Veritas

Banyak Cara Menghormati Yahya Sinwar, di Jepang Pemimpin Hamas Itu Jadi Samurai

  • Aksi heroik Yahya Sinwar, ketika melempar kayu ke arah drone Israel padahal lengan kanan terputus dan jari tangan kiri hilang, membuatnya menjadi legenda.
  • Yahya Sinwar adalah Hamas, yang akan memaksa Irael melakukan perang panjang sampai orang terakhir di Gaza.

JERNIH — Israel boleh saja bangga membunuh Yahya Sinwar, tapi perlawanan sampai nafas terakhir sang pemimpin Hamas yang terekam video — dan diviralkan ke seluruh dunia — menginspiras surat kabar Jepang menerbitkan ilustrasi Yahya Sinwar The Samurai.

New Arab menulis rekaman drone militer Israel yang memperlihatkan Sinwar yang terluka melemparkan sepotong kayu ke UAV, yang melayang di atas kepalanya, membuat sang pemimpin menjadi simbol tak kenal menyerah.

Setelah pelemparan drone itu, Sinwar dibunuh tembakan tank Israel pada 16 Oktober. Jasadnya terbungkus kaffiyeh, tangannya masih menggenggam pistol. Ini bertentangan dengan informasi yang disebarkan Israel, yang menyebut Sinwar tewas dikelilingi perisai manusia.

Situs media sosial dibanjiri foto-foto lama Sinwar. Ada yang menggambarkannya sebagai Samurai Jepang, dengan pedang di tangan, pakaian hijau dan hitam.

“Saat-saat terakhir Sinwar masih melawan sambil duduk di sofa bergaya 1950-an di sebuah rumah yang hancur, kepala berdarah, lengan kanan terputus, dan satu jari kirinya hilang, akan menjadi ikon, seperti gambar Che Guevara, untuk generasi mendatang,” tulis pengguna media sosial di X.

Pada gambar Sinwar lainnya, merujuk pada foto Sinwar duduk di kursi berlengan di tengah reruntuhan rumah yang dibom, menunjukan betapa dia tidak terpengaruh serangan itu. Di samping gambar itu, ada foto gambar saat ia terbunuh

Keterangan di bawah foto berbunyi; “Bahkan di saat terakhir hidupnya, Israel tidak dapat membuat Yahya Sinwar beranjak dari kursinya. Kemuliaan bagi para martir.”

Gambar-gambar lain memprlihatkan Sinwar sebagai patung. Ini mengindikasikan ia akan menjadi legenda abadi.

Beberapa komentator mengutip kata-kata Refaat Al-Areer, penyair Gaza yang juga dibunuh Israel. “Saya seorang akademisi, mungkin benda terberat yang saya miliki di rumah adalah penanda EXPO. Jika Israel menyerbu rumah saya untuk membantai kami, saya akan menggunakan penanda itu untuk melempar tentara Israel meski itu hal terakhir yang bisa saya lakukan.”

Komentar menarik lainnya berbunyi; “Sinwar tewas di garis depan dengan senjata di tangan, setelah bertahun-tahun difitnah sebagai borjuis pengecut yang menikmati gaya hidup mewah secara rahasia, Kematiannya mungkin representasi simbolis paling gamblang dari asimetri moral dalam perang mengerikan ini.”

Israel sebelumnya menawarkannya keluar dari Gaza dengan imbalan Mesir mengambil alih perundingan gencatan senjata atas nama Hamas. Sinwar menolak tawaran itu mentah-mentah.

The Wall Street Journal melaporkan Sinwar ditawari melarikan diri ke Mesir bersama keluarga, Ia juga menolaknya. Sinwar adalah Palestina, yang tak lelah melawan meski telah sekarat.

Back to top button