Veritas

Partai Republik di DPR AS Gelar Pungutan Suara untuk Gulingkan Ilhan Omar

Pemungutan suara itu dilakukan untuk mengeluarkan Ilhan Omar, Muslimah kelahiran Somalia, dari Komite Luar Negeri DPR AS. “Ini hanya urusan balas dendam politik,”kata Pemimpin ‘fraksi’ Demokrat, Hakeem Jeffries dari New York. “Ini salah satu warisan menjijikkan setelah 9/11, penargetan dan rasisme terhadap Muslim Amerika di seluruh AS. Ini adalah perpanjangan dari warisan itu. Ini tentang menjadikan wanita kulit berwarna sebagai target,” kata anggota DPR dari Demokrat yang mewakili New York,  Alexandria Ocasio-Cortez.

JERNIH–DPR AS yang dipimpin Partai Republik pada hari Kamis (2/2) menggelar pemungutan suara untuk mengeluarkan anggota Partai Demokrat, seorang Muslimah kelahiran Somalia, Ilhan Omar, dari Komite Urusan Luar Negeri DPR. Ilhan dikeluarkan karena komentar masa lalunya yang dianggap anti-Israel, serta resons Republik terhadap Demokrat yang mem-boot anggota parlemen sayap kanan Republik atas komentarnya yang menghasut di masa lalu.

Ketua DPR Kevin McCarthy, meneruskan inisiatif berbau rasis itu, bahkan meskipun beberapa anggota parlemen dari Partai Republik (GOP) sendiri menyatakan keberatan. Pengusiran anggota parlemen dari komite DPR pada dasarnya belum pernah terjadi sebelumnya, sampai pada dua tahun lalu Partai Demokrat menggulingkan anggota garis keras Partai Republik, Marjorie Taylor Greene dari Georgia dan Paul Gosar dari Arizona karena melakukan penghasutan.

Pemungutan suara dengan hasil 218-211 di internal Republik itu terjadi setelah perdebatan sengit, di mana Demokrat menuduh GOP menargetkan Omar berdasarkan rasnya. Omar, yang telah meminta maaf atas pernyataan tahun 2019 yang di AS dianggap sebagai antisemit itu, membela diri di DPR, menanyakan apakah ada yang terkejut tatlkala dirinya menjadi sasaran. Rekan-rekan Demokrat-nya memeluk Omar selama pemungutan suara berlangsung.

“Suara saya akan semakin keras dan kuat, dan kredibilitas saya akan dirayakan di seluruh dunia, seperti yang sudah-sudah,” kata Omar dalam pidato penutupnya.

“House Republicans memusatkan perhatian pada enam pernyataan yang dia buat bahwa “di bawah totalitas keadaan, mendiskualifikasi dia dari tugas di Komite Luar Negeri,” kata Michael Guest, ketua Komite Etika DPR asal Republik dari Mississippi. “Semua anggota, baik dari Partai Republik maupun Demokrat yang berusaha untuk bertugas di Komite Luar Negeri, harus berpegang pada standard perilaku tertinggi karena kepekaan internasional dan masalah keamanan nasional berada di bawah yurisdiksi komite ini.”

Partai Republik telah berselisih dengan Omar sejak dia tiba di Kongres, dan mantan Presiden Donald Trump sering mengejeknya di rapat umum dengan cara yang bagi para pendukungnya dianggap menarik.

Resolusi yang diusulkan Max Miller, Republikan dari Ohio dan mantan pejabat di pemerintahan Trump, itu menyatakan, “Komentar Omar telah membawa aib bagi Dewan Perwakilan Rakyat.”

Pemimpin ‘fraksi’ Demokrat, Hakeem Jeffries dari New York, mengatakan Omar terkadang “membuat kesalahan” dan menggunakan kiasan antisemit yang juga dikutuk oleh Demokrat DPR empat tahun lalu. Tapi bukan itu yang ditargetkan melalui  pemungutan suara hari Kami situ.  “Ini hanya soal balas dendam politik,” kata Jeffries.

Anggota DPR dari Demokrat yang mewakili New York,  Alexandria Ocasio-Cortez, melangkah lebih jauh, dengan merujuk pada serangan 11 September 2001, ketika dia menyebut tindakan GOP sebagai bagian dari salah satu “warisan menjijikkan setelah 9/11, penargetan dan rasisme terhadap Muslim Amerika di seluruh Amerika Serikat. “Dan ini adalah perpanjangan dari warisan itu. Ini tentang menjadikan wanita kulit berwarna sebagai target.”

McCarthy membantah keputusan Partai Republik untuk menggulingkan Omar itu adalah tit-for-tat setelah pemecatan Greene dan Gosar di bawah Demokrat, meskipun pada akhir 2021 ia menyatakan, tanggapan seperti itu mungkin terjadi jika Partai Republik memenangkan kembali mayoritas DPR.

“Ini tidak seperti Kongres terakhir,” katanya, Kamis. Dia mencatat bahwa Omar dapat tetap berada di panel lain, bukan Urusan Luar Negeri, setelah komentar anti-Israelnya.

Omar adalah salah satu dari dua wanita Muslim pertama yang terpilih menjadi anggota Kongres. Dia juga orang pertama yang mengenakan jilbab di ruang DPR setelah aturan majelis diubah untuk memungkinkan anggota DPR mengenakan penutup kepala karena alasan agama.

Dia dengan cepat menimbulkan kontroversi setelah bergabung dengan Kongres pada 2019, dengan sepasang cuitan Twitter yang menyatakan bahwa anggota parlemen yang mendukung Israel dimotivasi oleh uang.

Pertama, dia mengkritik American Israel Public Affairs Committee, atau AIPAC. “Ini semua tentang bayi Benjamins,” tulisnya, menggunakan bahasa gaul tentang uang kertas pecahan 100 dolar. Ditanya di Twitter siapa yang menurutnya membayar anggota Kongres untuk mendukung Israel, Omar menjawab, “AIPAC!”

Pernyataan Omar memicu teguran dari Ketua DPR saat itu, Nancy Pelosi, dan para Demokrat lainnya yang menjelaskan bahwa dirinya telah melangkah terlalu jauh.

Omar segera meminta maaf. “Kita harus selalu bersedia untuk mundur dan memikirkan kritik, sama seperti saya berharap orang-orang mendengarkan saya ketika orang lain menyerang saya tentang identitas saya,” cuit Omar. “Inilah mengapa saya benar-benar meminta maaf.”

Pada cuitan Mei 2021, Omar menyebut Israel sebagai “negara apartheid” atas perlakuannya terhadap warga Palestina.

Pada Kamis (2/2), para Demokrat berkumpul untuk membela Omar dengan berapi-api dan pengalaman yang dia bawa ke Kongres. “Ini jelas bukan tentang apa yang dikatakan Ilhan Omar, melainkan tentang siapa dia — menjadi wanita kulit hitam yang cerdas dan blak-blakan dari kalangan Muslim. Itu masalahnya,” kata Mark Pocan, seorang perwakilan Demokrat dari Wisconsin.

Anggota parlemen berkulit hitam, Latin, dan progresif, secara khusus berbicara tentang suaranya yang unik di DPR, dan mengkritik Partai Republik atas apa yang mereka sebut serangan rasis. “Gagasan rasis,” kata Cori Bush, Demokrat dari Missouri (Mo). “Sebuah resolusi balas dendam,”kata Pramila Jayapal dari Washington, ketua kaukus progresif.

“Sangat menyakitkan untuk ditonton,”kata Rashida Tlaib, Demokrat dari Michigan (Mich.), yang bergabung dengan Kongres dengan Omar sebagai dua wanita Muslim pertama yang terpilih di DPR.

“Kepada anggota Kongres Omar, saya sangat menyesal negara kita telah mengecewakan Anda hari ini melalui majelis ini,” kata Tlaib sambil menangis. “Dirimu layak berada dalam komite itu.”

Di Gedung Putih, sekretaris pers Karine Jean-Pierre berkata tentang pemecatan itu, “Ini aksi politik.”

McCarthy telah memblokir Adam Schiff dan Eric Swalwell, keduanya dari Demokrat California, untuk bergabung kembali dengan Komite Intelijen DPR setelah GOP mengambil kendali majelis pada Januari lalu. Sementara penunjukan ke panel intelijen adalah hak prerogatif pembicara, tindakan terhadap Omar membutuhkan pemungutan suara DPR.

Berkenaan dengan dikeluarkannya anggota garis keras Partai Republik, Marjorie Taylor Greene dari Georgia dan Paul Gosar dari Arizona, di masa lalu, beberapa anggota dari Partai Republik sendiri menyetuji hal itu. Sebelum terpilih menjadi anggota Kongres pada 2020, Greene membuat banyak pernyataan yang menuai teguran. Dalam sebuah video online, dia mengatakan mantan Ketua DPR, Pelosi,  adalah “pengkhianat” negara, dan menyatakan itu sebagai “kejahatan yang dapat dihukum mati.”

Greene juga mempertanyakan kebenaran penembakan massal, dan dalam video tahun 2018 dia berbicara tentang serangan teroris 9/11, mengacu pada pesawat yang “disebut” menabrak Pentagon. Dia menyarankan kebakaran besar tahun 2018 di California bisa disebabkan oleh laser atau kumpulan pasukan, termasuk oleh pihak bank yang dikendalikan oleh keluarga Rothschild, yang merupakan orang Yahudi.

DPR bergerak cepat, dan pada Februari 2021 mencopot Greene dari kedua komite yang diikutinya. Greene saat itu berusaha memisahkan diri dari “kata-kata masa lalunya”. Dalam pidatonya saat itu, dia mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa dia percaya serangan 9/11 dan penembakan massal di sekolah adalah nyata dan tidak lagi mempercayai teori konspirasi QAnon.

Sementara Gosar menghadapi pemungutan suara dengan kecaman DPR yang langka, diikuti pemecatan dari komitenya pada November 2021. Itu setelah dia memposting video yang menggambarkan dirinya membunuh sesama anggota DPR, Ocasio-Cortez, dengan pisau.

Di tengah kritik, Gosar menghapus tweet tersebut, tetapi dia me-retweet video itu tidak lama setelah pemungutan suara malam.

Yang menyedihkan, di Kongres baru, McCarthy mengizinkan Greene dan Gosar bergabung dengan komite DPR. [Associated Press]

Back to top button