Peluang Anies dari ‘Gubernur Indonesia’ Menjadi Presiden RI Terbuka Lebar
Survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) juga masih memperhitungkan Anies sebagai calon presiden idaman (maaf, ini bukan nama partai), sebanyak 10,2 persen.
JERNIH—Sejak memenangi tiket menjadi gubernur DKI Jakarta pada 2017 lalu, karier politik Anies Baswedan kian moncer. Berpasangan dengan Sandiaga Uno, Anies dibekingi massa yang relatif loyal saat itu. Modal sosial Anies-Sandi pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2017 tersebut berasal dari jaringan dan kepercayaan yang digunakan untuk memobilisasi massa Aksi 212–sebuah gerakan sosial yang berhasil menjungkalkan Ahok, rival Anies dari Pilgub DKI Jakarta.
Jaringan ini sendiri diperkuat organisasi macam FPI, FUI, MJR, dan GNPF-MUI. Tokoh-tokoh seperti Imam Besar Muhammad Rizieq Shihab dari FPI dan Bachtiar Nasir sebagai ketua GNPF-MUI, punya andil besar memobilisasi massa melalui para ulama, ustaz, dan tokoh agama yang populer di masyarakat, sebagaimana dikupas dalam buku yang ditulis Septiana.
Tidak hanya melalui organisasi dan pengaruh pesohor Tanah Air, jaringan massa pendukung Anies pun meluas hingga ke jagat maya, seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Telegram.
Dalam perkembangannya, Anies kian melenggang kangkung sejak MUI menggulirkan fatwa yang menyebut Ahok Basuki dianggap telah menghina Al-Qur’an dan ulama. Penyebaran fatwa itu secara tak langsung turut menggenjot popularitas mantan Rektor Paramadina tersebut, sedang Ahok terpuruk di penjara atas tudingan penistaan agama.
Program populis
Anies mendapat hati di masyarakat lantaran lebih banyak menyusun program-program populis. Selagi menjabat sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur, program OK OCE dan KJP Plus menjadi program Anies-Sandi yang paling banyak menarik warga Jakarta. Warga yang menyukai program ini karena tidak mendapat KJP, tidak punya modal usaha, serta lahan berdagangnya digusur (Emawaty, 2017).
Selain OKE OCE, Program Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) bagi peserta didik sekolah dasar negeri yang berlangsung pada April 2019 lalu turut mendapat apresiasi dari para ibu-ibu di wilayah Jakarta Barat. (Ismanto, 2021).
Survei elektabilitas 2024
Dalam survei atas 1.200 responden yang digelar oleh Media Survei Nasional (Median) 2020, elektabilitas Anies Baswedan di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, menempati urutan kedua. Para responden yang menyukai gerakan 212, konon menjadi penyumbang terbanyak dalam survei tersebut, yakni 28,8 persen (Mediani, 2020). Sisanya memilih Prabowo (25,5 persen) dan Sandiaga (10,0 persen).
Masih dari sumber yang sama, Direktur Median, Rico Marbun menjelaskan, terdapat tiga alasan publik memilih Anies sebagai calon presiden 2024 mendatang, yakni religius dan dekat dengan agama, cerdas dan pintar, serta tutur kata yang bagus.
Sebelas-dua belas, nama Anies Baswedan tetap mengisi jajaran bursa Capres 2024 mendatang. Survei Indikator Politik yang dilakukan pada 4-10 Maret 2021 dan melibatkan 1.200 responden berusia 17-21 tahun menunjukkan, Anies Baswedan berada di urutan pertama sebagai calon presiden pilihan anak muda (Amalia, 2021).
Pun, survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) juga masih memperhitungkan Anies sebagai calon presiden idaman, sebanyak 10,2 persen.
Singkatnya, dengan adanya basis dukungan yang kuat dari aktivis maupun simpatisan aksi 212 sejak 2016 lalu, berbagai modal sosial, tokoh ulama serta tim lainnya yang solid, Anies masih memiliki peluang untuk melenggang pada Pilpres 2024. Anies juga menunjukkan kinerja lewat program-program populer yang cenderung disukai warga. Pun, hasil survei elektabilitas beberapa tokoh juga masih menunjukkan nama Anies di bursa Capres 2024 mendatang. [mata-mata politik]