Veritas

Mengapa AS Kirim Banyak Senjata Berat untuk Ukraina?

Dengan bantuan tambahan 800 juta dollar AS dalam bentuk yang mencakup 72 howitzer 155mm Angkatan Darat AS, bersama dengan 144.000 peluru artileri dan lebih dari 120 drone bersenjata itu, AS sejauh ini telah menggelontorkan 3,4 juta dollar, total bantuan yang luar biasa untuk negara di mana Amerika Serikat tidak memiliki perjanjian pertahanan dengannya.

JERNIH– Delapan pekan invasi Rusia terhadap Ukraina berjalan, pemerintahan Biden secara dramatis memutuskan untuk meningkatkan pengiriman senjata artileri ke Ukraina. Hal itu menandakan komitmen Amerika yang semakin dalam pada tahap penting pertempuran untuk mempertahankan jantung industri negara itu.

Hal itu tentu saja menerbitkan peringatan Moskow bahwa bantuan militer AS yang berkelanjutan ke Ukraina itu akan memiliki konsekuensi yang “tidak dapat diprediksi”. Dari sisi komunikasi perang hal itu menunjukkan bahwa Rusia melihat datangnya gelombang persenjataan internasional itu sebagai hambatan yang berkembang untuk invasi yang mereka lakukan.

“Kita tengah berada di jendela waktu yang kritis,”kata Presiden Joe Biden, Kamis lalu, saat mengumumkan bahwa dia telah menyetujui tambahan 800 juta dollar AS dalam bantuan perang. Bantuan itu mencakup 72 howitzer 155mm Angkatan Darat AS, bersama dengan 144.000 peluru artileri dan lebih dari 120 drone bersenjata yang akan membutuhkan pelatihan untuk pemakainya di Ukraina.

Dengan bantuan itu, artinya AS telah menggelontorkan bantuan senilai 3,4 miliar dollar, sejak Rusia memulai invasinya pada 24 Februari. Itu adalah total bantuan militer AS yang luar biasa untuk negara di mana Amerika Serikat tidak memiliki kewajiban untuk melunasi perjanjian pertahanannya.

Apa pentingnya artileri dalam perang itu?

Senjata berat seperti artileri sedang dibentuk sebagai fitur utama dari pertempuran yang sedang berlangsung untuk wilayah timur Ukraina, yang dikenal sebagai Donbas. Medan yang relatif datar cocok untuk apa yang disebut militer sebagai perang manuver–pergerakan tank dan pasukan darat lainnya yang didukung oleh senjata jarak jauh seperti howitzer 155mm.

Rusia telah mengerahkan artileri tambahan mereka sendiri ke wilayah Donbas dalam beberapa hari terakhir, bersama dengan datangnya lebih banyak pasukan darat dan material lainnya untuk mendukung dan mempertahankan apa yang bisa menjadi pertarungan panjang untuk medan di jantung industri Ukraina.

Howitzer yang dikirim AS ke Ukraina akan menjadi model Amerika terbaru, yang dikenal sebagai M777, yang digunakan oleh Angkatan Darat dan Korps Marinir. Lebih kecil dan lebih bermanuver daripada model lama, M777 dapat digunakan di medan perang dengan helikopter angkat berat dan bergerak relatif cepat antar posisi dengan truk tujuh ton yang juga disediakan oleh Pentagon.

“Yang membuatnya penting adalah jenis pertarungan yang kami harapkan di Donbas. Karena medannya terbuka, datar, tidak merupakan wilayah perkotaan, kita dapat mengharapkan Rusia mengandalkan tembakan jarak jauh–-khususnya artileri,” kata John Kirby, sekretaris pers Pentagon. “Jadi kita tahu bahwa ini akan menjadi bagian dari pedoman yang diikuti Rusia.”

Seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan, yang pertama dari 72 howitzer diharapkan mulai bergerak ke Eropa pada akhir pekan ini. Dari 18 howitzer 155mm lainnya yang disetujui Biden minggu lalu untuk pengiriman ke Ukraina, jumlah yang tidak ditentukan sudah ada di Eropa, dan pelatihan howitzer AS untuk personel Ukraina telah dimulai Rabu lalu, di negara yang dirahasiakan di luar Ukraina.

Cukupkah untuk menahan gempuran Rusia?

Mungkin tidak, namun Biden mengatakan dia telah meminta Pentagon untuk mulai mengerjakan potensi bantuan militer tambahan.

Biden mengatakan, fase invasi Rusia ini akan “lebih terbatas dalam hal geografi tetapi tidak dalam hal kebrutalan.” Dia juga mengakui bahwa dia membutuhkan komitmen Kongres untuk menyetujui dana yang diperlukan untuk terus menyediakan senjata kunci ke Ukraina di luar paket 800 juta terbaru. Itu, kata dia, akan memastikan aliran senjata yang stabil hanya untuk beberapa pekan ke depan.

Para pejabat AS mengatakan Rusia mencoba untuk menyesuaikan pendekatan mereka di Ukraina setelah kemunduran awal, menunjukkan bahwa pertarungan bisa berlangsung lama.

Setelah gagal merebut Kyiv pada minggu-minggu awal invasi multi-cabangnya, Rusia sejak itu mempersempit tujuannya dengan berfokus pada Donbas, tempat separatis yang didukung Moskow telah bertempur sejak 2014, dan di hamparan wilayah pesisir di sepanjang perbatasan Laut Azov, dari Mariupol ke Semenanjung Krimea. Satu keuntungan Rusia adalah kedekatan wilayah ini dengan wilayah Rusia, yang memungkinkan jalur pasokan lebih pendek daripada pertempuran sebelumnya di utara Ukraina.

Apa lagi yang akan diberikan AS?

Selain 72 howitzer dan kendaraan yang diperlukan untuk memindahkannya di sekitar medan perang, paket senjata baru untuk Ukraina mencakup peluru artileri dan drone bersenjata dari stok Angkatan Udara AS.

Masih dalam jalur dari paket senjata terpisah senilai 800 juta dollar yang diumumkan minggu lalu adalah berbagai peralatan, termasuk radar yang digunakan untuk memungkinkan penargetan artileri Rusia, serta radar pengawasan udara dan kapal drone pantai tak berawak.

“Artileri dan drone adalah hal tepat yang dibutuhkan Ukraina saat Rusia menuju serangan berikutnya di Timur dan Selatan,” kata Mark Montgomery, pensiunan laksamana Angkatan Laut yang sebelumnya bertugas pada Komando Eropa AS dalam membantu meningkatkan hubungan militer AS-Ukraina. Montgomery sekarang menjadi analis di Foundation for Defense of Democracies.

Drone yang disertakan dalam paket terbaru disebut Phoenix Ghost, dibuat oleh perusahaan AS, Aevex Aerospace, yang menyebut dirinya sebagai pemimpin dalam “solusi intelijen udara spektrum penuh.” Kirby, juru bicara Pentagon, menolak untuk menjelaskan kemampuan drone selain mengatakan bahwa itu digunakan “sebagian besar tetapi tidak secara eksklusif untuk menyerang target.” Drone ini juga memiliki kamera onboard.

Kirby mengatakan drone sangat cocok untuk medan di mana Ukraina bertempur di Donbas. [Robert Burns/Associated Press]

Back to top button