Mengenal Asatru, Agama Supremasi Kulit Putih yang muncul di Era Donald Trump
- Mereka tiba di Murdock, diam-diam membeli gereja tak terpakai, dan mengubahnya.
- Mereka terhimpun ke dalam Asatru Folk Assembly (AFA), beranggotakan 800 orang.
- Mereka mengenakan semua simbol Indo-Eropa, mengenakan liontin Palu Thor, semua yang berbau Skandinavia.
JERNIH — Sampai pertengahan 2020 tidak ada yang berubah dengan Gereja Old Lutheran Minnesota. Kini, gereja itu menjadi ‘hof’, atau tempat berkumpul, Asatru Folk Assembly (AFA).
Bagi sejumlah ahli agama dan ekstremisme, Asatru bukan nama asing. Asatru adalah agama yang menghormati budaya dan nenek moyang mereka di Eropa Utara.
Menurut Wikipedia, Asatru berfokus pada sumber Skandinavia. Nama lainnya adalah Vanatru dan Forn Sed. Mereka diklasifikasi sebagai kelompok kebencian neo-Volkisch, yang menghidupkan kembali semangat anti-Semit.
Di Jerman, gerakan Volkisch muncul pasca 1945. Kini, gerakan itu muncul di kota kecil Murdock, d Minnesota, AS.
Dewan Kota Murdock tidak punya alasan tidak memberi ijin kelompok ‘keagamaan’ ini berkumpul dan menjalan ibadah. Kebebasan beragama tercantum dalam Amandemen Pertama Konstitusi AS. Terlebih, orang-orang AFA semula mengatakan akan memfungsikan kembali gereja itu.
Meski demikian dewan kota sempat melakukan voting untuk mengambil keputusan. Hasilnya, tiga mendukung dan satu menolak kelompok pseudo-Nordik ini.
AFA memiliki 800 anggota yang berasal dari 22 negara bagian AS. Mereka secara diam-diam membeli Gereja Old Lutheran yang rusak Juni 2020 dan sempat diubah menjadi rumah.
Mereka mengeluarkan semua simbol-simbol kekristenan di dalam gereja, menggantinya dengan semua yang bernuansa Asatru; lambang Indo-Eropa kuno yang diambil alih Nazi Jerman, Rune Othana Merah atau simbol yang juga pernah diadopsi Nazi.
Simbol AFA adalah Triskele, yang banyak diadopsi kelompok supremasi kulit putih. Anggota mengenakan liontin Othana Merah atau Palu Thor.
Hanya tanda salib di menara gereja yang belum diturunkan.
Murdock bukan ‘hof’ pertama AFA, tapi ketiga. Daily Mail tidak menyebut di kota mana dua ‘hof’ lagi.
AFA hanya menerima anggota kulit putih. Tahun 2016, saat baru muncul, mereka menggelar reli di Charlottesville di bawah panji Unite the Right.
Mereka hadir di Minnesota tahun 2018, dan berkampanye tentang tumbuh bersama pada tahun yang sama. Artinya, pada tahun itu mereka berusaha membentuk ‘hof’ di banyak negara bagian.
Bukan Rahasia
AFA punya situs web. Di situs itu mereka tidak merahasiakan fakta bahwa mereka menyamakan Eropa Utara dengan kulit putih.
Ada ‘Pernyataan Etika’ grup, yang semuanya berbicara tentang keluarga kulit putih. Misal; “Kami di Asatru mendukung hubungan keluarga kulit putih yang kuat. Kami ingin anak-anak kami menjadi ayah dan ibu bagi anak-anak kulit putih.
Meski beranggota 800, pertemuan AFA dihadiri tidak lebih dari 20 orang. Dari jumlah itu, tidak ada warga setempat. Artinya, mereka memilih Murdock sebagai tempat berkumpul karena terisolasi.
Dua ‘hof’ terakhir yang mereka gelar cukup mengerikan. Pertama, berlatih lempar pisau. Kedua, anggota menyayat tubuh mereka dan membiarkan darah menetes ke tanah.
Tidak seorang pun berbicara tentang kayakinan mereka ketika didekati. Jason Gallagher, salah satu dari mereka, hanya mengatakan; “Kami di sini hanya untuk bersama.
Setelah penyerbuan ke Capitol Hill, 6 Januari 2021, penduduk Murdock mulai merasa tidak nyaman dengan kehadiran mereka.
Siapa pun tahu, dengan mengidentifikasi simbol-simbol yang dikenakan, kelompok supremasi kulit putih yang menyerbu Capitol Hill. Mereka tidak datang dengan tangan kosong, tapi bersenjata dan salah satunya membawa sebelas bom molotov.
FBI mengindentifikasi mereka sebagai ancaman domestik terbesar yang dihadapi negara. Mereka adalah produk pemerintahan Donald Trump.