Spiritus

Siapa yang Mengingat, Dia yang Diingat

“Alangkah bahagianya bersama Sang Kekasih; Sisanya hanya kehampaan dan sunyi.”—Hafizh—

JERNIH—Dalam kamus, dzikr didefinisikan sebagai mengingat. Tetapi kata dzikr juga digunakan untuk mengungkapkan:

-Lawan kata dari sikap lalai.

-Ucapan dan mengingat dengan lidah.

-Kesan dalam pemikiran yang sukar dihilangkan.

-Ungkapan khusus yang dipancarkan Allah ke dalam hati, seperti yang terdapat dalam shalat (namaz) dan wirid (wird).

-Kesadaran akan perbuatan seseorang.

-Mengingat dengan hati.

-Menjaga

-Ketaatan dan imbalan.

-Shalat wajib.

-Ungkapan.

-Hadits.

-Al-Quran

-Pengetahuan

-Kemuliaan

-Rasa syukur.

-Shalat Jumat

-Shalat malam

Makna dzikr

Menurut kaum sufi, dzikr merupakan perhatian total dan sepenuhnya kepada Allah, dengan mengabaikan segala sesuatu selain-Nya.

          “Engkau ingat Kami di dalam hati dan jiwamu,

          Hanya ketika engkau melupakan dua alam.”—Syekh Ni’matullahi Vali.

Pandangan ini diperkuat oleh al-Kahfi :24,” Ingatlah akan Tuhanmu jika kamu lupa…” Meskipun ayat ini telah ditafsirkan dengan arti,” Ingatlah akan Tuhanmu jika engkau lupa…akan Dia,” sebagian guru penah mengatakan bahwa penafsiran yang benar adalah,”Engkau ingat akan Tuhanmu hanya jika engkau telah melupakan segala sesuatu yang lain.”

Menurut Imam Ja’far As-Shadiq : “Ingat tobat ketika mengingat Allah adalah melupakan ingatan akan Allah. Untuk benar-benar mengingat Allah adalah melupakan semua selain Allah, karena Allah lebih utama daripada segala sesuatu.”—dikutip oleh Aththar, Tales of the Saints

Teks sufi Shar-e Ta’rof menyatakan,” Makna sebenarnya dizkr adalah melupakan sega;la sesuatu selain Yang Diingat.” Khwajeh Abdullah Anshari pernah menulis,” Dizkr adalah membebaskan diri dari kelalaian dan kealpaan.”  

Diriwayatkan bahwa dizkr adalah duduk dan menanti saat-saat diterima oleh Allah setelah memisahkan diri dari manusia. Dengan kata lain, tanda seorang pecinta adalah selalu mengingat Sang Kekasih.

Ahmad Khazruyeh pernah ditanya,”Apa tanda menjadi seorang pecinta?” Dia menjawab,”Tak ada salah satu dari dua alam yang lebih besar di hati seseorang daripada mengingat Sang Kekasih.”

Dzikr dalam AlQuran

Banyak ayat AlQuran yang menyebutkan dzikr, misalnya:

Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. (Al Najm [53]: 29)

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring. (An Nisa [4]:103)

Sebutkan nama Tuhanmu dan beribadatlah kepadaNya dengan penuh ketekunan. (Al Muzzammil [73]:8)

Dan sebutlah nama Tuhamu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari. (Ali Imran [3]:41)

Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. (Al Ahzab [33]: 41)

Dan ingatlah Allah banyak-banyak, supaya kamu beruntung. (Al Jumuah [62]:10)

Orang dapat membaca kata-kata dzikir yang didengarnya dari orang lain, namun dzikir itu sendiri hanya dapat diberikan oleh seorang guru yang sempurna. Menerima dzikir melalui cara yang pertama laksana menangkap sebuah benih yang ditiup angin.

Seperti dinyatakan Rumi:

Semua tahu keberadaan ini adalah sebuah perangkap

Namun dzikir yang muncul dari kehendak

Hanya melapangkan jalan menuju neraka…

Menerima dzikir melalui cara kedua, yakni dari seorang guru yang sempurna, seperti menanamkan benih di bawah tanah yang subur. Dengan perawatan seorang guru yang sempurna, benih dzikir yang ditanamkan dalam hati akan berakar, tumbuh dan berbuah. [dsy]

Sumber  : “In the Paradise of the Sufis” karangan Dr Javad Nurbakhsy.

Back to top button