OikosVeritas

De-dolarisasi Bisa Terjadi, Tapi Yuan Cina tak Mungkin Menggantikan

Terlepas dari upaya Cina untuk meningkatkan yuan di panggung dunia dan menggantikan dolar, Earle sangat skeptis. “Bahkan setelah beberapa dekade perubahan seperti itu mungkin akan terjadi, kemungkinan yuan menjadi mata uang cadangan global berkisar antara sangat tidak mungkin hingga tidak mungkin,” tulisnya.

JERNIH–Meski de-dolarisasi telah dimulai seiring terwujudnya berbagai kesepakatan perdagangan baru-baru, tetapi greenback (dollar AS) sangat mungkin akan tetap menjadi mata uang global. Hal tersebut dikemukakan ekonom Peter C. Earle.

Earle menunjuk pada kesepakatan bulan lalu antara Cina dan Brasil untuk menyelesaikan perdagangan dalam mata uang masing-masing, sebagai contoh terbaru dari tren yang tengah berkembang. Menulis di American Institute for Economic Research pekan lalu, Earle menambahkan bahwa penggunaan dolar dalam “perang ekonomi” serta “rezim kebijakan moneter penuh kesalahan” telah mendorong negara menjauh dari greenback.

“Dan cepat atau lambat, dolar akan melemah di luar negeri,”kata dia. Tetapi dalam posting selanjutnya Selasa lalu, Earle menambahkan bahwa sementara saingan menghasilkan keuntungan, dolar AS kemungkinan masih akan tetap menjadi mata uang global. “Pertama, kecuali peristiwa atau rangkaian perkembangan yang benar-benar luar biasa, skenario di mana dolar tidak lagi digunakan (sama sekali) dalam perdagangan internasional, sangat tidak mungkin,” kata dia.

Earle menunjuk besarnya ekonomi AS dan luasnya hubungan perdagangannya menjadi penyebab semua itu. Ia juga menambahkan bahwa ada hambatan keluar serta biaya tinggi untuk mengganti mata uang. Pergeseran seperti itu akan memakan waktu puluhan tahun, jika bukan berukuran generasi, katanya.
Sementara itu, terlepas dari upaya Cina untuk meningkatkan yuan di panggung dunia dan menggantikan dolar, Earle sangat skeptis. “Bahkan setelah beberapa dekade perubahan seperti itu mungkin akan terjadi, kemungkinan yuan menjadi mata uang cadangan global berkisar antara sangat tidak mungkin hingga tidak mungkin,” tulisnya.

Catatan Earle datang karena Cina telah secara aktif membuat perjanjian dengan negara-negara seperti Kazakhstan, Pakistan, Laos, dan Brasil untuk menggunakan yuan guna transaksi lintas batas, menggantikan dollar AS.

Renminbi telah mengambil alih dolar sebagai mata uang asing yang paling banyak digunakan di Rusia, terutama karena negara tersebut meningkatkan hubungannya dengan Cina sejak terputus dari keuangan global setelah invasi ke Ukraina.

Tetapi yuan kurang cocok untuk menjadi mata uang sentral dunia, karena hampir dipatok terhadap dollar AS, kata Earle. Yuan hanya diperbolehkan diperda-gangkan dalam kisaran dua persen terhadap titik tengah yang ditentukan setiap hari oleh bank sentral Cina.

Di samping fakta bahwa otoritas Cina juga memutuskan modal apa yang dapat mengalir ke luar negeri, hal ini membuat yuan tidak dapat menerima arus pasar bebas. “Ini (dan beberapa karakteristik lainnya) sama sekali tidak kondusif untuk menetapkan mata uang yang akan digunakan sebagai unit hitung, alat tukar, dan/atau dasar penyelesaian dalam transaksi internasional yang tak terhitung jumlahnya setiap hari,” tulis Earle.

Kapitalis ventura Chamath Palihapitiya juga menggambarkan kekhawatiran de-dolarisasi sebagai “nothingburger”, dan mengutip alasan serupa dalam menyatakan bahwa yuan tidak akan menjadi mata uang dominan.

Sementara itu, Carson Group mencatat bahwa dolar akan tetap ada untuk sementara waktu, menunjuk pada kepercayaan dunia yang telah terbukti dan keunggulannya dalam perdagangan internasional. [Business Insider]

Back to top button