Setetes Embun: Correctio Fraterna
Menjadi pengikut Yesus tidak berarti bebas dari kesalahan. Sekalipun menjadi orang yang spesial. Karena itu Yesus menegaskan kewajiban seorang kristiani bukan saja melakukan kebaikan tetapi juga MEMBANTU SAUDARANYA melakukan kebaikan. Jika seseorang didapati melakukan kejahatan maka wajib hukumnya untuk ditegur
Penulis: Kimy Ndelo CSsR
JERNIH-Di sebuah gereja kecil di sebuah desa kecil, seorang putra altar yang melayani Pastor pada Misa Minggu secara tidak sengaja menumpahkan anggur. Pastor paroki itu memukul pipi anak altar itu dengan keras dan dengan suara kasar berteriak, “Tinggalkan altar dan jangan kembali.” Anak laki-laki itu adalah Jozip Broz Tito, pemimpin Komunis Yugoslavia yang terkenal.
Di katedral sebuah kota besar di tempat lain, putra altar lain yang melayani uskup pada Misa Minggu juga secara tidak sengaja menumpahkan anggur. Dengan sinar hangat di matanya, uskup dengan lembut berbisik, “Suatu hari nanti kamu akan menjadi Pastor.” Tahukah kamu siapa anak laki-laki itu? Yang Mulia Uskup Agung Fulton Sheen. —
*
Yesus berkata: “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata” (Mat 18,15).
Menjadi pengikut Yesus tidak berarti bebas dari kesalahan. Sekalipun menjadi orang yang spesial. Karena itu Yesus menegaskan kewajiban seorang kristiani bukan saja melakukan kebaikan tetapi juga MEMBANTU SAUDARANYA melakukan kebaikan. Jika seseorang didapati melakukan kejahatan maka wajib hukumnya untuk ditegur.
Correctio fraterna atau menegur dengan semangat persaudaraan hanya bisa dilakukan jika dilandasi empat hal ini:
Pertama: pandangan supranatural. Sebuah usaha mengoreksi seorang saudara yang bersalah didasari oleh keyakinan bahwa Allah menginginkan hal ini untuk kebaikan saudara kita ini. Dan bukan hanya dia. Efeknya juga akan dirasakan oleh orang yang menjadi korban perbuatannya. Sebuah teguran, entah halus atau keras, dilakukan juga dalam naungan Roh Kudus.
Kedua: kerendahan hati. Setiap orang yang menegur orang lain yang bersalah hendaknya juga memiliki keyakinan bahwa dia pun bisa salah dan bisa melakukan kesalahan yang sama dengan orang yang ditegurnya. Tidak ada orang yang sempurna. Meski demikian Allah menghendaki kita saling menolong.
Ketiga: dengan hati dan secara hati-hati. Setiap teguran hendaknya dilakukan dengan menggunakan cara atau bahasa selembut mungkin. Diusahakan sedapat mungkin untuk tidak melukai. Jika tidak maka yang terjadi adalah penolakan bahkan kebencian.
Keempat: atas dasar cinta. Sebuah teguran diberikan karena cinta kepada yang ditegur. Motifnya adalah untuk kebaikan saudara, bukan untuk keuntungan yang menegur.
Dengan cara inilah kita menunjukkan siapa diri kita. Kita adalah saudara bagi orang lain. Kita adalah penjaga bagi saudara kita. Kita adalah garam dan terang bagi orang lain.
“Hendaklah terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”. (Mat 5,16).
Orang yang mengasihi saudaranya tidak membiarkan dia berbuat salah. Orang yang mengasihi saudara akan melakukan apa pun untuk menghindarkan dia dari perbuatan jahat.
“Hal yang dibutuhkan oleh setan supaya berhasil ialah membuat orang baik tetap DIAM” (Edmund Burke)
(Setetes Embun, by P. Kimy Ndelo CSsR, ditulis di Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris, Weetebula Sumba tanpa Wa).