Veritas

Hizbullah : AS dan Arab Saudi Berencana Bunuh Hassan Nasrallah

Mengenai kemungkinan Presiden AS Donald Trump melancarkan serangan militer apa pun selama sisa masa jabatannya, Nasrallah mengatakan, “Trump saat ini adalah orang gila yang marah, dan kita harus menangani sisa masa jabatannya dengan hati-hati dan waspada.”

JERNIH—Pimpinan Hizbullah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah, pada sebuah wawancara televisi Minggu (27/12), menuduh Arab Saudi berencana membunuhnya sejak lama. Upaya pembunuhan itu melibatkan kerja sama dengan Amerika Serikat.

Selama wawancara dengan jaringan TV Al-Mayadeen, Nasrallah mengatakan Arab Saudi telah lama berupaya berencana membunuhnya, setidaknya sejak terjadinya perang di Yaman.

“Amerika menyetujui permintaan Saudi untuk membunuh saya, dan Israel yang akan melakukannya,” kata Nasrallah. Ia melanjutkan bahwa, “Menjadikan pemimpin Hizbullah sebagai target (pembunuhan) adalah tujuan bersama Amerika, Israel, dan Saudi.”

Mengenai kemungkinan Presiden AS Donald Trump melancarkan serangan militer apa pun selama sisa masa jabatannya, Nasrallah mengatakan, “Trump saat ini adalah orang gila yang marah, dan kita harus menangani sisa masa jabatannya dengan hati-hati dan waspada.” Bagi Nasrallah, tidak ada informasi akurat bahwa Trump atau Israel akan mengambil tindakan apa pun, dan itu hanyalah analisis.

Sementara itu harian Isarel, Jerusalem Post, menulis bahwa pernyataan Nasrallah dalam wawancara itu hanyalah upaya untuk mengangkat citra dirinya kembali di Lebanon.

Menurut Jerusalem Post, pernyataan pemimpin Hizbullah itu tampaknya menunjuk pada kunjungan terakhir Komando Pusat AS Mark Miley ke Israel, 18 Desember lalu. Bagi Israel, pernyataan Nasrallah itu juga merujuk perubahan di Arab Saudi, di mana putra mahkota Mohammad Bin Salman berusaha menentang peran Hizbullah di Lebanon.

“Nasrallah mengaitkan dugaan rencana untuk membunuhnya itu dengan pembunuhan AS terhadap Komandan Pasukan Quds, Qasem Soleimani dan pemimpin Hizbullah Abu Mahdi al-Muhandis pada Januari 2020. Peringatan kematian mereka semakin dekat dan Nasrallah ingin mengklaim dia sama pentingnya dengan mereka itu,” tulis Jerusalem Post.

“Dia sengaja meletakkan foto Soleimani di mejanya selama wawancara untuk menunjukkan hubungannya dengan Soleimani; keduanya bekerja sama selama perang tahun 2006 melawan Israel. Imad Mughniyeh, rekan dekat Nasrallah lainnya, dibunuh pada tahun 2008. Mohsen Fakhrizadeh, kepala program nuklir Iran, dibunuh bulan lalu.”

Beberapa menit sebelum Nasrallah melakukan wawancara pada pada pukul 8 malam itu, Al-Mayadeen menampilkan foto yang menunjukkan Presiden Terpilih AS Joe Biden dan Presiden AS Donald Trump, menegaskan bahwa Nasrallah setara dengan para pemimpin AS dan memimpin gerakannya pada saat kritis.

“Video dari pidato tersebut menunjukkan orang Lebanon mengibarkan bendera Hizbullah, dengan hanya beberapa bendera Lebanon di antara mereka. Intinya lagi-lagi jelas, Hizbullah adalah Lebanon dan Lebanon ada di suatu tempat di dalam negara yang dikuasai Hizbullah, bukan sebaliknya,” tulis Jerusalem Post.

Nasrallah mengklaim Soleimani adalah kunci untuk mengalahkan ISIS dan AS di wilayah tersebut. Dia berbicara tentang betapa terkejutnya dia tahun lalu ketika Soleimani terbunuh di Bandara Baghdad. [Al-Masdar News/The Jerusalem Post]

Back to top button