Veritas

Meta Ungkap Cina Terkait Kampanye Spam Terbesar di Dunia

Tidak hanya “Spamouflage”, kekerasan di dunia nyata pun masih dilakukan Cina. Juli lalu, misalnya, polisi Cina telah menangkap  seorang warga suku Kazakh usai melagukan ayat suci Al Quran atau qiraah di acara pernikahan warga Muslim di Xinjiang.

JERNIH– Perusahaan induk Facebook, Meta, Selasa (29/8/2023) mengatakan bahwa pihaknya telah menutup kampanye yang disebut “Spamouflage” untuk secara diam-diam meningkatkan citra Cina di platformnya. Meta mengatakan pihaknya menghapus sekitar 7.700 akun Facebook ditambah ratusan halaman, grup, dan akun Instagram lainnya yang mendorong narasi pro-Cina secara online.

Akun-akun tersebut biasanya memuji Cina dan kebijakannya di Xinjiang, serta mengkritik Amerika Serikat, kebijakan luar negeri Barat, dan individu yang kritis terhadap Beijing, termasuk banyak jurnalis.

“Kami menilai ini adalah operasi pengaruh terselubung terbesar, meski tidak berhasil, dan paling produktif yang kami ketahui di dunia saat ini,” kata pemimpin intelijen ancaman global Meta, Ben Nimmo.

Seperti ‘pabrik troll’ Rusia

Meta mengatakan apa yang disebut kampanye “Spamouflage” itu menargetkan Taiwan, Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jepang, dan khalayak global berbahasa Mandarin.

Jaringan Spamouflage itu juga mencakup platform non-Meta seperti YouTube, Reddit, Quora, Medium dan Twitter, yang kini telah berganti nama menjadi X.

Nimmo mengatakan timnya “dapat menghubungkan Spamouflage dengan individu yang terkait dengan aparat hukum Cina.” Meta yakin akun-akun tersebut sebagian besar dibeli dari operator spam komersial di negara lain, seperti Vietnam atau Bangladesh, dan digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan politik mereka.

Nimmo menunjuk ke salah satu akun yang sebelumnya menerbitkan iklan pakaian dalam berbahasa Mandarin sebelum tiba-tiba beralih ke postingan berbahasa Inggris tentang kerusuhan di Kazakhstan. Beberapa teknik yang digunakan dalam operasi Cina mirip dengan apa yang disebut “pabrik troll” Rusia.

Hal ini menunjukkan bahwa kedua operasi tersebut mungkin telah belajar satu sama lain, tambah Nimmo. Namun dia mengatakan operasi Cina sebagian besar tidak berhasil. “Operasi ini besar dan berisik, namun mereka kesulitan menjangkau lebih jauh dari ruang gema palsunya,” kata Nimmo.

Tidak hanya di ruang maya, di dunia nyata pun Cina masih melestarikan kekerasan di Xinjiang, tempat hidup Muslim Uighur. Pada Jumat (25/8/2023) lalu Radio Free Asia (RFA) melaporkan bahwa polisi Cina telah menangkap  seorang warga suku Kazakh usai melagukan ayat suci Al Quran atau qiraah di acara pernikahan warga Muslim di Xinjiang.

 Mengutip  Bekzat Maksutkhan, kepala kelompok pemantau hak asasi manusia yang berbasis di Kazakhstan, Atajurt, seorang warga bernama Kusman Rehim (56) telah ditahan paksa oleh polisi Cina pada 14 Juli lalu. “Kusman Rehim ditangkap pada 14 Juli. Alasan utamanya adalah polisi menemukan AlQuran di rumah dia,” kata Maksutkhan, seperti dikutip radio tersebut.  Maksutkhan juga menegaskan bahwa Kusman juga diketahui aparat telah melantunkan ayat-ayat AlQuran di rumah warga saat Iduladha dan di pernikahan warga Muslim.

RFA mengatakan telah menghubungi kantor polisi Jimsar County di Xinjiang untuk meminta konfirmasi terkait penangkapan itu. Namun, mereka tak memberi penjelasan. [DW/AFP/Reuters/RFA]

Back to top button