Solilokui

Tentang Merpati Penghuni Taman dan Halaman Masjid

Konon, merpati-merpati yang tersebar di dunia Islam tersebut merupakan keturunan dari merpati yang pernah “membela” Nabi Muhammad Saw di gua Gunung Tsur

Oleh :  H.Usep Romli H.M.

Burung merpati menjadi penghias taman dan halaman masjid di seluruh dunia Islam.  Di Mekkah, Madinah, Jeddah, Riyad, dan lainnya. Malah  seluruh Timur Tengan, Asia Barat, dan Asia Tengah.

Beberapa waktu lalu saat bertemu seorang jamaah asal Suriah, Mohammed Noor Assif, mengatakan, ribuan burung merpati tetap memenuhi taman di depan Masjid Umawi, Damaskus, walaupun di sekitarnya tak pernah sepi dari dentum senjata api. Maklum sudah hampir sepuluh tahun Suriah dilanda perang saudara. “Merpati simbol kedamaian. Tak kenal huru-hara,” kata Assif dengan wajah sendu.

Ribuan merpati penghias taman dan halaman masjid, terdapat pula di Turki. Masjid Sulaiman dan Masjid Biru, di kota Istambul, menjadi salah satu tempat favorit burung yang tampak jinak itu. Juga di Masjid Biru kota Kabul dan Masjid Agung Mazari Sharif, Afghanistan, Masjid Imam Bukhari di Samarkand, Uzbekistan. 

Konon, merpati-merpati yang tersebar di dunia Islam tersebut merupakan keturunan dari merpati yang pernah “membela” Nabi Muhammad Saw di gua Gunung Tsur. Waktu itu, Nabi Saw bersama sahabat Abu Bakar RA bersembunyi di sebuah gua Gunung Tsur, kurang lebih lima km sebelah selatan Mekkah. Beliau berdua akan pergi hijrah ke Yatsrib (kelak bernama Madinah), yang terletak sebelah utara Mekkah. Untuk menghindari kejaran kaum Quraisy, Nabi membelok dulu ke selatan. “Miceun salasah”, kata orang Sunda.

Namun Suraqah, seorang pemuda Quraisy, berhasil menemukan jejak Nabi Saw dan Abubakar. Kaki kudanya sudah berada di depan gua persembunyian Nabi Saw. Ia sudah membayangkan hadiah 1.000 ekor unta yang dijanjikan para pembesar Quraisy, seperti Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sofyan, dll., kepada siapa yang dapat menangkap Nabi Saw hidup atau mati.

Ketika Suraqah turun dari kuda, akan memasuki gua, ia terkejut. Di lubang gua ada merpati sedang mengerami telur. Juga sarang laba-laba dan setangkai pohon. Suraqah berpikir, jika ada orang masuk gua, tentu merpati sudah kabur, sarang laba-laba jebol, dan pohon akan rusak terinjak-injak. Maka dia membatalkan niatnya. Lalu menaiki kembali kudanya, untuk mencari jejak Nabi Saw ke arah lain.

Seorang ulama ahli hikmah, menyatakan, jika saja Suraqah terus masuk, tentu nasib Nabi Muhammad Saw dan ajaran Islam yang diamanahkan kepadanya, akan putus di situ. Betapa merpati, pohon, dan laba-laba, berjasa melindungi beliau, atas izin Allah SWT.

“Maka kita harus malu kepada mahluk yang lebih rendah daripada manusia itu, akan keberaniannya membela Nabi Saw. Bandingkan dengan kita yang sering ingkar dari sunnahnya,”kata ulama tersebut.

Mungkin karena masih keturunan merpati gua Gunung Tsur, tak ada seorang pun yang berani mengusiknya. Mereka dibiarkan terbang bebas, berkerumun mematuki makanan yang sengaja ditaburkan. Banyak yang mendapat rejeki dari keberadaan merpati itu. Antara lain para pedagang biji-bijian, kebanyakan perempuan asal Afrika, yang menjualnya 1 Saudi Real (sekitar Rp 4.000), satu bungkus. Laris manis, karena memberi makan burung-burung itu dianggap “ith’amuth tha’am” (memberi makan)  berpahala tinggi, sebagaimana anjuran Nabi Saw.

Setiap datang rombongan yang akan menunaikan salat atau umroh dan ibadah lain di Masjid Haram atau Masjid Nabawi, kelompok-kelompok merpati itu berdatangan, seolah menyambut. Tentu berharap mendapat taburan biji-bijian kesukaannya. 

Selain simbol perdamaian seperti kata Mohammed Noor Assif tadi, merpati juga menjadi sumber ilham untuk karya sastra. Ibnu Hazm (abad 10 M), ulama Andalusia (Spanyol), menulis buku puisi “Tawqul Hamama” (‘Kalung Burung Merpati’) yang termashur hingga kini dan sudah diterjemahkan ke segenap bahasa di dunia. Selain sastrawan pecinta keindahan, Ibnu Hazm juga terkenal sebagai ulama fiqih berkat karyanya “Al Muhalla” dan pakar perbandingan agama dengan karyanya ”Al Fasl Minal Milal wan Nihal”.

Dengan sepinya kawasan Saudi Arabia dan lainnya dari kunjungan manusia akibat  wabah Covid-19, dapat  dibayangkan betapa para merpati itu akan kesepian. Tak mustahil kelaparan karena tak ada yang sengaja memberi makan. [   ]

Back to top button