Setetes Embun: Terhubung dengan ‘Dalam Kristus’
Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR
Perbuatan kasih oleh orang beriman dilakukan tanpa syarat, bahkan untuk musuh sekalipun.
JERNIH-Seorang Pastor misionaris melayani di sebuah paroki jauh di pedalaman Afrika Tengah yang miskin. Di pastorannya dia mempunyai sebuah genset kecil untuk penerangan di malam hari.
Suatu malam dia dikunjungi sekelompok tetua kampung yang datang dari jauh. Ketika mereka masuk dia menyalakan lampu ruangan dengan hanya memencet saklar. Orang-orang ini begitu heran bagaimana bola lampu bisa menyala dengan menyentuh tempat lain.
Saat pulang seorang bapak meminta satu bola lampu untuk dibawa pulang. Pastor pikir mungkin dibawa sebagai kenang-kenangan. Dia memberinya satu yang sudah mati.
Beberapa bulan kemudian Pastor mengunjungi kampung mereka. Ketika memasuki rumah bapak itu, Pastor kaget melihat bola lampunya digantung di loteng rumah seolah-olah bisa bernyala. Dengan susah payah Pastor harus menjelaskan bahwa bola lampu harus terhubung ke listrik supaya bisa nyala.
“Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam dia, ia akan berbuah banyak” demikian kata-kata Yesus dalam Injil hari ini. (Yoh 15,5b). Secara teknis ungkapan ini sulit dimengerti, apalagi dipraktekkan. Kehadiran fisik Yesus berbeda dengan kehadiranNya sesudah kebangkitan. KehadiranNya saat ini terjadi dalam Roh. Namun, justru kehadiran macam ini menjadi tanpa batas.
Secara rohani, bagi kita, tindakan ini merupakan bentuk penyerahan diri secara total kepada Tuhan untuk dipenuhi dengan rohnya, energinya, semangatnya, dan gairahnya. Ini adalah ekspresi nyata dari kata-kata Santa Teresa dari Calcutta: “Aku hanyalah pensil dalam tangan Tuhan. Dialah yang menulis apa yang dikehendakiNya”.
“Menjadi ranting pada pokok anggur” dapat dinilai dari buahnya. Mereka yang menghasilkan buah-buah kebaikan, merupakan ranting yang subur. Mereka yang menghasilkan kejahatan dan permusuhan merupakan ranting yang akan mati. Cepat atau lambat mereka akan terbakar hangus oleh kejahatannya sendiri.
Pupuk yang menyuburkan terdapat pada olah rohani melalui doa pribadi dan perayaan sakramen, khususnya perayaan Ekaristi. Di situlah kesatuan rohani dengan Kristus terjadi secara nyata. Persatuan inilah yang menggerakkan setiap pribadi untuk mengamalkan imannya dalam perbuatan kasih.
Inilah yang membedakan perbuatan cinta kasih antara orang beriman dan tidak beriman. Bagi orang yang tidak beriman, perbuatan kasih mereka digerakkan oleh naluri kemanusiaan. Perbuatan kasih oleh mereka yang beriman digerakkan oleh Kristus dan karena melihat Kristus dalam diri orang lain. Perbuatan kasih oleh mereka yang tak beriman, dibatasi oleh syarat-syarat tertentu. Perbuatan kasih oleh orang beriman dilakukan tanpa syarat, bahkan untuk musuh sekalipun.
Syaratnya satu: selalu terhubung dengan Kristus.
(Ditulis di Wisma Sang Penebus Nandan, Yogyakarta.)