Gelombang Kedua Covid-19 atau Sejarah Flu Spanyol Terulang?
- Gelombang kedua adalah istilah ambigu, dan tidak ada definisi yang jelas.
- Sejumlah spesialis merasa sejarah pandemi flu Spanyol 1918 akan terulang.
- Tidak hanya gelombang kedua, tapi juga akan ada gelombang ketiga.
Hong Kong — Sejumlah negara melonggarkan penguncian untuk mengejar ketertinggalan ekonomi. Korea Selatan (Korsel) salah satunya. Berikutnya AS.
Di Korsel, pelonggaran memicu munculnya puluhan infeksi baru. Pemerintah Korsel bereaksi dengan menutup tempat-tempat hiburan, melacak orang-orang yang menjalin kontak dengan korban terinfeksi.
Di AS, kasus infeksi berkurang dalam beberapa pekan. Jumat lalu terjadi peningkatan dari 20 ribu kasus per hari menjadi 40 ribu.
Hans Kluge, direktur regional Eropa Badan Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan 30 negara di Eropa mengalami peningkatan kasus kumulatif baru dalam dua pekan terakhir, ektika langkah social distancing dilonggarkan.
Muncul pertanyaan, apakah pandemi Covid-19 memasuki gelombang kedua? Atau, apakah gelombang kedua terjadi ketika penguncian dilonggarkan dan kasus infeksi meningkat?
Tidak ada yang berani menjawab dengan pasti. Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS, dalam wawancara dengan The Washington Post 18 Juni lalu mengatakan AS masih dalam gelombang pertama. Bahkan, katanya, ketika tingkat kasus menurun dan meningkat pada warktu berbeda di berbagai negara.
John Mathews, profesor kehormatan di University of Melbourne’s School of Population and Global Health, mengatakan gelombang kedua biasanya akan ditandai penurunan dramatis, diikuti oleh lonjakan tiba-tiba dalam jumlah kasus.
“Tapi, tidak ada yang benar-benar mendefinisikan skala gelombang kedua; dari segi waktu, ruang, atau jumlah,” kata Mathews.
Gelombang kedua, masih menurut Mathews, adalah istilah yang ambibu, dan digunakan tidak secara longgar.
Istilah Gelombang Kedua
Fenomena gelombang kedua paling banyak dikaitkan dengan pandemi flu masa lalu. Flu Spanyol 1918, yang menginfeksi 500 juta dan membunuh 50 juta orang di seluruh dunia, terkenal karena gelombang kedua yang lebih mematikan.
Gelombang kedua flu Spanyol terjadi pada musim gugur, beberapa bulan setelah gelombang pertama. Gelombang ketiga terjadi di sejumlah engara tahun 1919.
Mathews mengatakan gelombang kedua yang mirip influenza dapat didorong oleh perubahan virus atau perubahan perilaku orang, dan diduga berperan dalam gelombang kedua flu Spanyol 1918.
Kekebalan telah berkembang di antar proprosi populasi, yang mendorong virus berevolusi untuk menghindari respon imun dan terus menginfeksi orang.
“Kami tidak berpikir itu akan terjadi segera dengan virus korona, mengingat tingkat kekebalan yang rendah saat ini,” kata Mathews.
Saat ini, terdapat 60 sampai 70 persen penduduk yang perlu divaksinasi untuk menghentikan penyakit, dan menekannya untuk beradaptasi.
Alih-alih akibat populasi tetap rentan terhadap Covid-19, penentu utama terjadinya gelombang kedua adalah perilaku masyarakat dan respon pemerintah.
Hannah Clapham, ahli epidemiologi dan asisten profesor National University Singapore’s Saw Swee Hock School of Public Health, mengatakan faktor kritis pada taap pandemi ini adalah langkah-langkah kesehatan masyarakat dalam menanggapi kenaikan baru dalam jumlah kasus.
Fokus pada konsep gelombang, yang definisinya tidak jelas, bukan titik yang mendesak. “Bagi saya, yang paling relevan adalah apakah kita melihat peningkatan kasus yang konsisten lagi, dan bagaimana merespon dengan tindakan kesehatan masyarakat untuk mencoba mengendalikan penularan,” katanya.
Yang mengkhawatirkan, lanjut Clapham, adalah kita melihat peningkatan jumlah kasus dan jumlah kasus yang tinggi di banyak tempat. Terkadang jumlah kasus menjadi lebih tinggi dibanding saat puncak pandemi.
Beberapa spesialis merasa sejarah pandemi flu Spanyol 1918 kemungkinan terulang. “Hampir bisa dipastikan gelombang epidemi kedua akan datang, karena kita tidak melihat adanya pasokan vaksin,” ujar Gabriel Lung, dekan University of Hong Kong’s medical school.
“Setelah pertengahan atau akhir musim gugur akan menjadi tahap kritis lainnya,” lanjutnya.