Renungan Harian Misioner: Ketegangan di Ruang Perjamuan
Yohanes ingin mengatakan bahwa perginya Yudas meninggalkan ruang perjamuan merupakan pertanda bahwa ia sedang berjalan meninggalkan Sang Terang menuju kegelapan.
Penulis: RP. Anton Rosari, SVD
JERNIH-Ketika Yesus dan para murid-Nya berada di ruang perjamuan, ketegangan mulai terjadi. Dengan sangat terharu Yesus berkata: “Sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”
Para murid saling berpandangan dan Yudas meninggalkan ruang perjamuan. Pada waktu itu hari sudah malam.
Bukan tanpa alasan pengarang Injil menutup perikop ini dengan kata: “Pada waktu itu hari sudah malam.” Yohanes ingin mengatakan bahwa perginya Yudas meninggalkan ruang perjamuan merupakan pertanda bahwa ia sedang berjalan meninggalkan Sang Terang menuju kegelapan.
Yesus telah mengatakan hal ini sebelumnya kepada para murid-Nya bahwa manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang (Yoh. 3:19) dan barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi (Yoh. 12: 35).
Tidak diceritakan dalam teks ini tentang pengkhianatan Yudas dan penyangkalan Petrus terhadap Yesus. Tetapi kita semua tahu bahwa akhir hidup Yudas menjadi sangat memilukan. Kematiannya pun sangat tragis. Dia menjadi tanda yang bertentangan. Hanya demi 30 keping uang perak, ia telah menyerahkan Yesus yang sangat mencintai-Nya kepada orang-orang jahat.
Ia merupakan tamu undangan terhormat, mencicipi jamuan makan, tetapi pada saat yang sama mengangkat kaki terhadap tuan rumah. Demikian juga halnya dengan Petrus. Dia menyangkal Yesus sampai tiga kali. Seolah-olah dia tidak mengenal-Nya. Padahal sudah bertahun-tahun dia ada bersama-Nya. Baik Yudas maupun Petrus menjadi simbol kegagalan manusia dalam menanggapi kasih ilahi. Hanya bedanya, Petrus bertobat sedangkan Yudas menggantung diri.
Berhadapan dengan ketegangan, Yesus tetap tenang. Mengapa? Karena Ia sudah tahu bahwa saat-Nya memang akan tiba.
baca juga: Setetes Embun: Mengosongkan Diri
Ia mengatakan yang ketiga kalinya kepada para murid-Nya bahwa Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (Mat. 20: 18-19).
Ia sudah tahu jauh hari bahwa untuk menuju kemuliaan, Ia harus mengalami banyak kesengasaraan. Itu sebabnya, dengan gagah berani Ia berjalan menuju Yerusalem, walau di sana Ia akan diserahkan.
Peristiwa di “ruang atas” ini kiranya mengajar kita bahwa “kesadaran” penuh akan misi hidup kita di dunia ini dapat meredakan ketegangan di dalam batin kita. Tidak hanya itu, “kesadaran” bahwa tiada kemuliaan tanpa salib kiranya membuat kita tetap berani melangkahkan kaki menuju Yerusalem kehidupan kita.
disadur dari karyakepausanindonesia
Penulis RP. Anton Rosari, SVD adalah Imam Keuskupan Bogor dan Direktur Rumah Retret Tugu Wacana, Bogor.