Solilokui

Tentang Akhir Hidup yang Baik

Mereka takut ketika datang ajal dalam keadaan “su’ul khatimah” (akhir yang buruk). Berada dalam sikap ragu dan keingkaran kepada Allah. Mereka selalu berdo’a : “Ya muqallibal qulub, tsabbit qolbu ala dinika. Ya Alah, Zat yang membolak-balikkan hati manusia, teguhkanlah hatiku pada agamaMu” (hadis sahih riwayat Imam Bukhari)

Oleh   : Usep Romli H.M.

Akhir hidup yang baik (Husnul Khotimah) merupakan dambaan setiap orang. Merupakan bagian do’a yang selalu diucapkan mengiringi berita kematian sese-orang. “Semoga almarhum-almarhumah husnul khotimah”. 

Dalam mengarungi kehidupan, yang akan berujung pada kematian,  para ulama sa-lafush shalihin, menandai tiga jenis manusia. Pertama, orang yang tenggelam dalam kesibukan duniawi, baik kesenangannya, maupun kesusahannya. Mereka sa-ma sekali jauh dari “zikrul mawt”. Mengingat kematian. Jika diingatkan, malah akan semakin jauh dari Allah dan akan membenci orang yang mengingatkannya, sehingga menambah beban dosanya.

Kedua, orang yang menyesal. Ia sadar akan batas kemampuan pisik dan usia. Titik kematian akan dicapainya suatu saat. Mereka akan segera bertaubat, sebelum ajal merenggutnya. Mereka takut sekali dikategorikan pada manusia yang mem-benci mati, sebagaimana sabda Nabi Saw: “Barang siapa yang membenci pertemuan dengan Allah, Allah pun akan membenci pertemuan dengannya.” (riwayat Imam Bukhari dan Iman Muslim).

Mereka merasa dirinya banyak  berdosa, sehingga tak layak masuk surga. Namun tak akan kuat jika harus masuk neraka. Akhirnya hanya mengandalkan rahmat ampunan Allah yang lebih besar daripada himpunan dosa menggunung. Sebagaimana dilukiskan penyair Abu Nuwas (abad 8 H) dalam salah satu sajaknya yang termasyhur : “Ilahi, lastu lil firdausyi ahla, wa la aqwa alan naril jahannami, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fainnaka ghofiru dzanbil adzimi. Ya Allah,menjadi ahli surga aku tak pantas, tapi tak akan kuat masuk neraka jahannam maha panas. Maka aku hanya berharap pada ampunanaMu yang agung, atas segala dosa-dosaku yang menggunung.”

Ketiga, orang yang mengetahui. Sadar dan selalu waspada dalam menempuh kehi-dupan dan menghadapi kematian. Sehingga senantiasa menata bekal sebanyak-banyaknya, berupa keimanan kepada Allah SW dan amal saleh kepada sesama manusia. Ia senatiasa siap menunggu gilirannya tiba.

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang, apabila telah datang saatnya” (Q.s.Munafiqqun : 11).

Orang-orang yang sadar dan mengetahui akan kematian, selalu berusaha agar tetap berada di jalan lurus yang diridlai Allah SWT. Menjauhi penyimpangan dari perintahNya, dengan selalu ta’at kepadaNya serta menjauhi segala laranganNya. Mereka takut ketika datang ajal dalam keadaan “su’ul khatimah” (akhir yang buruk). Berada dalam sikap ragu dan keingkaran kepada Allah. Mereka selalu berdo’a : “Ya muqallibal qulub, tsabbit qolbu ala dinika. Ya Alah, Zat yang membolak-balikkan hati manusia, teguhkanlah hatiku pada agamaMu” (hadis sahih riwayat Imam Bukhari).

Salah satu tanda “husnul khatimah” (akhir yang baik), disebutkan oleh Rasulullah Saw, yaitu ketika meninggal, mengucapkan kalimat tauhid “La ilaha illallah”  (riwayat Abu Dawud). Untuk mampu mengucapkan kalimat tauhid dalam sakaratul maut, menurut para ulama, harus dibiasakan mengucapkan kalimat itu selama menjalani kehidupan. Lidah tak pernah henti berzikir “lailaha illalloh”. Sehingga terbiasa. Lancar. Tanpa halangan.

Dengan zikir “lailaha illallahu” terus-menerus, selain selalu ingat dan pasrah kepada Allah SWT, juga akan menjaga lisan dan ingatan dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan makna, dan tujuan kalimat tauhid . Yaitu sepenuhnya berpasrah diri kepada Allah SWT semata. Dainunnah lillahi wahdah. Sehingga tak ada tempat untuk syirik (menyekutukan Allah) dan berbuat cela kepada sesama manusia. Terhindar dari mengumpat (ghibah), fitnah, adudomba (namimah), menyebar hoaks, dan sebagainya. Lisan dan ingatan selalu terpusat pada kebaikan yang menyatakan iman keada  Allah SWT dan amal saleh kepada sesama manusia.

Allah SWT memerintahkan: “Bertakwalah dengan sebaik-baik takwa, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam.” (Q.s.Ali Imran : 102).

Kematian tak perlu dicari-cari dan diharapkan, karena akan dating sendiri jika sudah mendapat ketetapan ajal. Sabda Rasulullah Saw :“Janganlah salah seorang dari kalian, mengharap-harap kematian, karena sesuatu bahaya sedang menimpa. Namun jika itu terpaksa, hendaklah kalian mengucapkan “Ya Allah, panjangkanlah umurku jika hidup lebih baik bagiku, dan matikanlah aku jika kematian lebih baik bagiku.”

Yang terpenting, hidup selalu berusaha agar tetap berada di jalan lurus yang diridlai Allah SWT. Menjauhi penyimpangan dari perintahNya, dengan selalu ta’at kepadaNya serta menjauhi segala laranganNya. Dan pada saat nyawa berpisah dengan raga, berhasil mencapai “husnul khatimah” (akhir yang baik). Meng-ucapkan “La ilaha illallah”, serta membawa  amal perbuatan yang dapat diper-tanggungjawabkan di hadirat Allah SWT. [  ]

Back to top button