Ketika Seratus Orang Berjalan di Laut
Di pojok kapal kami melihat seorang lelaki yang mengenakan selimut bulu, lalu kami memanggilnya. Namun dia melompat dari geladak dan bersembahyang di atas air. Betapa terkejut kami melihat kejadian itu. “Wahai Wali Allah! Tolonglah kami!” Tapi dia tidak menoleh.
JERNIH– Seorang pria menceritakan pengalamannya: kala kami berlayar bersama sekelompok pedagang, berhembuslah angin topan. Hempasan ombak menghantam kapal kami, sehingga air menggenangi geladak, menyebabkan beban kapal semakin berat.
Sementara itu, di pojok kapal kami melihat seorang lelaki yang mengenakan selimut bulu, lalu kami memanggilnya. Namun dia melompat dari geladak dan bersembahyang di atas air. Betapa terkejut kami melihat kejadian itu. “Wahai Wali Allah! Tolonglah kami!” Tapi dia tidak menoleh.
“Demi Dzat yang telah memberimu kekuatan untuk beribadah, tolonglah kami!”
“0. . Ada urusan apa?” Pria itu akhirnya menjawab panggilan kami.
“Tidakkah Engkau melihat kapal yang sedang dihembus angin dan dihantam ombak?”
“Dekatkan diri kalian pada Allah!” katanya.
“Kami telah melakukannya.”
“Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca Basmalah.”
Kami pun keluar dari kapal satu demi satu dan berkumpul di sisinya seratus jiwa atau lebih. Ajaib! Kami semua bisa berjalan di permukaan air meski perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut.
Lalu orang aneh itu berkata pada kami: “Tak apalah harta kalian jadi korban, asal kalian selamat.”
“Demi Allah! Kami ingin tahu, siapa nama tuan semoga Allah merahmati tuan?”
“Uwais al-Qarani*,”jawabnya.
Kemudian kami berkata lagi: “Sebenarnya di antara harta yang ada di kapal itu ada milik seorang fakir miskin di Madinah.”
“Jika Allah mengembalikan harta kalian, apakah kalian akan membagikannya kepada fakir miskin di Madinah?”
“Iya,” jawab kami.
Orang itu pun bersembahyang dua rakaat. Sementara itu, kami berdoa lamat-lamat. Tiba-tiba kapal itu kembali muncul ke permukaan dan kami menggunakannya kembali untuk berlayar menuju Madinah.
Sesampainya, kami membagi-bagikan harta di atas kapal kepada teman-teman dan seluruh orang fakir di Madinah hingga tak seorang pun yang tertinggal. [ ]
*Dia adalah seorang wali yang tidak pernah berjumpa dengar Nabi Muhammad SAW tetapi dikenal dan mengenali beliau. Setelah Nabi SAW wafat, Uwais al-Qarani kemudian berangkat ke Madinah dan bergabung dengan pasukan Islam melawan para pemberontak dalam Perang Shiffin, di bawah komando Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib
Dari : “An Nawadir”, tulisan Syeikh Shihabuddin as-Salamah al-Qalyubi