Meksiko Tuntut Paus Minta Maaf atas Peran Gereja dalam Penindasan Indian Aztec
- Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador juga meminta Vatikan mengemalikan tiga kodeks.
- Kodeks terpenting adalah buku dewa-dewa dan ritual kepercayaan kuno Aztec.
- Kodeks itu asli, dan hanya satu yang selamat, lainnya dibakar Gereja Katolik selama penaklukan Spanyol.
Mexico City — Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador menulis surat kepada Paus Fransiskus dan menuntut pemimpin tertinggi Geja Katolik itu meminta maaf atas peran gereja dalam penindasan penduduk asli saat penaklukan Spanyol lima ratus tahun lalu.
Dalam surat dua halaman itu Presiden Lopez Obrador meminta Paus Fransiskus mengembalikan beberapa manuskrip kuno yang tersimpan di perpustakaan Vatikan, jelang peringatan 500 tahun penaklukan Spanyol atas Meksiko tahun depan.
Surat bertanggal 2 Oktober itu diposting di Twitter presiden, Sabtu lalu. Pada hari yang sama, pihak berwenang Mexico City memutuskan menghapus patung Christopher Columbus, sesuai permintaan pengunjuk rasa.
Surat itu dikirim ke Paus Fransiskus oleh Beatriz Gutierez Muller, istri Presiden Lopez Obrador yang bertemu pemimpin gereja Katolik itu di Vatikan. Beatriz sebelumnya juga bertemu Presiden Italia Sergio Mattarella.
Menurut Presiden Lopez Obrador, Kerajaan dan Pemerintah Spanyol, serta Vatikan, harus meminta maaf kepada penduduk asli atas kekejaman paling tercela setelah penjajah Spanyol tiba di Meksiko tahun 1521.
“Penduduk asli tidak hanya berhak atas sikap murah hati pihak kita, tapi jgua komitmen yang tulus, yang tidak akan pernah lagi melakukan tindakan tidak sopan dan bertentangan dengan keyakinan dan budaya mereka,” tulis Presiden Lopez Obrador.
Gereja Katolik memainkan peran kunci ketika Spanyol menjajah Amerika, memperluas wilayah kerajaannya, dan mengubah keyakinan penduduk asli menjadi Kristen.
Tahun lalu, Presiden Lopez Obrador juga membuat permintaan serupa dalam surat ke Raja Felipe dan Paus. Pemerintah Spanyol menolak permintaan itu.
Tahun 2015 Paus Fransiskus meminta maaf kepada Bolivia atas peran gereja dalam penindasan di Amerika Latin, selama penjajahan Spanyol.
Pengembalian Kodeks
Selain menuntut permintaan maaf, Presiden Lopez Obrador juga menuntut Vatikan mengembalikan tiga kodeks, salah atunya Kodek Borgia — sebuah buku lipat layar warna-warni, yang menggambarkan dewa-dewa dalam ritual Meksiko kuno.
Kodeks itu sangat penting karena memuat contoh tulisn gaya Aztec pra-penaklukan yang paling terpelihar. Otoritas Katolik eras kolonial menyebut kodeks itu sebagai karya iblis dan memerintahkan ratusan, bahkan ribuan lainnya, dibakar.
Pembakaran terjadi setelah penaklukan 1521, dan berlanjut dalam beberapa dekade penindasan Spanyol atas Bangsa Aztec.
Selain menuntut pengembalian Kodeks Borgia, Presiden Lopez Obrador juga menghendaki peta kuno Tenochtitlan — ibu kota Aztec kuno — dipinjamkan selama peringatan penindasan Spanyol tahun depan.
Vatikan belum menanggapi permintaan itu. Di masa lalu, museum dan kantor arsip Vatikan biasa meminjamkan manuskrip dan karya seni atas permintaan negara lain.
Menggusur Columbus
Di Mexico City, Sabtu lalu, pihak berwenang memindahkan patung Christopher Columbus dua hari sebelum pengunjuk rasa berencana menghancurkannya selama acara peringatan kedatangan navigator Italia ke AS.
Kementerian Kebudayaan mengatakan patung itu dipindahkan dari Revorma Avenue atas permintaan pejabat kota. Patung itu diturunkan tidak untuk dihancurkan, tapi diperbaiki.
Kelompok aktivis berencana menggelar protes bertajuk ‘Kami akan Merobohkannya’ Senin 12 Oktober, sesuai tanggal kedatangan Columbus ke Amerika tahun 1492.
Di Meksiko, kedatangan Columbus diperingati sebagai Dia de la Raza, atau Hari Perlombaan. Peringatan itu adalah pengakuan atas campuran warisan budaya asli dan Eropa.
Walikota Claudia Sheinbaum mengatakan patung itu dapat dikembalikan setelah restorasi selesai. “Mungkin itu akan bermanfaat……refleksi kolektif tentang apa yang Colubus wakili, terutama menuju tahun depan,” kata Sheinbaum kepada wartawan.