Spiritus

Setetes Embun: “Lazarus, Marilah Keluar”

Hidup kembali tidak mempunyai efek terhadap seseorang jika dia masih terkurung dan terikat, baik oleh masa lalu maupun oleh banyak hal lainnya. Hidup lagi adalah sebuah pembebasan, sebuah kemerdekaan dari belenggu kematian.

Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR  

JERNIH-Dr. A.L. Jenkins adalah dokter ruang gawat darurat selama 48 tahun di Knoxville, Tennessee, Amerika Serikat. Dalam kapasitas ini, Dr. Jenkins sudah pernah melihat semua sisi terbaik maupun terburuk dari bidang kedokteran. Tapi ingatannya yang paling jelas adalah saat-saat yang secara medis tidak dapat dijelaskan.

Dr Jenkins mengenang seorang pria yang meninggal saat tiba di ruang gawat darurat. Sesuai standar medis Dr. Jenkins tetap mencoba resusitasi, memompa jantung. Setelah lima belas menit CPR, orang yang sebelumnya meninggal itu mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Pria itu lalu duduk, melihat sekelilingnya, lalu berkata kepada Dr. Jenkins, “Oh, andai saja saya masih di luar sana! Betapa indahnya. Pria itu tidak akan pernah menjelaskan apa yang dia maksud tetapi hanya akan mengulangi bahwa tempat dia pernah berada “sangat indah, sangat indah.”

Banyak kisah mengenai pengalaman “mendekati kematian” atau mati suri. Pengalaman-pengalaman ini sungguh menakjubkan. Kebanyakan seolah menegaskan ajaran kristiani tentang hidup sesudah kematian. Bahwa di balik kuburan ada keindahan yang tak terkira!

Kisah tentang Yesus dan Lazarus memang menarik sekaligus menantang refleksi umat beriman. Istilah yang digunakan adalah “Yesus membangkitkan Lazarus”. Istilah “kebangkitan” ini mungkin tidak terlalu akurat. Mengapa? Karena tidak ada kebangkitan sebelum akhir jaman selain Yesus. Kebangkitan berarti bahwa orang itu tidak akan mati lagi.

Lazarus dan dua pribadi lain, anak Yairus dan anak janda di Nain, juga mengalami hal yang sama. Pengalaman mereka lebih tepat disebut “dihidupkan kembali”. Bukan kebangkitan. Mereka pada saatnya akan mati lagi.

baca juga: Setetes Embun: Blind Spot

Ketika Yesus menghidupkan kembali Lazarus, Dia berseru; “Lazarus, marilah keluar!” (Yoh 11,43). Lalu selanjutnya Dia minta supaya ikatannya dibuka. Perintah ini bukan soal teknis semata supaya dia jangan terkurung dalam kuburan dan terikat dalam bungkusan kain kafan. Ini suatu pesan simbolis. Hidup kembali tidak mempunyai efek terhadap seseorang jika dia masih terkurung dan terikat, baik oleh masa lalu maupun oleh banyak hal lainnya. Hidup lagi adalah sebuah pembebasan, sebuah kemerdekaan dari belenggu kematian.

Lazarus mendapatkan pembebasan itu atas kuasa Yesus. Hidup yang dialaminya adalah pembebasan untuk melangkah sebagai pribadi yang baru. Pribadi yang tidak lagi terkungkung dan terbungkus oleh segala macam kepentingan duniawi. Pribadi yang lepas dari segala bentuk rintangan dan halangan. Pribadi yang bebas untuk pergi. Pribadi yang mendengar dan mengikuti perintah Yesus.

Setiap orang bisa seperti Lazarus yang terkubur, terbungkus dan terikat. Ketika kita terkubur dalam kepahitan masa lalu, kita dikuasai oleh dendam dan aura kemarahan. Ketika kita terbungkus oleh kekuatiran-kekuatiran yang tidak nyata, kita takut melangkah ke depan. Ketika kita terikat kecenderungan tidak sehat, kita bagaikan orang yang dipenjara oleh keinginan mencari kepuasan semu. Ketika kita terkurung dalam dosa kita menjadi lumpuh, bahkan mati.

Untuk itu kita membutuhkan Yesus yang memanggil kita dari kubur, membuka bungkus dan ikatan kita. Kita mengundang Dia untuk membebaskan dan memerdekakan kita. Kita ingin mendengar suara Dia yang mengatakan “Lazarus, marilah keluarlah”!

SETETES EMBUN, by P. Kimy Ndelo CSsR; ditulis di Biara Novena Maria Bunda Selalu Menolong (MBSM), Kalembu Ngaa Bongga (KNB), Weetebula Sumba, Indonesia Selatan).

Back to top button