hidup dengan penuh syukur sebagai orang tua tunggal dari banyak anak.

Back to top button