The Power of ‘Kebaikan’
Berilah makan pada burung-burung itu. Bisa saja hanya kawanan burung-burung itu yang akan setia datang ke kuburanmu setelah engkau meninggal kelak.
Oleh: Prof Dr KH Ahmad Imam Mawardi
SALAH satu tulisan dari Dinasti Bani Abbasiyah yang diabadikan sejarah adalah “Berilah makan pada burung-burung itu. Bisa saja hanya kawanan burung-burung itu yang akan setia datang ke kuburanmu setelah engkau meninggal kelak.” Sungguh indah kalimat ini dan layak untuk senantiasa direnungkan.
Orang yang tidak pernah kenal kita dan tidak pernah merasakan kemanfaatan kita adalah sangat tidak mungkin mengingat dan mendoakan kita setelah kita dikuburkan. Saat kita masih hidup saja, tak ada nama kita dalam ingatan dan hatinya. Terlebih jika kita termasuk manusia yang dikenal tidak baik serta selalu berbuat sesuatu yang meresahkan, maka bisa jadi walau ada doa maka doanya adalah doa yang tidak baik. Walau kuburan dikunjungi, ia bukan untuk dikenang dan didoakan baik melainkan sebagai pelajaran agar dijauhi dan tidak ditiru.
Akan berbeda dengan jika kita senantiasa menjaga ucap dan tingkah untuk selalu membahagiakan serta berbuah sesuatu untuk kemanfaatan, maka nama kita akan ditempatkan di tempat yang indah dalam hati dan pikiran, berbalut rindu dan cinta. Saat mata kita terpejam tidur, ada banyak mata yang melek menyebut dan mendoakan kebaikan untuk kita. Saat sudah meninggal dan dikebumikan, ada banyak kaki yang datang melangkah berziarah mendoakan, ada banyak air mata yang menetes khusyu’ mengenang dan memohonkan rahmat ampunan dari Allah. Indah, bukan?
Ingat tentang memberikan makan burung-burung, teringatlah saya pada perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz kepada para staff kerajaannya: “Jangan lupa taburkan biji-bijian ke atas gunung itu. Saya khawatir ada butung yang kelaparan di bawah kepemimpinan saya. Bagaimana saya mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah?” Inilah pemimpin sejati, pejabat sejati yang selalu berpikir kemasalahatan umum bukan kepuasan nafsu dirinya sendiri. Adakah pejabat semodel ini saat ini? Saya yakin ada.
Terakhir, bayangkan kini bagaimana jika kita mati hari ini. Seberapa banyak yang datang dan mendoakan kita, siapa saja yang akan setia datang ke kuburan kita? Salam, Ahmad Imam Mawardi. [*]
* Founder and Director di Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya dan Dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya